Sukses

Kurangi Durasi Layar Gadget, Balita Lebih Pintar Saat Berinteraksi dengan Orangtua

Gadget merupakan salah satu hiburan yang banyak didapatkan oleh balita, mulai dari bermain games atau menonton video. Namun, penelitian menunjukkan bahwa anak akan lebih pintar saat banyak berinteraksi dengan orangtua.

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital ini, gadget seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tak jarang, orangtua memberikan gadget kepada balita mereka untuk dimainkan. Alasannya beragam, mulai dari untuk menenangkan anak, hingga mengenalkan teknologi sejak dini.

Topik tentang anak balita dan waktu dengan layar ponsel selalu menjadi perdebatan. Dilansir dari Verywell Family, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar bayi di bawah 18 bulan tidak menonton layar apapun sama sekali, dan anak usia 18-24 bulan hanya boleh menonton media digital berkualitas tinggi dengan pengawasan orang tua.

Penelitian terbaru dari Universitas Vanderbilt ingin mengetahui apakah anak balita benar-benar belajar dari layar. Para peneliti mengamati anak-anak yang sering mengambil foto "selfie" keluarga di ponsel pintar dan menemukan bahwa mereka memahami hubungan antara foto dan realitas. Hasil ini dibandingkan dengan anak-anak di tahun 1990-an yang tidak memiliki pemahaman tersebut.

Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya oleh Georgene Troseth, PhD, profesor psikologi di Vanderbilt, yang menunjukkan bahwa anak balita tidak belajar dari layar saja. Mereka lebih membutuhkan interaksi tatap muka dengan orang dewasa untuk belajar dan berkembang.

Dampak Visual Ponsel pada Pembelajaran Balita

"Visual merupakan bagian besar dari media pendidikan anak-anak, seperti buku, aplikasi, dan video. Ditambah lagi, banyak orang tua memiliki smartphone, yang berarti anak-anak sering terpapar foto selfie keluarga," kata Dr. Troseth, peneliti utama studi ini yang dilansir dari Verywell Family.

"Kami bertanya-tanya apakah terpapar begitu banyak foto instan dari orang-orang yang dikenal, termasuk diri mereka sendiri, akan membantu anak-anak balita menggunakan gambar untuk informasi."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Studi Mengenai Pembelajaran pada Balita

Sebuah studi menarik tahun 1994 menunjukkan bahwa anak-anak berusia 2 tahun mengalami kesulitan memahami informasi yang terkandung dalam gambar. Ketika ditunjukkan foto sebuah mebel dengan mainan tersembunyi, mereka tidak mampu menggunakan informasi tersebut untuk menemukan mainan di ruangan lain.

Namun, ketika diberitahu secara verbal di mana mencari mainan, mereka berhasil menemukannya. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia tersebut, anak-anak mampu menyelesaikan tugas dengan informasi yang relevan.

Penelitian terbaru oleh para peneliti Vanderbilt menguji apakah pengalaman anak-anak dengan foto digital membantu mereka memahami gambar. Hasilnya menunjukkan bahwa melihat foto di ponsel atau gambar cetak tidak membantu mereka lebih baik dalam memahami gambar dibandingkan dengan anak-anak di tahun 1990-an.

"Semua foto selfie keluarga itu tidak membantu anak-anak memahami bagaimana sebuah gambar bisa mewakili situasi nyata," kata Dr. Troseth, salah satu peneliti.

Bagian penting dari penelitian modern ini melibatkan anak-anak balita yang membantu peneliti mengambil foto instan dengan smartphone untuk membantu orang lain menemukan mainan. Hal ini membantu anak-anak memahami bahwa gambar dapat menyampaikan pesan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun anak-anak di era digital terpapar banyak gambar, mereka masih membutuhkan bantuan untuk memahami representasi visual. Interaksi dan pengalaman langsung, seperti membantu mengambil foto, dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan ini.

3 dari 4 halaman

Cara Membimbing Anak Saat Melihat Gambar pada Ponsel

Pemikiran simbolik, kemampuan untuk memikirkan objek dan peristiwa yang tidak ada di hadapan kita, merupakan komponen kunci dalam perkembangan imajinasi anak. Salah satu cara untuk membantu balita belajar tentang pemikiran simbolik adalah dengan memanfaatkan gambar, termasuk selfie.

Menurut Dr. Troseth, orang tua dapat menunjukkan hubungan antara gambar di layar dan realitas saat ini. Saat mengambil selfie bersama anak, tunjukkan bahwa Anda berdua sedang duduk bersama dan lihatlah foto tersebut bersama-sama. Hal ini membantu anak memahami hubungan antara gambar dan kenyataan.

Ketika anak melihat foto-foto di ponsel Anda, ajak mereka bernostalgia dengan mengingatkan di mana dan apa yang mereka lakukan saat foto tersebut diambil. Hal ini memperkuat pemahaman mereka tentang gambar sebagai representasi momen nyata.

Selain itu, penting untuk membedakan gambar dan video yang menunjukkan orang dan peristiwa nyata (seperti selfie dan video call dengan nenek) dengan gambar fantasi, seperti kartun. Percakapan sederhana tentang perbedaan ini membantu anak memahami berbagai jenis representasi visual.

 

4 dari 4 halaman

Menyeimbangkan Bermain Ponsel dan Interaksi dengan Orangtua

Temuan penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak tidak belajar konsep-konsep kompleks lebih awal dari layar tidak mengejutkan bagi dokter anak di New York City, Kelly Fradin, MD. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa interaksi dengan orangtua jauh lebih bermanfaat bagi perkembangan otak balita dibandingkan dengan layar gadget.

Meskipun demikian, dilansir dari Verywell Family, Dr. Fradin tidak ingin orang tua merasa bersalah tentang menggunakan layar secara fungsional untuk anak-anak kecil. Program-program berkualitas tinggi, seperti yang memiliki lagu-lagu dan sajak, dapat bersifat edukatif dan membantu mengembangkan literasi media dan keterampilan kognitif.

Dr. Fradin juga memberikan beberapa contoh penggunaan layar yang bermanfaat, seperti video-chatting dengan anggota keluarga. Namun, dia memperingatkan orang tua untuk waspada terhadap tipu daya pemasaran dan tidak mudah tergoda dengan berbagai aplikasi dan mainan edukasi yang menjanjikan banyak hal.

Membaca, berbicara, dan menyanyikan lagu kepada anak balita Anda adalah cara-cara sederhana untuk meningkatkan pembelajaran mereka. Dr. Kelly Fradin, MD mengatakan, "Membiarkan anak balita berpartisipasi dalam pekerjaan rumah tangga seperti persiapan makanan atau mencuci pakaian dapat menjadi pengalaman belajar dan sensori yang kaya."

Bermain bebas juga penting untuk perkembangan anak. Dr. Fradin mengingatkan orang tua bahwa "bahkan ketika sesuatu tidak terlihat 'edukatif'—seperti anak-anak mengatur mobil, membangun dengan balok, atau berlari keliling dalam lingkaran—bermain bebas memberikan manfaat besar baik untuk pendidikan maupun untuk harga diri dan kesejahteraan emosional anak-anak."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini