Sukses

Cuma Santap Makanan Rebus dan Kukus untuk Turunkan Kolesterol, Dokter: Saya Kurang Menganjurkan

Dokter sebut pengaturan pola makan atau diet untuk menurunkan kolesterol bukan berarti harus menghentikan asupan lemak sepenuhnya.

Liputan6.com, Jakarta Kolesterol tinggi yang tidak ditangani dapat berujung pada berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung. Untuk itu, mengatur pola makan dan aktivitas fisik menjadi hal penting sebagai langkah pencegahan atau penurunan kadar kolesterol.

Namun, menurut dokter spesialis gizi klinik Putri Sakti, pengaturan pola makan atau diet bukan berarti harus menghentikan asupan lemak sepenuhnya. Pasalnya, kolesterol dalam jumlah yang cukup masih dibutuhkan tubuh salah satunya untuk membantu produksi vitamin D.

“Kolesterol kita tetap perlu ya karena fungsinya sangat banyak kalau kita terlalu diet ketat misalnya rebus kukus aja, nah itu sebetulnya kalau saya pribadi kurang menganjurkan,” kata Putri dalam acara Halal Bihalal dan Health Talkshow Nutrive Benecol di Jakarta Pusat, Selasa (16/5/2023).

“Walaupun lemak atau kolesterol menjadi lebih rendah tapi kita kan butuh mindful eating juga. Jadi tetap konsumsi makanan yang seimbang, tetap variasikan makanan tapi pastikan agar cara pengolahannya tepat,” lanjutnya.

Putri menambahkan, asupan makanan yang tinggi kolesterol memang perlu dibatasi tapi bukan berarti tidak boleh.

“Jadi misalkan lagi pengen makan udang yang memang juga tinggi kolesterol ya seminggu sekali masih oke lah ya sambil kita pantau kadar kolesterolnya. Pengolahannya juga coba cari deh yang tepat, kalau kolesterol tinggi ya jangan yang digoreng,” jelas Putri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ganti Bahan Masakan Dengan yang Lebih Sehat

Putri tak memungkiri, masyarakat Indonesia sangat erat kaitannya dengan konsumsi makanan yang kaya akan santan dan lemak. Salah satu cara agar tetap bisa makan makanan Indonesia tanpa meningkatkan kolesterol adalah dengan modifikasi bahan masakannya.

“Paling enggak kita oprek cara mengolahnya. Misalnya, opor, kalau saya masak opor biasanya enggak pakai santan, saya pakai susu kedelai. Rasanya sama enaknya, tinggal kita mainkan di rempah-rempah.”

“Jadi kalau memang memungkinkan ada bahan substitusi pengganti santan otomatis itu akan membantu atau pakai santannya yang encer bukan yang terlalu kental. Atau pas makan usahakan kuahnya enggak terlalu banyak, kadang kuahnya itu yang bikin terlalu tinggi kolesterol,” kata Putri.

3 dari 4 halaman

Batasi Makanan Cepat Saji

Bagi orang dengan kolesterol tinggi, Putri pun menganjurkan untuk membatasi konsumsi makanan cepat saji. Pasalnya, makanan-makanan ini cenderung diolah dengan cara deep fried.

Junk food atau fast food memang tipikal lemaknya lebih tinggi dan pastinya risiko meningkatkan kolesterol lebih besar.”

Ketimbang makan makanan cepat saji, Putri lebih menyarankan untuk konsumsi makanan yang mengandung serat dan plant stanol ester secara rutin.

4 dari 4 halaman

Mengenal Plant Stanol Ester

Menurut Putri, plant stanol ester adalah bahan pangan fungsional yang banyak terdapat di makanan sumber.

“Sayur, buah, oats, biji-bijian, sereal itu tinggi dengan kandungan plant stanol ester. Tapi balik lagi, setiap makanan sumber itu memang kandungannya tidak sebesar produk yang memang sudah diambil kandungan aktifnya.”

“Contoh, untuk kita mendapatkan minimal dua gram plant stanol ester itu kita harus makan 15 sampai 20 buah, itu tergantung jenis buahnya apa. Jadi, otomatis kalau dari makanan sumber akan sulit memenuhi rekomendasi dokter yang dua gram per hari,” kata Putri.

Maka dari itu, konsumsi produk yang mengandung plant stanol ester boleh dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.