Sukses

Kenali 3 Jenis Fobia: Faktor Risiko, Dampak hingga Penanganannya

Apa saja jenis-jenis fobia beserta faktor risiko dan penanganannya?

Direview oleh:
dr Ainni saat ini adalah dokter umum di Rumah Sakit Bakti Timah, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 19 juta orang Amerika memiliki fobia. Fobia adalah ketakutan luar biasa yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap situasi atau objek tertentu. Kondisi ini memicu kecemasan dan membuat penderita berusaha untuk menghindari pemicunya dengan segala cara.

Fobia berbeda dengan rasa takut. Rasa takut berkaitan dengan bahaya. Sementara, fobia bisa saja tidak ada hubungannya dengan bahaya, seperti melansir Webmd pada Kamis 3 Agustus 2023.

Orang dengan fobia menyadari bahwa kecemasan dan ketakutan yang dimiliki tidak dapat dibenarkan, tapi mereka tidak dapat menahan perasaan itu. Dan, rasa takut pada fobia akan berlangsung lama serta menyebabkan reaksi psikologis maupun fisik yang kuat.

Kondisi psikis ini juga dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari, baik dalam pekerjaan, sekolah, maupun kehidupan sosial penderita.

3 Jenis Fobia

Selama ini, ratusan fobia berbeda telah diidentifikasi. Termasuk fobia atau ketakutan akan fobia. Tetapi ketika berbicara tentang fobia yang termasuk jenis gangguan kecemasan, para ahli membaginya menjadi tiga kategori, yakni:

Agorafobia

Agorafobia adalah kecemasan yang intens di tempat umum yang menyulitkan penderitanya untuk melarikan diri. Kata Agora merujuk pada nama pasar dan tempat pertemuan di Yunani kuno.

Seseorang dengan agorafobia takut terjebak di tempat umum atau tempat seperti jembatan atau antrean di bank.

Ketakutan yang sebenarnya adalah tidak bisa melarikan diri jika kecemasan menjadi terlalu tinggi.

Agorafobia memengaruhi wanita dua kali lebih banyak daripada pria. Jika dibiarkan dan tidak diobati, dalam kasus ekstrem fobia ini bisa membuat seseorang mengurung diri di rumah.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jenis Fobia Lainnya

Fobia Sosial

Fobia sosial adalah ketakutan dan penghindaran situasi sosial. Seseorang dengan fobia sosial tidak hanya pemalu.

Orang itu merasakan kecemasan dan ketakutan yang ekstrem tentang bagaimana mereka akan tampil dalam situasi sosial.

Orang dengan fobia sosial khawatir orang-orang di luar sana akan memandang mereka aneh, mengomentari perilaku mereka, dan menyadari bahwa mereka sedang cemas.

Fobia sosial yang tidak diobati sering mengarah pada penghindaran kontak sosial, hal itu dapat berdampak negatif pada hubungan dan kehidupan profesional.

Fobia Spesifik

Fobia spesifik adalah ketakutan irasional terhadap objek atau situasi tertentu. Ada beberapa jenis fobia spesifik, salah satunya adalah klaustrofobia. Ini merupakan ketakutan abnormal ketika berada di ruang tertutup.

Seseorang dengan klaustrofobia tidak dapat naik lift atau melewati terowongan tanpa kecemasan yang ekstrem.

Disebabkan takut tercekik atau terjebak, orang tersebut akan menghindari ruang sempit dan lebih memilih jalan paling aman baginya.

Mereka juga kerap menerapkan 'perilaku mencari keselamatan' seperti membuka jendela atau duduk di dekat pintu keluar. Hal ini dapat membantu mereka meredam merasa lebih aman, meski tidak sepenuhnya menghilangkan rasa takut.

Ada banyak fobia spesifik lainnya, seperti:

  1. Fobia pada hewan tertentu (Zoophobia)
  2. Fobia petir (Brontophobia)
  3. Fobia ketinggian (Acrophobia)
  4. Fobia terbang atau naik pesawat (Aerophobia)

 

3 dari 4 halaman

Dampak dan Faktor Risiko Fobia

Fobia menyebabkan orang mengubah cara hidup mereka guna menghindari objek ketakutan mereka. Di sisi lain, orang dengan fobia juga berupaya untuk menyembunyikan fobia dari orang lain.

Hal ini membuat beberapa orang dengan fobia memiliki masalah dengan teman dan keluarga, gagal di sekolah, atau kehilangan pekerjaan saat berjuang untuk mengatasinya.

Pecandu alkohol bisa 10 kali lebih mungkin mengidap fobia daripada mereka yang bukan pecandu alkohol. Dan, individu dengan fobia bisa dua kali lebih mungkin kecanduan alkohol dibandingkan mereka yang tidak pernah fobia.

Meskipun fobia dapat dipengaruhi oleh budaya dan dipicu oleh peristiwa kehidupan, fobia cenderung diturunkan dalam keluarga.

Anggota keluarga kandung dari penderita fobia memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk memiliki fobia daripada mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga fobia.

Bila tidak ditangani dengan benar, fobia dapat menimbulkan sejumlah komplikasi di antaranya:

  • Isolasi diri
  • Keterbatasan pengembangan diri, serta
  • Masalah akademik, profesional, maupun hubungan sosial.

Pada kasus fobia berat yang tidak diatasi, penderita bahkan berisiko melakukan percobaan bunuh diri.

 

4 dari 4 halaman

Penanganan Fobia

Selain pemberian obat-obatan, biasanya dokter akan menggunakan kombinasi dengan psikoterapi untuk mengurangi kecemasan pasien. Dikutip dari situs WebMD, psikoterapi bisa berupa:

Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT)

Terapi perilaku kognitif biasanya dilakukan dengan pemaparan terhadap sumber fobia, lalu pengamatan terhadap pemikiran dan perasaan pasien yang berhubungan dengan fobia tersebut.

Pasien kemudian akan diajari untuk mengubah pemikiran dan perasaan tersebut. Dengan ini, pasien diharapkan dapat mengatasi pola pikir, rasa takut, serta rasa cemasnya terhadap sumber fobia.

Proses pemaparan dalam CBT tentu akan dilakukan secara bertahap agar pasien perlahan-lahan dapat membiasakan diri.

Terapi pemaparan (Exposure Therapy)

Untuk menangani fobia, ada terapi yang disebut desensitisasi. Ini juga disebut sebagai terapi pemaparan. Terapi pemaparan bertujuan mengubah respons pasien terhadap sumber fobia.

Proses paparan ini akan dilakukan secara bertahap agar tetap aman.Desensitisasi adalah proses mengekspos seseorang dengan fobia secara bertahap ke keadaan yang menyerupai apa yang mereka takuti.

Seiring waktu, rasa takut berkurang saat orang tersebut membangun kepercayaan diri.

Ini sering disertai dengan terapi bicara untuk membantu orang tersebut mengubah cara berpikirnya dan mengembangkan pola respons baru terhadap situasi yang mungkin memicu emosi yang terkait dengan fobia.

Paparan yang bertahap diharapkan memungkinkan penderita untuk mencari cara mengatasi ketakutan yang pasien rasakan.

"Kabar baiknya adalah, pengobatan ini membantu 90 persen orang yang menjalaninya," begitu informasi yang tertulis di WebMD.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.