Sukses

RI Darurat Stunting, Jokowi Minta Daerah Lain Tiru Sumedang

Melihat kesuksesan Sumedang, Jokowi meminta kepala daerah di Indonesia untuk meniru apa yang dilakukan kabupaten tersebut dalam menekan kasus stunting.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memuji terobosan yang dilakukan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dalam menurunkan stunting. Pada 2018 angka stunting di kabupaten tersebut 32,2 persen. Lewat inovasi teknologi, Sumedang bisa menurunkan angka stunting menjadi 7 persen di 2022.

"Mengapresiasi Sumedang yang menggunakan platform teknologi dalam memonitor stunting," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Kepala Deerah se-Indonesia 2023.

Melihat kesuksesan Sumedang, Jokowi meminta kepala daerah di Indonesia untuk meniru apa yang dilakukan kabupaten tersebut dalam menekan jumlah anak yang mengalami kekurangan gizi kronis.

"Apasih platformnya dan seperti apa, yang lain tinggal tiru saja, copy saja," kata Jokowi dalam acara yang digelar di Sentul, Bogor, Jawa Barat pada Selasa, 17 Januari 2023.

Sebelumnya, Jokowi sudah memanggil Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir ke Istana Merdeka pada 2 Januari 2023 untuk menjelaskan upaya kabupaten itu dalam menekan stunting.

Dony menjelaskan bahwa Sumedang memiliki platform bernama Simpati atau Sistem Pencegahan Stunting Terintegrasi. Lewat platform tersebut, seluruh pihak termasuk kader posyandu bisa memakai dan menangani stunting.

Data penimbangan anak, seperti lingkar kepala, tinggi badan, dan berat badan dimasukkan ke dalam Simpati oleh kader posyandu. Setiap posyandu yang ada di Sumedang mendapatkan satu smartphone yang salah satu penggunaanya untuk memasukkan data fisik anak-anak di sana. Kemudian, masing-masing desa atau kelurahan di Sumedang dapat menuliskan berbagai kendala dalam penurunan stunting dalam aplikasi tersebut.

"Semua kader Posyandu kami dilatih untuk paham menggunakan aplikasi Simpati. Satu Posyandu satu smartphone. 1.750 posyandu masing-masing diberi smartphone," kata Dony di awal Januari 2023.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Setiap Posyandu di Sumedang Diberi Handphone

Setiap posyandu yang ada di Sumedang mendapatkan satu smartphone yang salah satu penggunaanya untuk memasukkan data fisik anak-anak di sana. Kemudian, masing-masing desa atau kelurahan di Sumedang dapat menuliskan berbagai kendala dalam penurunan stunting dalam aplikasi tersebut.

"Semua kader Posyandu kami dilatih untuk paham menggunakan aplikasi Simpati. Satu Posyandu satu smartphone. 1.750 posyandu masing-masing diberi smartphone," kata Dony.

Lewat data tersebut, bisa diketahui data desa dengan tingkat stunting tertinggi lalu data anak yang dengan status stunting. Bahkan bisa untuk mengetahui analisis penyebab dan cara mengurangi stunting di masing-masing desa.

“Setiap desa ada kendala permasalahan stunting yang berbeda-beda. Kemudian, melalui artificial intelligence kita kasih rekomendasinya,” ujar dia.

3 dari 4 halaman

Jokowi Minta Donny Ajarkan Metode Tersebut ke Daerah Lain

Melihat hasil Sumedang, Jokowi meminta Dony bisa berbagi ke daerah lain untuk membagikan upaya yang selama ini Sumedang lakukan dalam mengatasi stunting.

"Pak Presiden minta saya untuk keliling setiap provinsi untuk memaparkan hal ini," kata Dony.

Menurut Dony, ketika sesuatu kebijakan dibuat berdasarkan data maka akan menghasilkan hasil yang baik. Termasuk dalam penerapan penurunan stunting.

"Kata kuncinya adalah good data make good decision and good result."

4 dari 4 halaman

Kasus Stunting RI Masih Tinggi

Permintaan Jokowi agar daerah lain meniru upaya Sumedang bukan tanpa sebab. Kasus stunting nasional masih tinggi. Per 2022, angka stunting sekitar 21 persen. Namun, target yang mesti dicapai di 2024 harus di bawah 14 persen.

"Sehingga stunting harus jadi target penyelesian bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia," tegas Jokowi di hadapan kepala daerah.

Dalam waktu kurang dari dua tahun, Jokowi optimistis bisa menurunkan angka stunting jauh lebih rendah dari 21 persen. Hal ini bisa dilakukan asal semua pihak bekerja keras seperti saat Indonesia berhasil kendalikan pandemi COVID-19.

"Bukan hal yang mudah tapi sekali lagi kerja keras kita seperti saat bekerja menghadapi pandemi saya kira bisa diselesaikan," tuturnya. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.