Sukses

Berbagai Faktor yang Memungkinkan Pasien COVID-19 Meninggal Dunia

Peneliti dari LBM Eijkman memaparkan beberapa kemungkinan mengapa pasien COVID-19 tetap bisa meninggal meski penyakitnya dianggap tak lebih mematikan daripada SARS dan MERS

Liputan6.com, Jakarta Meski dinilai kurang mematikan ketimbang SARS dan MERS, infeksi virus corona COVID-19 tetap memakan ribuan korban jiwa.

Terkait hal ini, Prof. David H. Muljono, peneliti senior dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan ada banyak faktor yang memungkinkan seseorang bisa meninggal karena COVID-19.

"Tentang meninggal dan keberatan penyakit yang sembuh atau tidak itu memang betul, memang jelas imunitas mempengaruhi," kata David dalam sebuah seminar awam di LBM Eijkman, Jakarta pada Rabu kemarin, ditulis Kamis (13/2/2020).

Selain itu, David juga memaparkan beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab meninggal lainnya. Diantaranya seperti paparan virus serta usia.

"Tentang virulensi memang belum pernah ada tes virulensi, tetapi yang dilaporkan dalam New England Journal tadi, yang meninggal atau menjadi parah itu adalah mereka yang terlambat atau pun organ yang terkena lebih banyak. Jadi mungkin dia kondisinya turun atau eksposure-nya lebih banyak dan tidak sekali atau dua kali, itu kita tidak tahu," kata peneliti yang juga dokter spesialis penyakit dalam ini.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Data Terbaru Kasus COVID-19

Berdasarkan data dari peta sebaran COVID-19 yang dibuat oleh Johns Hopkins CSSE setidaknya sudah terkonfirmasi lebih dari 60 ribu kasus di seluruh dunia.

Hingga Kamis, 13 Februari 2020, pukul 11.34 WIB, terdapat 60.329 kasus terkonfirmasi. Sementara itu, angka meninggal dunia mencapai 1.369. Walaupun begitu, mereka yang sembuh mencapai 6.017 orang.

Mengutip laman resmi World Health Organization (WHO), Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa wabah ini merupakan ujian untuk solidaritas politik, keuangan, dan ilmiah.

"Kita perlu bersatu untuk melawan musuh bersama yang tidak menghormati perbatasan, memastikan bahwa kita memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mengakhiri wabah ini dan membawa ilmu pengetahuan terbaik kita ke garis depan, untuk menemukan jawaban bersama untuk masalah bersama," kata Tedros.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.