Sukses

Terapi Infus Antibodi Mampu Menyelamatkan Pasien COVID-19 Parah?

Liputan6.com, Jakarta Tepat setahun setelah penemuan bahwa obat steroid dapat mencegah kematian akibat COVID-19, para peneliti mengatakan mereka telah menemukan terapi lain yang menyelamatkan pasien COVID-19 parah.

Seperti dilansir dari BBC, meskipun mahal, infus antibodi vena mampu menetralisir daripada meredam respons peradangan tubuh.

Hasil dari uji coba ini membantu satu dari tiga orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 yang parah. Menurut ahli, metode infus antibodi ini akan menyelamatkan enam nyawa dari setiap 100 pasien yang dirawat.

Namun sayangnya metode pengobatan ini baru berhasil jika antibodi pasien belum terbentuk dalam melawan virus. Dan terapi ini bisa memakan biaya antara £1.000 dan £2.000. (sekitar Rp 20 juta lebih).

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kata pasien uji coba

Salah satu peserta yang menerima uji coba, Kimberley Featherstone (37 tahun) mengatakan, "Saya merasa sangat beruntung bahwa uji coba itu muncul dan tengah berjalan pada saat saya dibawa ke rumah sakit dengan COVID-19 dan saya dapat menerima perawatan inovatif ini. Saya senang bahwa dengan berpartisipasi saya berperan dalam mengetahui pengobatan ini berhasil."

Pengobatan antibodi monoklonal, yang dibuat oleh Regeneron, mengikat virus untuk menghentikannya menginfeksi sel dan bereplikasi.

Dalam uji coba yang melibatkan hampir 10.000 pasien rumah sakit di Inggris, pengobatan ini secara signifikan mengurangi risiko kematian, lama tinggal di rumah sakit (rata--rata empat hari), serta kemungkinan membutuhkan ventilator untuk bernapas.

 

3 dari 4 halaman

Terapi ini mampu mengurangi kematian

Kepala penyelidik gabungan Sir Martin Landray mengatakan, "Memberi mereka kombinasi dua antibodi ini dengan infus intravena benar-benar mampu mengurangi kemungkinan kematian hingga seperlima. Apa yang kami temukan sekarang ini membuat kami dapat menggunakan pengobatan antibodi ini pada pasien yang memiliki kemungkinan satu dari tiga kematian yang tidak diobati dan kami dapat mengurangi risiko itu untuk mereka," katanya dikutip dari BBC.

Namun perlu diketahui bahwa pengobatan ini diberikan disamping obat steroid anti-inflamasi deksametason, yang dengan sendirinya mengurangi risiko kematian hingga sepertiga untuk pasien COVID-19 yang paling sakit.

Menurut kepala penelitian lainnya, Sir Peter Horby menyebutkan masih terdapat ketidakpastian besar tentang apakah terapi infus antibodi adalah pendekatan yang tepat, sementara beberapa penelitian lain tidak menemukan manfaat dari metode terapi antibodi ini.

Sebelumnya pernah ada penelitian yang menggunakan plasma darah dari pasien yang sembuh yang mengandung antibodi yang seharusnya mengenali dan melawan virus. Tapi itu pun belum terbukti efektif untuk disebut terapi COVID-19.

Namun, pengobatan infus antibodi kuat ini, yang digunakan dalam uji coba Pemulihan, menggunakan dosis besar dua antibodi spesifik, yang dibuat di laboratorium, yang bagus untuk menempel pada virus SARS-CoV-2, penyebab pandemi COVID-19.

"Sungguh luar biasa mengetahui bahwa bahkan pada penyakit COVID-19 yang lanjut, menargetkan virus dapat mengurangi kematian pada pasien yang gagal meningkatkan respons antibodi mereka sendiri," kata Sir Peter.

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Tips Aman Hindari Covid-19 Saat Harus Mengantre

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.