Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Seks Anal Berbahaya, Dokter Ungkap Alasannya

Infeksi menular hingga kanker usus mengintai dari aktivitas seks anal

Liputan6.com, Jakarta Seks anal adalah salah satu bentuk hubungan seks yang berbahaya. Bukan hanya penyakit menular seksual yang mengancam, bahaya kanker usus pun mengintai dari kebiasaan tersebut.

Akademisi dan praktisi klinis dokter Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa anus atau dubur, bukanlah bagian tubuh yang dipersiapkan untuk menerima benda asing dari luar.

Dalam presentasinya di Gedung IMERI, Jakarta pada Jumat pekan lalu, Ari mengatakan bahwa anus merupakan tempat pembuangan feses atau kotoran. Hal ini membuat bagian tersebut bisa menjadi sumber infeksi. Inilah yang membuat seks anal menjadi berbahaya.

"Dubur kita itu tidak dipersiapkan untuk tempat berhubungan seksual, apalagi kalau dilakukan secara paksa," kata Ari, ditulis Senin (13/1/2020).

"Kalau ini dilakukan dengan dipaksakan, maka bisa menginduksi terjadinya luka atau pendarahan," kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan ditemui usai temu media.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kanker Usus

Ari mengatakan, hal yang pertama bisa timbul dari seks anal adalah luka. Ini rentan menyebabkan infeksi karena dubur mengandung banyak kotoran.

"Kalau kebetulan pelaku memiliki penyakit infeksi yang lain seperti hepatitis B, hepatitis C, atau HIV, maka dia bisa menularkan pada korbannya," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Infeksi lain yang bisa muncul adalah HPV atau human papillomavirus. Kondisi ini berisiko menyebabkan kanker anus.

"Dalam beberapa kasus, kanker anus yang kita temukan umumnya berhubungan dengan seks anal atau sodomi," kata Ari menambahkan.

Menurutnya, potensi kanker anus bisa terjadi pada semua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Mereka yang berusia di bawah 30 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami penyakit tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.