Sukses

Kisah Inspiratif Aleena Menggambar Perjuangannya Sembuh dari Kanker Teratoma Imatur di Atas Kain Batik

Bisa Sembuh, Ini Kisah Inspiratif Aleena yang Mengalami Kanker Teratoma Imatur Sejak Lahir

Liputan6.com, Jakarta - Sehelai kain batik berwarna hitam dengan motif kupu-kupu dan bunga menjadi karya luar biasa dari Aleena, seorang bocah perempuan berumur 8 tahun, yang berhasil sembuh dari kanker teratoma imatur. Kain batik ini menjadi pusat perhatian dalam pameran seni bertema 'Close the Care Gap' di Indonesia Design District, Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, yang diadakan sebagai bagian dari peringatan Hari Kanker Sedunia 2024.

Melalui karyanya, Aleena ingin menyampaikan pesan tentang arti perjuangan untuk sembuh dan berdamai dengan kanker yang dideritanya sejak lahir. "Dia ketahuannya pas baru lahir. Baru lahir sudah ada tumor di bawah lidah, terus baru di-biopsi di usia tiga bulan," kata sang ibu, Asri, saat berbincang dengan Health Liputan6.com saat menghadiri art exhibition tersebut.

<p>Kain Batik Hitam Motif Kupu-Kupu dan Bunga yang Dipajang di Pameran Seni bertema 'Close the Care Gap' di Indonesia Design District, Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Merupakan Kreativitas Aleena Bocah 8 Tahun yang Sembuh dari Kanker Teratoma Imatur, yang Dideritanya Sejak Lahir</p>

Hasil biopsi menyatakan bahwa tumor yang diderita putri kecilnya tergolong ganas, sehingga Aleena harus menjalankan kemoterapi di umur enam bulan. Namun, selama tiga bulan menunggu waktu itu tiba, Aleena harus keluar-masuk ICU gara-gara sesak napas karena tumornya sudah menutupi jalur napas, hidung dan mulut.

"Dia dipasang trakeostomi di leher, dibolongin untuk bantu dia napas," katanya. Dan, kemoterapi yang dijalani Aleena berlangsung selama enam bulan, sampai dia berumur 1 tahun.

Asri memiliki background perawat yang pernah menangani anak-anak dengan kanker dan kemoterapi. Saat dirinya sendiri yang mengalami hal itu, ada rasa kaget yang hanya mampu dipendamnya.

"Sebenarnya kaget tapi kagetnya diam gitu karena saya terus berpikir harus cepat menangani anak saya. Saat baru tahu dia kena kanker, saya kayak belum ada perasan macem-macem. Namun, saat Aleena operasi pertama, baru saya hancur kayak sehancur-hancurnya," katanya.

"Kayak 'Oh, ternyata ini yang saya rasakan sebenarnya tapi kemarin kayak kependam gitu loh'. Kayak kependam sama perasaan mau menyembuhkan anak, giliran di tahap ini, semuanya tumpah ruah, hancur banget. Enggak ada hati orang tua (yang enggak hancur) melihat anak sakit, sekalipun itu hanya demam biasa," tambahnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Fase Berdamai, Kanker Adalah Anugerah bukan Bencana

Fase selanjutnya yang harus dilaluinya adalah berdamai dengan keadaan, sebuah kondisi yang mengharuskannya untuk benar-benar sehat sebelum anaknya sendiri yang sehat. Hal ini penting karena dialah yang nantinya akan mendampingi Aleena untuk berjuang sembuh dari kanker.

"Saya harus berdamai dengan cancer sebagaimana anak saya berdamai dengan cancer. Mesipun bukan saya yang menjalani terapi, tapi karena saya mendampinginya, saya harus ikut berdamai. Bagaimana caranya mengubah pola pikir saya kalau cancer ini adalah anugerah, bukan bencana," ujarnya.

Setelah menjalankan kemoterapi dengan operasi yang dilakukan di usia tiga bulan, dilanjutkan dengan pengangkatan tumor secara keseluruhan di umur tiga tahun, status Aleena kini adalah pejuang kanker (survivor cancer).

"Cancer-nya sudah free tapi efek dari cancer-nya yang masih ada. Masih menyebabkan dia sesak napas kadang-kadang, karena memang masih ada gangguan di pernapasan. Terus masih suka kejang karena efeknya ternyata kena ke otak," kata Asri.

"Masih ada perjuangan yang masih saya lalui. Oleh karena itu, kalau kita tidak berdamai dengan keadaan tersebut, kita enggak akan bisa melalui itu," tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Kanker dan Kupu-Kupu di Batik Hitam Karya Aleena

Memasuki usia TK, Aleena pernah bertanya tentang kondisinya lantaran banyak orang yang penasaran sama bekas luka di area bibir bawahnya. "Tadinya dia enggak pernah pikirin itu, karena orang-orang nanya, akhirnya aku bilang 'Aleena dulu pernah kena kanker'," katanya.

Selama masa-masa sulit yang dilaluinya, kedua orang tua Aleena tidak pernah sekalipun absen buat mengabadikan momen-momen itu dalam bentuk foto dan video. Ketika Aleena minta diceritakan terkait kondisinya, Asri dan suaminya menceritakan sambil menunjukkan foto dan videonya.

"Aku ceritakan semuanya sampai yang dia di ICU sebulan juga aku ceritain. Pas dia tanya 'Mama kok sedih?', saya cuma bisa jawab 'Mama sedih tapi mama berjuang untuk kamu'," ujarnya.

Dalam art exhibition tersebut, kisah Aleena dan karyanya menjadi inspirasi bagi banyak pengunjung. Keberanian seorang anak kecil yang melawan penyakit serius seperti kanker turut menyentuh hati dan mengingatkan kita akan pentingnya perjuangan bersama dalam menutup kesenjangan perawatan terhadap pasien kanker. Aleena bukan hanya seorang pejuang, tapi juga seorang seniman yang mampu menginspirasi orang lain melalui kreativitasnya.

"Di sini ada gambar kupu-kupu. Kata Aleena, yang bulat-bulat itu sel kankernya, yang satunya lagi sel sehatnya. Jadi, kankernya dia kan tidak menyerang seluruh tubuh, hanya sebagian tubuhnya saja. Jadinya dia gambarin itu," kata sang ibu mendeskripsikan makna dari gambar yang menempel di kain itu.

"Dia suka sekali kupu-kupu. Kupu-kupunya nanti makanin bunga-bunga itu, istilahnya kayak dapat obat-obatannya deh," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.