Sukses

Godaan Belanja Online Saat Libur Akhir Tahun, Hati-hati Kecanduan

Libur akhir tahun Anda mungkin tergoda untuk belanja online, hati-hati mengalami kecanduan.

Liputan6.com, Jakarta Godaan belanja online saat libur panjang akhir tahun bisa saja dialami. Apalagi penawaran promo yang juga tak kalah menarik.

Diskon besar-besar liburan panjang ini mungkin waktu terburuk bagi orang-orang yang tidak bisa mengendalikan keinginan mereka untuk berbelanja.

 

Kini ada penelitian yang menunjukkan, kemudahan belanja online mengakibatkan orang mengalami gangguan mental buying-shopping disorder (BSD). Menurut psikolog Astrid Muller, BSD masih diperdebatkan, apakah diagnosis yang berdiri sendiri atau tidak.

BSD juga belum dimasukkan dalam buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Tapi itu mungkin hanya karena tidak ada data yang cukup tentang kondisi tersebut.

"Relatif kurangnya literatur ilmiah yang diterbitkan. Ada lebih dari 100 tahun sejarah klinis yang menggambarkan kecanduan belanja yang mengganggu kehidupan sehari-hari," kata Muller, yang juga kepala psikolog di departemen kedokteran psikosomatik dan psikoterapi di Hannover Medical School Jerman, dikutip dari WebMD, Minggu (29/12/2019).

BSD didefinisikan sebagai keasyikan ekstrem belanja online, ketika keinginan belanja tak tertahankan. Jika tak terkontrol, akan timbul rasa bersalah dan penyesalan pasca-belanja, rasa kehilangan kendali, konflik keluarga karena belanja berlebihan, dan kesulitan keuangan.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kecemasan dan Depresi

Muller menyampaikan, BSD diperkirakan memengaruhi sekitar 5 persen orang di dunia, terutama pada abad ke-21 saat konsumen mulai berpindah ke belanja online.

Dari laporan Comprehensive Psychiatry, ia dan tim melacak kebiasaan belanja online dari 122 pasien yang sudah didiagnosis dengan BSD. Partisipan berusia antara 20-68 tahun dan lebih dari 75 persen adalah wanita.

Seluruh partisipan sudah mencari pengobatan, yang biasanya berupa terapi kognitif perilaku untuk masalah kecanduan belanja. Mereka diminta mengisi sejumlah kuesioner diagnostik, termasuk tes Internet Addiction Test dan Pathological Buying Screener. Kecemasan dan depresi juga dinilai.

Hasil menyimpulkan, orang yang kecanduan belanja online cenderung lebih muda dan biasanya memiliki kecemasan dan depresi lebih parah. Orang-orang dengan BSD mungkin memiliki alasan untuk lebih memilih satu tempat belanja daripada yang lain.

"Mereka tertarik belanja online karena banyak penawaran variasi produk. Cara berbelanja ini juga mudah dan cepat," Muller menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.