Sukses

Demam Tinggi Mendadak Tanpa Pilek, Waspada Gejala Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue) adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue yang dibawa oleh vektor nyamuk. Penyakit ini, selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama di musim penghujan.

Liputan6.com, Jakarta Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue) adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue yang dibawa oleh vektor nyamuk. Penyakit ini, selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama di musim penghujan.

Ada beberapa gejala Dengue yang mirip dengan penyakit lain, seperti demam, sakit kepala, dan hilang nafsu makan.

Ada hal-hal yang menjadikan gejala Dengue lebih khas dari penyakit lain. Salah satunya demam tinggi mendadak seperti disampaikan Ketua Komunitas Dengue Indonesia Prof Dr dr Sri Rezeki S Hadinegoro SpA(K).

“Sebetulnya yang paling penting itu demamnya. Demamnya tinggi dan mendadak. Itu salah satu ciri dari penyakit virus. Kalau penyakit bakteri enggak, sekarang demam, besok enggak enak badan, pusing, besoknya demam tapi sudah mending,” kata Sri dalam wawancara eksklusif Takeda di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2022).

“Kalau virus, pagi-pagi masih main, masih sekolah, malamnya langsung naik (demam tinggi), itu harus hati-hati. Kalau anak-anak tuh bisa dilihat mukanya jadi kaya udang rebus, merah, nah ini dipastikan karena virus,” tambahnya.

Gejala DBD cenderung mirip dengan radang tenggorokan, seperti gejala yang dirasakan ketika akan flu. Namun, biasanya tidak ada gejala pilek pada penyakit DBD.

“Kalau pilek itu virusnya sudah virus lain, tapi batuk masih mungkin, muntah masih mungkin, diare masih mungkin, tapi biasanya enggak pilek. Jadi kalau demam tinggi tapi ada pilek itu Alhamdulillah.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Beda dengan Demam Tifoid

Sri juga mengatakan bahwa demam berdarah dengue berbeda dengan demam tifoid.

“Demam tifoid itu minggu pertama biasanya gejalanya masih belum berat. Demamnya karena bakteri salmonella jadi dia khasnya kalau pagi segar, makin sore makin loyo, makin malam makin tinggi, besoknya segar lagi.”

Kondisi seperti ini bisa terjadi dalam satu minggu pertama. Masuk ke minggu kedua suhunya bisa terus-terusan tinggi.

“Nah kalau demam berdarah dalam tiga hari sudah ketahuan, jadi istilahnya demam berdarah itu dalam satu minggu bisa sembuh atau bisa meninggal. Makanya kalau demam satu dua hari, jangan pikirin demam tifoid, pikirin demam virus dulu.”

Demam akibat virus bisa didiagnosis dalam waktu lebih cepat sekitar kurang dari satu minggu. Sedangkan, demam tifoid satu minggu itu demamnya naik turun sehingga pasien menganggapnya sembuh.

3 dari 4 halaman

Mirip COVID-19

Ketimbang demam tifoid, gejala Dengue lebih mirip dengan gejala COVID-19.

“Susahnya sekarang Dengue dengan COVID, itu mirip-mirip sekali makanya perlu pemeriksaan sequencing atau PCR.”

Artinya, jika ada gejala COVID-19 tapi ternyata negatif, maka ada kemungkinan penyakitnya adalah DBD.

Seperti virus Corona penyebab COVID-19, virus Dengue juga bisa dideteksi dengan genome sequencing. Hal ini lah yang menunjukkan serotipe Dengue 1, 2, 3, dan 4.

“Bisa, makanya kita bisa tahu serotipe itu dengan sequencing. Tapi ya itu tadi, kita harus galakkan juga seperti COVID supaya semua laboratorium yang sudah ditunjuk itu betul-betul bisa menyelenggarakan.”

Salah satu kendala sequencing untuk DBD adalah harganya yang mahal. Meski sebetulnya semua Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) bisa melakukan itu.

“Masalahnya cuma mahal, sebetulnya BBLK semua bisa bantu tuh yang di Jakarta, Surabaya, Bandung, kalau enggak salah Bali juga ada.”

4 dari 4 halaman

Serotipe Dengue

Sebelumnya, Sri menjelaskan, virus Dengue memiliki tipe-tipe yang disebut serotipe.

“Dengue ini ada serotipe. Kalau COVID-19 ada yang namanya Delta, ada yang namanya Omicron, Dengue juga ada, tetapi namanya serotipe Dengue 1, 2, 3, dan 4,” kata Sri.

Virus dengue memiliki serotipe, tapi hingga kini menunjukkan mutasi seperti virus penyebab COVID-19.

Alhamdulillah belum tuh sampai sekarang, dari saya kenal Dengue sampai sekarang ya cuman 4 itu aja. Serotipe itu kan kelompok besar, dari serotipe itu ada genotipe dan itu bukan mutasi tapi variasi saja. Sampai sekarang sih belum (ada mutasi) jangan sampai lah,” jelas Sri.

Ia menambahkan, serotipe Dengue ada dan bersirkulasi di berbagai daerah di Indonesia, tapi proporsinya berbeda-beda.

“Artinya kalau nanti kita punya vaksin, vaksin itu harus mewakili keempat serotipe.”

Sri juga mengatakan bahwa serotipe 3 adalah yang paling berbahaya ditandai dengan gejala klinis yang berat. Namun, hal ini berbeda dengan Thailand, otoritas negara tersebut mengatakan bahwa serotipe 2 yang paling berat gejalanya.

“Kalau di Indonesia serotipe Dengue 3 (yang gejalanya berat) dan yang jadi dominan adalah serotipe 3, tapi ini tidak sama di setiap daerah, ini secara umum," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.