Sukses

Menkes Budi Sebut Sistem Elektronik Stunting Sumedang Bakal Direplikasi Nasional

Sistem elektronik penanganan stunting di Kabupaten Sumedang akan direplikasi secara nasional.

Liputan6.com, Sumedang Pemerintah Kabupaten Sumedang sukses memanfaatkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) untuk percepatan penanganan stunting. Hasilnya, dalam lima tahun terakhir, angka prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang turun, dari 32,2 persen pada tahun 2018, menjadi 8,27 persen di tahun 2022.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, Kabupaten Sumedang sebagai kabupaten yang berhasil menerapkan SPBE dan menjadikannya sebagai basis data untuk menurunkan stunting.

Kesuksesan pemanfaatan SPBE, nantinya akan direplikasi secara nasional ke seluruh wilayah Indonesia.

"Pemerintah Sumedang berhasil memberdayakan semua potensi yang ada di wilayahnya dengan sistem elektronik sebagai alatnya," ujar Budi Gunadi saat meninjau langsung metode penanganan SPBE di Kantor Pemda Sumedang, Jawa Barat, ditulis Sabtu (18/2/2023).

SPBE menyajikan sejumlah data dan informasi yang jelas seperti persebaran desa dengan angka prevalensi stunting yang tinggi dan data statistik anak yang terkena stunting.

Selain itu, sistem berbasis elektronik yang diterapkan di Kabupaten Sumedang ini juga menginformasikan penyebab terjadinya stunting di desa yang telah terdata.

"Dengan data yang ada, penanganan stunting di setiap desa akan berbeda sesuai dengan kendala yang dihadapi," terang Budi Gunadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Platform Sistem Informasi Penanganan Stunting Terintegrasi

Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir menjelaskan, Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) termasuk bagian dari mengkolaborasikan seluruh komponen yang ada untuk menangani stunting.

"Kami menggunakan teknologi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Kami punya platform Sistem Informasi Penanganan Stunting Terintegrasi atau Simpati," jelasnya.

Platform Simpati menghubungkan berbagai kepentingan, mulai dari kader Posyandu, Puskesmas, desa, dinas terkait, dan pimpinan daerah untuk mendapatkan laporan stunting. Masyarakat umum dan orangtua juga dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk melakukan pengecekan status gizi anak.

Platform ini berisi data spasial, data spasial kewilayahan, yang akan terlihat kecamatan dengan desa mana saja dengan angka stunting tertinggi. Platform Simpati pun berisi data statistik by name by address, siapa yang stunting, serta data analitik terkait penyebab stunting.

Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Sumedang memiliki Sistem Informasi Geospasial Online (Sigeon). Teknologi ini digunakan untuk memetakan berbagai data sampai di masing-masing rumah penduduk. Sigeon berguna untuk berbagai kepentingan, salah satunya terkait kesehatan.

3 dari 3 halaman

Jangan Tunggu Sampai Stunting

Demi mencegah stunting, lanjut Budi Gunadi Sadikin, hal yang utama dilakukan adalah dengan intervensi spesifik pada ibu sejak remaja dan intervensi spesifik pada anak di usia 6 bulan sampai 24 bulan.

Pada ibu sejak remaja, yang paling penting, yakni jangan sampai ibu di usia remaja mengalami anemia. Intervensi berupa pemberian tablet tambah darah dan memastikan tablet tersebut diminum.

Upaya lain adalah memberikan protein hewani melalui MPASI sejak anak usia 6 sampai 24 bulan.

Makanan tambahan ini merupakan makanan yang mengandung protein hewani seperti ikan, ayam, daging sapi, dan yang paling gampang adalah telur.

"Kalau anak sudah stunting itu sudah telat untuk diobati. Jadi, jangan tunggu sampai stunting," pesan Menkes Budi Gunadi melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

"Caranya adalah jika berat badan anak tidak naik, maka harus langsung kirim ke Puskesmas untuk diintervensi dan diberi makanan tambahan selama 14 hari."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.