Sukses

Jepang Mulai Vaksinasi COVID-19, Jarum Suntik Jadi Kendala Utama

Jepang memulai program vaksinasi COVID-19 pada hari ini, namun, langkanya jarum suntik khusus membuat jutaan vaksin terancam terbuang percuma

Liputan6.com, Jakarta - Jepang memulai program vaksinasi COVID-19 pada hari ini, Rabu (17/02/2021) menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech. Sebanyak 40 ribu tenaga medis di berbagai rumah sakit di Jepang direncanakan akan menerima suntikan dosis pertama pada hari ini, Rabu, 17 Februari 2021.

Dilansir laman Channel News Asia, sekitar 3,7 juta pekerja medis lainnya akan menyusul divaksinasi, diikuti oleh orang berusia 65 tahun keatas, dan diperkirakan akan memakan waktu satu tahun untuk memberikan vaksin ke semua orang di kelompok tersebut.

Negara dengan jumlah penduduk 126 juta jiwa ini, telah menandatangani kontrak untuk mendapatkan total gabungan 314 juta dosis vaksin, yakni dari Pfizer, AstraZeneca dan Moderna.

Jumlah dosis tersebut cukup untuk memvaksinasi 157 juta orang, dengan masing-masing menerima dua suntikan.

Vaksinasi ini juga merupakan upaya Jepang agar Olimpiade Tokyo 2021 yang direncanakan dihelat 23 Juli mendatang, dapat berlangsung dengan aman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jepang Kekurangan Jarum Suntik Khusus

Namun, program vaksinasi ini dikhawatirkan akan terhambat karena Jepang dilaporkan kekurangan jarum suntik khusus yang dibutuhkan untuk memaksimalkan jumlah suntikan dari setiap vial (botol kecil). Sehingga ditakuktan, jutaan dosis vaksin Pfizer akan terbuang percuma.

Pihak Pfizer mengatakan, ada enam dosis per vial jika vaksin itu dikeluarkan menggunakan jarum suntik khusus, sedangkan jarum suntik biasa yang disiapkan oleh pemerintah Jepang hanya mampu mengeluarkan lima dosis vaksin dari dalam tabung.

Atas permasalahan ini, pemerintah Jepang berusaha mengamankan persediaan jarum suntik khusus tersebut. Namun, pihak pabrik mengaku kesulitan meningkatkan produksi jarum suntik.

Salah satu produsen alat kesehatan, Nipro Corp mengatakan, biasanya mereka memproduksi 500.000 unit jarum suntik per bulan. Namun, pihaknya berencana meningkatkan produksinya hingga jutaan jarum suntik per bulan.

Namun, Nipro Corp menyatakan membutuhkan waktu hingga lima bulan untuk memenuhi target dari pemerintah Jepang tersebut.

"Kami menerima permintaan dari Kementerian Kesehatan (Jepang) dan kami harus berbuat sesuatu. Namun, permintaan itu tidak dapat dipenuhi dalam waktu semalam. Setidaknya, kami butuh waktu empat sampai lima bulan sebelum produksi dapat ditingkatkan," jelas juru bicara Nipro diwartakan NHK, dan dikutip laman Japan Today.

Produsen lainnya, Terumo Corp, menyatakan telah mulai mengembangkan jarum khusus yang dapat mengeluarkan enam dosis vaksin dari dalam tabung. Namun, disebut Terumo masih terlalu dini untuk mengumumkan produksi jarum untuk kebutuhan komersial.

Jepang sendiri, sejauh ini mencatat sekitar 415.000 kasus COVID-19, termasuk 7.013 kasus kematian.

Meskipun kasus harian telah menurun dalam beberapa pekan terakhir setelah memuncak pada awal Januari, Tokyo dan sembilan prefektur lainnya tetap dalam keadaan darurat untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

 

(Penulis: Rizki Febianto)

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini