Sukses

Konsumsi Telur dan Daging Ayam Tinggi, Waspada Infeksi E Coli

Infeksi bakteri E.Coli tetap harus menjadi perhatian.

Liputan6.com, Jakarta Di Indonesia, konsumsi pangan dari unggas, termasuk telur dan daging ayam terbilang cukup tinggi setelah ikan. Terutama menyasar bagi masyarakat yang tinggal di daratan yang tidak mempunyai atau dekat dengan laut.

Menurut peneliti Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jawa Barat, Siti Nur Fatimah, tingkat konsumsi dari unggas yang tinggi ini harus menjadi perhatian terhadap adanya penyakit resistensi antimikroba. Salah satunya, kehadiran bakteri Escherichia Coli (E.Coli) yang dapat menimbulkan infeksi E.Coli.

Bakteri E.Coli biasanya terdapat di dalam usus manusia dan hewan. Namun, bakteri ini dapat mengakibatkan infeksi yang dipicu terkait penanganan dan pengolahan makanan tidak benar. Bahkan air yang terkontaminasi.

"Pola konsumsi dari unggas ternyata cukup tinggi. Ini yang harus jadi perhatian kita karena ada risiko penyakit yang berhubungan dengan resistensi mikroba," kata Nur Fatimah saat diskusi The Hidden Health Impacts of Industrial Livestock Systems pada Kamis, 7 April 2022.

"Kalau konsumsi tertinggi masih ikan, terutama untuk di daerah pesisir. Tapi kalau yang tidak punya laut biasanya lebih ke telur dan ayam. Yang harus diperhatikan, bagaimana pola makan ini bisa dikontrol dengan baik sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO)."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Paparan Bakteri E.Coli

Dalam pengolahan makanan, termasuk pada telur dan daging ayam, masyarakat perlu mewaspadai infeksi bakteri E.Coli. Bakteri E.Coli merupakan salah satu resisten antimikroba yang dapat menyebabkan infeksi.

"Ternyata paparan E.Coli cukup resisten. Dia tahan terhadap suhu yang sebetulnya di kisaran 70, 100 hingga 300 derajat Celsius. Bahkan bisa tahan yang seharusnya dia sudah mati," Siti Nur Fatimah melanjutkan.

"Ini jadi catatan penting karena beberapa orang mengalami sepsis atau infeksi akibat penyakit E.Coli yang resisten. Dan ini harus jadi perhatian walaupun tidak bisa mewakili keseluruhan kasus."

Berbagai kebijakan dari sisi konsumen terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kesadaran dan motivasi terhadap pengendalian penyakit yang disebabkan oleh pencemaran mikroba dan juga pengolahan makanan.

"Secara umum, kita harus memerhatikan higienitas dan sanitasi saat mengolah makanan. Perlu tahu juga bagaimana mengolah raw food dan natural food," imbuh Siti.

"Lalu, bagaimana prosedur agar makanan bebas dari pencemaran? Harus ada pengolahan yang cukup baik dan pengendalian temperatur sampai ke konsumen."

3 dari 4 halaman

Penyebab Bakteri E.Coli Masuk ke Tubuh

Berdasarkan informasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, bakteri E.Coli penyebab infeksi ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai cara, antara lain:

Penanganan makanan yang tidak tepat baik makanan disiapkan di rumah, di restoran, atau di toko bahan makanan, penanganan dan persiapan yang tidak aman dapat menyebabkan kontaminasi.

Penyebab umum keracunan makanan mengandung bakteri E.Coli meliputi:

  • Gagal mencuci tangan dengan benar sebelum menyiapkan atau makan makanan
  • Menggunakan peralatan makan, talenan, atau piring saji yang tidak bersih, menyebabkan kontaminasi silang Mengonsumsi produk olahan susu atau makanan yang mengandung mayones yang telah ditinggalkan terlalu lama
  • Mengonsumsi makanan yang tidak disimpan pada suhu yang tepat
  • Mengonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan suhu atau durasi waktu yang tepat, terutama daging dan unggas
  • Mengonsumsi produk makanan laut mentah
  • Minum susu yang tidak dipasteurisasi
  • Mengonsumsi produk mentah yang belum dicuci dengan benar

 

4 dari 4 halaman

E-Coli dapat Menyebar

Ada juga penyebab lain bakteri E.Coli masuk ke tubuh, antara lain:

  • Pengolahan makanan: Selama proses penyembelihan, daging unggas, dan produk daging dapat memperoleh bakteri dari usus hewan tersebut.
  • Air yang terkontaminasi: Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan air mengandung bakteri dari kotoran manusia atau hewan. Anda bisa tertular infeksi dari meminum air yang terkontaminasi atau berenang di dalamnya.
  • Orang ke orang: E.Coli dapat menyebar jika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangan setelah buang air besar (BAB). Bakteri tersebut kemudian menyebar saat orang tersebut menyentuh seseorang atau sesuatu yang lain, seperti makanan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.