Sukses

Triangulasi, Salah Satu Bentuk Pelecehan Emosional dalam Hubungan yang Patut Diwaspadai

Terkadang, orang melibatkan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan konflik dalam hubungan. Namun, bagaimana jika tujuan terlibatnya pihak ketiga ini adalah untuk melakukan triangulasi?

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah hubungan, tak jarang Anda dihadapkan dengan konflik yang menguras emosi serta tenaga. Terkadang, Anda berpikir masalah itu terlalu sulit untuk dihadapi berdua saja. Akhirnya, Anda melibatkan teman ke dalam masalah tersebut.

Melibatkan seorang teman yang bisa dipercaya untuk membantu menyelesaikan masalah bukan hal buruk. Masalahnya, terkadang Anda justru menggunakan teman demi membuat jarak dengan sang kekasih. Menurut situs Bustle, tindakan ini biasa disebut triangulasi.

Dalam triangulasi, melibatkan pihak ketiga tidak dimaksudkan untuk membantu—setidaknya untuk dua orang dalam hubungan tersebut.

"Ini biasanya dilakukan untuk menciptakan jarak dan ruang emosional antara pelaku dan orang yang ingin ia kendalikan atau manipulasi," kata terapis pernikahan dan keluarga berlisensi Tameca Dove. "Seseorang menggunakan triangulasi untuk memanipulasi orang lain dan komunikasi digunakan sebagai cara untuk mengendalikan dan menyesatkan."

Menurut pekerja sosial klinis berlisensi Maria Elias, triangulasi adalah ketika salah satu orang dalam hubungan kekasih tidak berkomunikasi dengan pasangannya secara langsung.

"Dibanding ingin mengakhiri argumen atau membantu memperbaiki hubungan emosional yang putus dalam hubungan, orang yang menggunakan triangulasi melakukannya demi keuntungan pribadinya sendiri," kata Elias.

Dengan membawa pihak ketiga, manipulator tidak harus bertanggung jawab atau menghadapi konsekuensi dari bagaimana tindakannya memengaruhi pasangannya, dan ia memiliki kesempatan untuk mengubah narasi menggunakan perspektif yang berbeda dari orang ketiga.

Ketika digunakan secara tidak benar (tidak dengan terapis berlisensi, konselor, atau pihak ketiga yang tidak memihak dan tidak manipulatif), menciptakan "segitiga" komunikasi termasuk bentuk pelecehan emosional dan dapat berdampak buruk pada segala jenis hubungan, menurut pekerja sosial klinis berlisensi Leah Cohen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Triangulasi Muncul Dalam Hubungan?

Ada banyak cara untuk menggunakan triangulasi dalam hubungan, kadang-kadang cara yang digunakan sangat halus sehingga bahkan dirinya sendiri tidak menyadari perbuatannya.

Dalam hal ini, Bowen memberikan contoh orangtua dengan anak-anak. "Dengan pasangan, kita mungkin melihat bentuk segitiga antara orangtua dan anak, seperti orang tua menggunakan anaknya untuk menghindari menghabiskan waktu bersama pasangannya atau untuk mengekspresikan rasa frustasi tentang perilaku pasangannya," katanya.

"Triangulasi tidak harus melibatkan membawa seseorang ke dalam hubungan untuk mendapat umpan balik atau dukungan."

Ini juga termasuk tindakan memilih pihak ketiga untuk mengecualikan pasangan.

Menurut Elias, beberapa tanda triangulasi dalam suatu hubungan mungkin lebih sederhana daripada perilaku itu sendiri.

"Beberapa tanda termasuk merasa seperti batasan Anda tidak dihormati, merasa cemas dan tidak aman tentang hubungan, dan merasa tertekan untuk memenuhi tuntutan orang lain untuk memastikannya bahagia," tuturnya.

Contoh lainnya yaitu munculnya kalimat yang diawali dengan "katanya" alih-alih menggunakan perspektifnya sendiri.

3 dari 4 halaman

Bagaimana Triangulasi Memengaruhi Anda?

Pada tingkat dasar, menjadi korban triangulasi dapat menyebabkan Anda mengalami banyak dampak yang sama seperti bentuk pelecehan emosional lainnya.

Pertama, itu dapat memengaruhi harga diri dan nilai diri Anda, menurut Elias. Di luar itu, dapat menciptakan keraguan dalam hubungan yang mengarah pada hubungan yang tidak sehat.

"Triangulasi juga dapat menyebabkan orang tersebut dimanipulasi agar mengalami kecemasan, depresi, konflik dalam hubungan lain, dan kodependensi terhadap pasangan," kata Elias.

Hampir sama dengan gaslighting, perilaku ini dapat menyebabkan perasaan tidak stabil dan tidak aman pada siapa pun yang mengalaminya.

Meskipun jarang terjadi, Bowen juga menunjukkan bahwa ada beberapa kasus di mana melibatkan pihak ketiga dapat membantu selama perselisihan.

"Penting untuk mengakui bahwa triangulasi dapat bekerja sementara. Rasanya sangat menyenangkan untuk melampiaskan frustasi yang mungkin dialami dalam hubungan kekasih kepada orang lain, dan berbicara dengan support system Anda tentang tantangan yang dialami dalam hidup adalah mekanisme koping yang sehat untuk digunakan."

Kuncinya adalah untuk menggunakannya dengan cara yang sehat, yaitu dengan menyelesaikan konflik dalam hubungan bahkan setelah orang ketiga pergi.

4 dari 4 halaman

Cara Menavigasi Triangulasi dalam Hubungan

Meski triangulasi terkadang dapat berdampak baik jika digunakan dengan cara yang sehat dan produktif, penting untuk mempelajari cara mencegah perilaku apabila dampaknya buruk. Cohen menjelaskan bahwa intervensi ini harus melibatkan semua pihak yang terlibat.

Ketika Anda menyadari bahwa mungkin ada beberapa triangulasi yang terjadi, cara paling efektif dan paling cepat untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengikutsertakan semua orang yang terlibat untuk melakukan percakapan sebagai sebuah kelompok, ujarnya.

Menghadapi rasa tidak aman dan mengkomunikasikannya juga dapat membantu, menurut Elias.

"Menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan dan memastikan bahwa batas-batas itu dihormati juga membantu dalam mencegah dan mengatasi triangulasi," katanya. "Selain itu, mencari terapi dapat membantu memerhatikan pola triangulasi serta mempelajari cara-cara sehat untuk mengatasinya."

Jika pernah mengalami triangulasi di masa lalu, jangan biarkan itu mengganggu fokus Anda sekarang.

"Penting untuk mulai fokus pada apa yang Anda inginkan dan butuhkan dari suatu hubungan," katanya.

Singkatnya, jangan biarkan pengalaman triangulasi menghancurkan hidup Anda.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini