Sukses

Wamenkes Dante Minta Dokter Bantu Evaluasi Obat Terkait Gagal Ginjal Akut

Dokter diminta membantu evaluasi obat-obatan yang mungkin berkaitan dengan gagal ginjal akut.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono meminta para dokter membantu evaluasi obat-obatan yang mungkin berkaitan dengan gagal ginjal akut. Apalagi dari dua kasus baru gagal ginjal akut di DKI Jakarta, satu di antaranya terkonfirmasi penyakit tersebut.

Disebutkan juga sebelumnya, obat sirup merek Praxion dikaitkan dengan kasus gagal ginjal akut. Namun, hasil pemeriksaan ulang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), obat Paxion sudah memenuhi standar Farmakope Indonesia.

Farmakope Indonesia merupakan acuan resmi pengawasan mutu obat untuk menjawab tantangan global dan telah terharmonisasi dengan standar internasional.

"Dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kami meminta dokter membantu dan mengevaluasi obat-obatan yang mungkin bisa menyebabkan gagal ginjal akut," kata Dante kepada Health Liputan6.com di sela-sela acara 'Sarasehan Dies Natalis ke-73 FKUI' di Gedung IMERI FKUI Jakarta pada Kamis, 9 Februari 2023.

Pada konnferensi pers, kemarin (8/2/2023), BPOM menyatakan, obat sirup Praxion tergolong aman dan tidak dapat disebut sebagai penyebab dari kematian pasien gagal ginjal akut pada anak umur 1 tahun di DKI Jakarta.

"Produk ini (Praxion) hasil ujinya memenuhi syarat, dengan memenuhi syarat berarti boleh digunakan. Namun, tentu harus sesuai dengan dosis dan cara penggunaannya," kata Plt Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekusor dan Zat Adiktif BPOM RI, Togi Junice Hutadjulu di Kantor BPOM Jakarta.

"Untuk selanjutnya (pengedaran kembali), tentu ada prosedur-prosedur yang perlu dilakukan. Nanti akan kita kaji dan evaluasi untuk segera dikeluarkan kembali surat pengaktifan produksi dan distribusi kepada pemegang izin edar."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kerja Sama dengan IDAI

Wamenkes Dante Saksono Harbuwono juga menekankan kerja sama antara Kemenkes dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Kerja sama ini utamanya dalam hal antisipatif agar tidak lagi muncul kasus baru ginjal akut lainnya.

"Kami terus melakukan sosialisasi dan bekerja sama dengan IDAI, Ikatan Dokter Anak Indonesia ya," ucapnya.

IDAI sebelumnya mengimbau kepada seluruh dokter anak agar tidak meresepkan obat Praxion sampai ada kepastian hasil penyelidikan obat sirup yang diduga terkait kasus gagal ginjal akut.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), Piprim Basarah Yanuarso. IDAI juga mendukung pengusutan kasus ginjal akut.

"IDAI mengimbau seluruh dokter anak untuk sementara ini tidak meresepkan obat Praxion yang berbentuk cair/drop sampai ada hasil investigasi lebih lanjut dari pihak yang berwenang," katanya melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (7/2/2023).

"IDAI terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan lembaga berwenang terkait pengusutan kasus (gagal ginjal akut)."

3 dari 3 halaman

Penanganan Pasien Ginjal Akut Telat

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, dari dua kasus diduga gagal ginjal akut pada anak yang dilaporkan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, hanya satu kasus yang terkonfirmasi positif.

"Memang kita sudah lama enggak lihat ada kasus, bulan ini ada dua anak yang dicurigai gagal ginjal akut. Yang satu sudah di-confirm tidak, yang satu confirm, iya dan yang confirm gagal ginjal akut ini yang diterima di RSCM," ujarnya saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Sayangnya, menurut Budi Gunadi, penanganan terhadap pasien terkonfirmasi itu sudah terlambat sehingga pasien meninggal dunia.

"Sudah terlambat. Jadi kita kasih treatment (perawatan) Fomepizole karena obatnya sudah ada, sudah terlambat sehingga pada hari yang sama dia wafat," lanjutnya.

Adapun Kemenkes sudah mengambil sampel dari pasien terkait dan dikirimkan ke Labkesda DKI Jakarta. Hasil temuan, terdapat kandungan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol DEG) yang melebihi ambang batas.

"Hasilnya, baik di anaknya, darahnya ada Etilen Glikol dan Dietilen Glikol dan di sampelnya juga ada dengan kadar yang di atas batas. Untuk itu, kami berkoordinasi dengan BPOM dan diambil juga sampel dan beberapa sampel lain untuk obat tersebut oleh BPOM," imbuh Menkes Budi Gunadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.