Sukses

RS Hasan Sadikin Rawat 5 Rawat Pasien COVID-19 Sejak September, Satu Orang Usia 34 Meninggal

Ketua Tim Penyakit Infeksi Khusus RSHS Bandung, Yovita Hartantri, sebagian besar pasien terinfeksi virus COVID-19 jenis Omicron. Ada satu pasien dinyatakan meninggal dunia.

Liputan6.com, Bandung - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dalam kurun waktu empat bulan terakhir di 2023 kembali merawat pasien Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Dari rentang September hingga hari ini, 14 Desember 2023 tercatat lima pasien COVID-19 yang dirawat di sana.

 

Pada September dan Oktober 2023, masing-masing bulan tersebut terdapat satu pasien COVID-19 yang dirawat di RSHS. Lalu, pada November ada dua orang. Pada Desember 2023 bertambah seorang pasien COVID-19 yang dirawat di sana. 

"COVID-19 di bulan September itu ada riwayat pulang umroh. Jadi hampir semua kasus yang kami rawat itu ada riwayat perjalanan dari Arab Saudi. Ya mungkin dia pergi juga ke tempat lain, tapi informasinya pulang umroh," kata Ketua Tim Penyakit Infeksi Khusus RSHS Bandung, Yovita Hartantri.

Dari lima pasien yang dirawat di sana, satu diantaranya meninggal dunia. 

"Nah, kebetulan pasien yang meninggal ini masih berlum terlalu tua sebenarnya, tapi dia punya suatu penyakit TB (tuberkulosis) dan juga kemungkinan punya penyakit auto imun yang lain," ujar Yovita, Bandung, Kamis, 14 Desember 2023.

Yovita mengatakan Tim Penyakit Infeksi Khusus RSHS Bandung tidak dapat menjelaskan secara pasti penyakit autoimun yang diderita pasien pria berusia 34 tahun itu.

Pada saat tengah penelitian penyakit autoimun yang diderita pasien COVID-19, di tengah perawatan meninggal dunia.

"Perjalanan dan derajat COVID pada pasien tidak berat. Namun adanya infeksi tinggi dan bakteri lain yang membuat pasien tidak tertolong. Meninggal karena ada komplikasi lain," kata Yovita.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Subvarian Terdeteksi BA.5

Yovita mengatakan pasien yang dirawat di RSHS terinfeksi virus COVID jenis Omicron. Jenis ini lebih cepat menyebar dibandingkan Delta. Namun tingkat kematian dari Omicron lebih rendah daripada varian Delta.

Pada pasien COVID-19 di RSHS penyebabnya adalah karena BA.5. 

"Varian yang bisa dideteksi di RSHS Bandung paling banyak itu adalah BA.5," terang Yovita.

Kini, sudah tidak ada lagi pasien COVID-19 yang dirawat di RSHS. 

"Tapi sekarang semuanya sudah pulang, tidak ada lagi pasien COVID-19 yang dirawat. Sempat kosong tidak ada pasien juga pada bulan Agustus 2023, kalau pun ada pasien yang pulang itu yang dirujuk pada bulan Juli," sebut Yovita.

Seluruh pasien yang dirawat di RSHS Bandung ini telah menjalani vaksinasi hingga penguat (booster).

Namun kata Yovita, yang memicu COVID-19 memburuk adalah penyakit bawaannya. Penyakit COVID-19 sendiri ungkap Yovita, derajatnya tidak berat.

 

3 dari 4 halaman

Seluruh Fasyankes di Jabar Siaga COVID

Dinas Kesehatan Jawa Barat (Jabar) meminta seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) bersiaga mengantisipasi lonjakan jumlah pasien COVID-19.

Tak hanya rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) hingga rumah sakit daerah disiagakan. Saat ini, tercatat lebih dari 80 kasus tersebar di 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Vini Adiani Dewi, mengatakan telah menerbitkan surat edaran (SE) soal status siaga pada 11 Desember 2023 ditujukan ke setiap dinas kesehatan kabupaten dan kota, rumah sakit, puskesmas, klinik maupun laboratorium kesehatan yang ada di daerah.

"Tanggal 11 Desember kita langsung kirim surat edaran untuk kesiagaan seluruh faskes yang ada guna menyiapkan tenaga kesehatan maupun peralatan medisnya," ujar Vini di Bandung, Selasa, 12 Desember 2023.

Vini mengatakan SE yang dikirim Dinas Kesehatan Jabar sebagai respons cepat dari SE Kementerian Kesehatan tanggal 8 Desember 2023 tentang peningkatan kewaspadaan penyebaran kasus COVID-19 di beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Dalam SE Dinkes Jabar tersebut ada empat poin penting yang harus diperhatikan, mulai dari kesiagaan dan perlindungan tenaga kesehatan, layanan vaksinasi, imbauan penerapan protokol kesehatan serta keharusan rumah sakit menyediakan 10 persen ruang isolasi.

"Yang pertama tentunya perlindungan bagi tenaga kesehatan karena mereka yang paling rentan berinteraksi dengan pasien. Saya meminta mereka segera divaksin terlebih dahulu," kata Vini.

Vini mengimbau masyarakat untuk tidak panik menanggapi kasus COVID-19 naik, tetapi tetap menerapkan protokol kesehatan terutama yang bepergian.

 

4 dari 4 halaman

Tidak Lakukan Penyekatan Wilayah

Pejabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin Bey menerangkan pemerintah provinsi telah menerbitkan surat edaran terkait imbauan kepada masyarakat untuk kembali melakukan ulang vaksinasi COVID-19.

"Sekali lagi tidak perlu khawatir yang penting jaga kesehatan dan prokes. Jangan ditanggapi berlebihan," kata Bey.

Bey menegaskan dengan adanya temuan kasus aktif COVID-19 varian terbaru ini tidak akan melakukan penyekatan untuk menekan angka penyebaran seperti status masa pandemi ditetapkan.

Untuk soal ketersediaan vaksin, Bey mengaku masih ada karena tetap diproduksi oleh Bio Farma. Bey berharap seluruh vaksin COVID-19 yang ada masih dapat dipakai.

"Kan kita ada Bio Farma mudah-mudahan tidak expire," tukas Bey.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.