Sukses

Kepala BKKBN Haryono Suyono Era Presiden Soeharto Terima Penghargaan Inovasi Posyandu

Kepala BKKBN Haryono Suyono era Presiden Soeharto menerima penghargaan atas inovasi posyandu.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) era Presiden Soeharto, Haryono Suyono menerima penghargaan atas program inovasi posyandu. Di bawah kepemimpinan Haryono, BKKBN membentuk dan mengembangkan posyandu di Indonesia.

Pembentukan posyandu pun mulai diresmikan pada tahun 1983 dan terus berkembang sampai sekarang. Penghargaan kepada Haryono diberikan oleh Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) pada momen Seminar 75 Tahun Indonesia Merdeka: Kontribusi Diaspora Indonesia Dalam Konteks Kesehatan Global pada 22 Agustus 2020.

Haryono mengenang sejarah singkat perkembangan program pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana saat memimpin BKKBN. Program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1970 melalui pendekatan medis dengan fasilitas klinik di semua wilayah.

Seiring dengan itu dikembangkan pendekatan kemasyarakatan yang didukung partisipasi perguruan tinggi dan masyarakat. Pengembangan yang berhasil dalam pendekatan kemasyarakatan dilanjutkan dalam lima tahun berikutnya dengan kegiatan operasional yang seimbang, antara pendekatan klinis dan kemasyarakatan.

"Pada awal tahun ketiga dari garapan lima tahunan, makin diyakini bahwa pendekatan kemasyarakatan bersama semua komponen pembangunan bangsa adalah pilihan yang tepat," kenang Haryono saat seminar virtual, ditulis Selasa (25/8/2020).

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bawa Indonesia ke Kancah Dunia

Pembentukan posyandu mulai tahun 1983. Hal ini demi mendukung program KB yang berfokus pada pendekatan kemasyarakatan. Pada waktu itu, posyandu yang dibentuk di tingkat desa.

"Pelaksanaannya dilaksanakan oleh aparat BKKBN dan Departemen Kesehatan dibantu ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa. Program ini mendapat dukungan dari Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah daerah sampai level terbawah," lanjut Haryono sebagaimana keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

"Waktu itu kegiatan posyandu didampingi oleh penyuluh lapangan KB dan para bidan desa. Program KB melalui kegiatan Posyandu ini semakin meluas dan menampakkan hasil yang positif."

Keberhasilan tersebut membuat Indonesia banyak didatangi tamu dari berbagai negara untuk belajar. Inovasi pendekatan kemasyarakatan membawa Indonesia ke kancah dunia.

Pada tahun 1989, Indonesia mendapatkan Penghargaan UN Population Awards dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diserahkan langsung oleh Sekjen PBB di Markas PBB, New York, Amerika Serikat. Penerimaan penghargaan diterima Presiden RI Soeharto, yang berkuasa pada saat itu.

“Saya berharap program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga berencana (Bangga Kencana) dapat memberi dukungan yang kuat menuju Indonesia Emas tahun 2045. Maka, program BKKBN perlu pertama-tama diarahkan lebih tajam kepada usaha meningkatkan mutu sumber daya manusia," harap Haryono.

 

3 dari 3 halaman

Teruskan Warisan

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan kekaguman atas keberhasilan program Bangga Kencana pada saat kepemimpinan Haryono. Program disesuaikan dengan hal-hal baru, nilai-nilai, situasi, dan kondisi saat ini.

“Kita meneruskan apa yang sudah diwarisi pendahulu. Kita teruskan nilai-nilai yang memiliki prestasi baik," ujarnya.

“Karena ekosistem yang ada sekarang sudah berbeda, kita harus menentukan hal-hal baru untuk mempertahankan prestasi bangsa kita di mata dunia."

Program Bangga Kencana menyasar, bagaimana mempertahankan usia harapan hidup melalui perbaikan tingkat kesehatan penduduk agar angka kematian bayi dan anak, ibu hamil, dan remaja terus diturunkan, usia Harapan Hidup lansia yang meledak jumlahnya dipertahankan pada posisi tinggi.

Mutu kepesertaan KB diarahkan pada pasangan usia muda dan diharapkan mereka ber-KB.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.