Sukses

Perkembangan Vaksin COVID-19 di Amerika Serikat hingga China

Perusahaan farmasi AS Pfizer Inc. dan BioNTech SE Jerman mengatakan vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan bersama akan diajukan untuk peninjauan regulasi pada awal Oktober.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa negara berlomba-lomba membuat vaksin COVID-19. Beberapa diantaranya sudah memasuki tahap akhir pengujian.

Perusahaan farmasi Amerika Serikat Pfizer Inc. dan BioNTech SE Jerman mengatakan vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan bersama akan diajukan untuk peninjauan regulasi pada awal Oktober, seperti dalam data tambahan yang mereka rilis dari studi tahap awal.

Perusahaan mengatakan vaksin dapat ditoleransi dengan baik untuk gejala demam ringan hingga sedang pada kurang dari 20 persen peserta. Perusahaan terus menganalisis data dari uji coba klinis fase 1 di AS dan Jerman, kata mereka dalam sebuah pernyataan melansir Aljazeera, Senin (24/8/2020).

Waktu akan menentukan apakah vaksin COVID-19 ini akan menjadi salah satu vaksin yang paling cepat di dunia. Beberapa analis memperkirakan vaksin akan disetujui untuk digunakan pada November di AS.

Pfizer dan BioNTech bulan lalu meraih kesepakatan USD2 miliar untuk memasok 100 juta dosis awal vaksin kepada Pemerintah AS dengan harapan menstabilkan ekonomi lokal dan menghentikan penyebaran virus SARS-CoV-2.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Vaksin Rusia dan China

Rusia juga mengembangkan vaksin COVID-19. Negara ini telah menyetujui vaksin yang dijuluki Sputnik V di awal bulan ini.

Vaksin Sputnik V dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow dan Russian Direct Investment Fund (RDIF) ini berencana untuk menyalurkannya secara luas pada Oktober.

Namun, langkah tersebut telah menuai kritik dari para ilmuwan dunia karena proses uji klinis belum melibatkan banyak orang sesuai standar ilmiah. Sehingga, profil keamanan vaksin tersebut masih belum jelas.

Menanggapi hal ini Rusia pekan ini menjadwalkan bakal melakukan uji klinis yang melibatkan 40 ribu orang di 45 lokasi berbeda.

"Uji klinis terencana ydilakukan secara acak dan ada kontrol plasebo bakal dilakukan untuk mengetahui kemanjuran dan keamanan vaksin Sputnik V pada kelompok berisiko. Uji klinis akan melibatkan 40 ribu relawan di 45 pusat kesehatan," kata RDIF di laman resmi mereka.

Lalu, di China, produsen obat Sinopharm Group Co. mengatakan minggu ini bahwa dua vaksin yang dikembangkan oleh anak perusahaan akan tersedia segera setelah akhir tahun. Jika efektif dan aman, vaksin akan dijual dengan harga kurang dari 1.000 yuan (USD 145) atau sekitar Rp2,1 juta lebih untuk dua dosis.

Lalu, ada juga produsen vaksin yang berbasis di Beijing, Sinovac Biotech Ltd. yang mengembangkan vaksin COVID-19. Uji klinis tahap tiga pun salah satunya dilakukan di Indonesia yang melibatkan 1.260 relawan. Dijadwalkan uji klinis fase tiga bakal selesai di awal 2021. Bila uji klinis fase tiga lancar, Bio Farma akan memproduksi di 2021. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.