Sukses

Pembunuh Dokter Mawar Terungkap, Kemenkes Soroti Jaminan Keamanan di Daerah Konflik

Jaminan keamanan dokter di daerah konflik dan terpencil belajar dari kasus kematian dokter Mawar di Nabire.

Liputan6.com, Jakarta Kepolisian Papua berhasil membongkar kasus kematian dokter Mawartih Susanty atau yang akrab disapa dokter Mawar. Setelah diselidiki lebih lanjut, polisi menangkap pelaku tersangka pembunuh dokter Mawar yang tak lain adalah petugas cleaning service di RSUD Nabire berinisial KW.

Dirjen Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Arianti Anaya merespons kabar kematian dokter Mawar di Nabire tersebut. Ade, sapaan akrabnya menyoroti soal jaminan keamanan dokter di daerah konflik dan terpencil.

Bahwa Kemenkes akan bekerja sama dengan TNI Polri untuk memastikan keamanan dokter di daerah konflik. Upaya ini agar tidak terulang lagi kasus tragis dokter yang bertugas di daerah konflik terancam keselamatannya.

"Memang nantinya kita akan bekerja sama dengan TNI Polri ya, terutama untuk menjaga dokter seperti dokter Mawar ini," terang Ade saat ditemui Health Liputan6.com usai acara ‘Sosialisasi dan FGD RUU Kesehatan: Percepatan Produksi Dokter Spesialis’ di Hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (29/3/2023).

"Almarhum ini kan sudah berjasa gitu ya di sana. Saya belum baca lengkap ceritanya gimana. Tetapi intinya Kementerian Kesehatan akan sangat memerhatikan nasib dokter-dokter atau keamanan dokter-dokter yang ada di daerah terpencil."

KW Sakit Hati karena Honor Dipotong

Hasil investigasi kepolisian membeberkan, KW, tersangka pembunuh dokter Mawar mengaku sakit hati karena honor bekerja saat pandemi COVID-19 dipotong.

"Dari hasil pemeriksaan KW mengaku bila dirinya yang melakukan pembunuhan karena sakit hati akibat honor COVID-19 dipotong," kata Kapolda Irjen Pol Fakhiri di Jayapura, Rabu (29/3/2023).

Saat ini penyidik terus mendalami kasus ini, termasuk mencoba mengungkap kemungkinan ada tersangka lain yang terlibat dalam kasus pembunuhan dokter Mawar pada pekan kedua Maret lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perlindungan Tak Bersifat Stand by 24 Jam 7 Hari Non Setop

Pada kesempatan terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, perlindungan kepada para dokter di daerah konflik dengan penjagaan TNI Polri tak bersifat stand by ready 24 jam dalam 7 hari non setop.

"Iya, jadi enggak mungkin juga dikawal selama 24 jam. Apabila begitu nanti takut masyarakatnya," ujarnya kepada Health Liputan6.com di Gedung Kemenkes RI Jakarta beberapa waktu lalu.

Perlindungan dengan Pelibatan Pemda Setempat

Nadia menambahkan, perlindungan bagi dokter dan tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di lokasi-lokasi khusus seperti daerah terpencil dan berbahaya atau nakes yang mendapatkan ancaman atau teror selama bertugas, tidak bisa lepas melibatkan peran pemerintah daerah (Pemda) setempat.

 "Kerja sama dengan pihak Pemda, pihak kepolisian di sana dan TNI. Kalau ada apa-apa jika ada ancaman atau semacamnya bisa menjadi prioritas (dijaga)," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Hasil Autopsi Dokter Mawar

Dokter Mawar ditemukan meninggal dunia dalam keadaan mulut berbusa di rumah dinasnya di Kompleks RSUD Nabire, Provinsi Papua Tengah pada Kamis, 9 Maret 2023. Semasa hidup, dokter Mawar sudah bertugas di Nabire sejak 5 tahun lalu.

Kapolda Irjen Pol Fakhiri mengungkapkan, hasil autopsi berupa jejak air liur di tubuh dokter Mawar menjadi titik terang mencari pembunuh dokter spesialis paru satu-satunya di Nabire itu.

Polisi kemudian melakukan pemeriksaan ulang terhadap para saksi yang diduga terlibat dalam kasus tersebut dan terungkap dan menjurus ke KW. Tercatat, ada 68 saksi yang dimintai keterangan penyidik di Polres Nabire.

Penyidik juga sudah menemukan handphone yang disembunyikan tersangka di salah satu ruang di RSUD Nabire.

Pernyataan Dokter Mawar Membuat KW Kesal

Sementara Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua Kombes Faizal Ramadani menyampaikan, KW mengklaim seharusnya menerima uang insentif sebesar Rp15 sampai Rp17 juta pada 2020. Namun selanjutnya, uang insentif yang akhirnya diterima oleh KW dipotong menjadi hanya sebesar Rp7 juta rupiah saja oleh dokter Mawar.

Kondisi itu diperparah dengan pernyataan Mawar yang menurut pelaku semakin membuat dirinya kesal.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.