Sukses

Terapkan Perilaku 3P agar Protokol Kesehatan COVID-19 Berjalan Sukses

Penularan COVID-19 meningkat jika kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan masih rendah

Liputan6.com, Denpasar - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Kasih Ibu, Jimbaran, Bali, Siswadi Semadi mengingatkan bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang rendah bisa berpeluang meningkatkan penularan COVID-19.

Protokol kesehatan 6M harus dilakukan secara tetap dan konsisten agar pandemi COVID-19 cepat berakhir. Keenamnya adalah memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.

“Perbedaan persepsi masyarakat tentang pentingnya protokol kesehatan sangat memengaruhi kepatuhannya mereka dalam menjalaninya,” kata Siswadi kepada Health Liputan6.com di Bali belum lama ini. 

Menurut Siswadi, para selebritis atau tokoh masyarakat punya peranan dalam membentu persepsi tersebut. Banyaknya pengikut atau followers akan memercepat persebaran informasi yang salah terkait hal apa pun, termasuk COVID-19, di kalangan luas.

Itu mengapa amat disayangkan hingga saat ini masih banyak hoaks yang berkaitan dengan Virus Corona tersebar luas di masyarakat.

Siswadi, mengatakan, hal tersebut sangat berdampak pada perilaku masyarakat dalam merespons protokol kesehatan COVID-19 secara lebih ketat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Perilaku 3P Dalam Perangi Hoaks Terkait COVID-19

Siswadi pun menyebut pentingnya siklus 3P (Pengetahuan, Persepsi, Perilaku) sebelum menyebarkan dan memercayai setiap informasi yang kita terima. Apa sajakah?

1. Pengetahuan

Mereka yang dilabeli sebagai influencer atau idola, harusnya memiliki pengetahuan yang mumpuni sebelum membagikan informasi ke hadapan masyarakat.

Alih-alih menyebarkan dengan maksud baik, tapi justru memperkeruh suasana. Saring sebelum sharing jadi pilihan bijak. Sebab, sekali melontarkan berita hoaks lalu dipercayai masyarakat, akan sulit menariknya kembali.

Siswadi memberi contoh pernyataan kontroversial dr. Lois Owen beberapa minggu lalu. Dr Lois mengatakan tidak percaya akan COVID-19. Menurutnya korban meninggal disebabkan interaksi obat yang diberikan pada pasien, bukan karena Virus Corona penyebab COVID-19.

Satu pernyataan yang dilakukan tidak pada forum resmi dan tanpa dilandasi ilmu pengetahuan yang benar laiknya seorang dokter. Apakah cukup sampai di situ? Tentu tidak, opini tersebut sangat memengaruhi sikap dan persepsi masyarakat.

 

3 dari 5 halaman

2. Persepsi

Ini adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Benar atau tidaknya persepsi yang dimiliki seseorang bergantung pada seberapa baik pengetahuannya terhadap satu hal.

Salah pengetahuan berdampak ke salah persepsi. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai sikap dokter Lois Owen menyebarkan informasi tanpa dasar keilmuan yang memicu kekacuan dan perilaku salah masyarakat.

 

4 dari 5 halaman

3. Perilaku

Fase ini merupakan tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan yang di dapat dari lingkungan. Perilaku adalah cerminan dari pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap suatu isu.

Di tahap inilah perilaku penerapan protokol kesehatan 6M terjadi. Minim pengetahuan sebelum menyebarkan dan menerima informasi menjadi biang terbentuknya salah persepsi, akhirnya berdampak pada perilaku yang sulit dikendalikan.

5 dari 5 halaman

Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.