Sukses

Saat Anak Terkena Demam Berdarah Dengue, Penting Perhatikan Hal Ini

Ada beberapa hal penting yang perlu untuk dipantau orangtua saat anak mengalami demam berdarah. Lalu, apa sajakah itu?

Liputan6.com, Jakarta - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang kerap dijumpai. Biasanya, infeksi satu ini akan menimbulkan gejala khas pada tubuh anak seperti demam tinggi selama beberapa hari.

Selain itu, ada pula beberapa hal penting yang perlu untuk dipantau orangtua saat anak mengalami demam berdarah. Lalu, apa sajakah itu?

Menurut dr Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), MSc, hal pertama yang perlu dipantau berkaitan dengan asupan minum harian anak. Saat mengalami demam berdarah dengue, anak perlu minum sesering mungkin.

"Ada tanda dan gejala yang penting dipantau oleh orangtua saat anak demam. Perhatikan asupan minum, inputnya. Dia harus minum sesering mungkin supaya dia tidak dehidrasi," ujar Karyanti dalam media briefing Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bertema Demam Berdarah Dengue pada Anak ditulis Senin, (30/1/2023).

"Namun dilihat, bisa enggak dia nerima minuman? Kalau muntah-muntah terus enggak bisa minum cairan, nah tetap bawa ke rumah sakit," tambahnya.

Karyanti menambahkan, perhatikan pula frekuensi buang air kecil saat demam berdarah terjadi. Normalnya pada anak, mereka harus buang air kecil setiap tiga hingga empat jam sekali.

"Harusnya kalau anak-anak buang air kecil setiap tiga empat jam, atau enam jam sekali dia harus bisa buang air kecil. Kalau sudah delapan jam enggak buang air kecil, suruh minum banyak," kata Karyanti.

Sambil memantau asupan minum anak dan frekuensi buang air kecilnya, orangtua pun perlu memantau bagaimana aktivitas anak saat mengalami demam berdarah. Dalam hal ini, penting untuk memastikan soal keaktifan anak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pantau Keaktifan Anak untuk Melakukan Aktivitas

Karyanti mengungkapkan bahwa ketika anak lemas, maka sulit baginya untuk tetap aktif bermain atau beraktivitas. Termasuk dalam hal bermain gadget.

"Aktivitasnya lihat. Anaknya sudah mulai tidur terus atau masih main? Anak-anak biasa suka main gadget. Kalau sudah lemas, pusing sekali itu udah enggak bisa. Dia megang gadget saja sudah pusing ya, biasanya maunya tidur. Nah, itu hati-hati sudah mulai menurun aktivitasnya," ujar Karyanti.

Selanjutnya yang perlu dipantau adalah soal suhu badan. Karyanti menjelaskan, suhu harus diukur. Infeksi demam berdarah sendiri perjalanan penyakitnya kurang lebih tujuh hari.

"Perjalanan penyakitnya tujuh hari. Jadi melewati tiga fase. Fase demam di hari pertama, dia suhu biasanya masih tinggi. Tapi setelah hari ketiga sampai keenam, akan memasuki fase kritis," kata Karyanti.

"(Fase kritis) dimana pembuluh darahnya mulai ada kebocoran dan suhunya justru turun. Pada saat suhu turun inilah pada hari ketiga, nah itu hati-hati harus dipantau tanda dan gejala pada anak," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Hari Keenam, Anak Baru Akan Memasuki Fase Penyembuhan

Lebih lanjut Karyanti mengungkapkan bahwa pada hari keenam dan ketujuh biasanya anak baru akan memasuki fase penyembuhan.

Sehingga, penting untuk mengingat bahwa demam yang turun setelah tiga hari bukanlah tanda jikalau kondisi anak sudah sepenuhnya membaik.

"Setelah hari keenam ketujuh, itu sudah masuk ke fase penyembuhan. Jadi perjalanan penyakit dari infeksi dengue menjadi demam berdarah dengue itu biasanya tujuh hari," kata Karyanti.

Tak berhenti di sana, masih ada pula tanda bahaya yang perlu untuk dipantau oleh orangtua. Tanda bahaya ini sekaligus menunjukkan kapan orangtua harus membawa anak ke rumah sakit.

"Nah, kapan waktunya untuk membawa ke rumah sakit? Waspadai tanda bahaya dari infeksi dengue ini. Jadi setelah hari ketiga di fase kritis itulah biasanya tanda-tanda bahaya itu harus diwaspadai," ujar Karyanti.

4 dari 4 halaman

Tanda Bahaya Saat Demam Berdarah

Karyanti mengungkapkan bahwa tanda bahaya saat anak mengalami demam berdarah bisa muncul justru setelah hari ketiga, dimana fase kritis sebenarnya tengah terjadi.

"Jadi mulai ada penurunan suhu di hari ketiga. Kadang-kadang kita tanya, gimana kondisi anaknya, 'Oh panasnya sudah turun kok, sudah bisa tidur. Tapi tadi sempat muntah darah'. Nah itu ada yang enggak benar," kata Karyanti.

"Suhu turun, anak tidur terus nah itu bukan tanda bahaya. Kalau suhu turun harusnya anak aktif sehat bugar. Tapi ini tidur terus, hati-hati ya. Kemudian tidak nafsu makan minum. Dia minum, tapi tidak bisa menerima muntah terus. Itu hati-hati," tambahnya.

Karyanti menambahkan, muntah terus-menerus menjadi tanda bahaya lantaran anak bisa mengalami dehidrasi yang semakin parah. Dalam kondisi ini, anak bisa merasa lemas dan hanya ingin tidur.

Maka, jika tanda bahaya sudah terjadi, sebaiknya segera periksakan kondisi anak ke dokter. Sehingga tetap dalam pemantauan yang tepat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.