Sukses

Keringat Ungkap Kondisi Tubuh, Memang Iya?

Keringat terbagi dua untuk melihat apakah itu hasil dari berkegiatan atau hal lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Tubuh akan mengeluarkan keringat saat udara panas atau setelah melakukan kegiatan fisik seperti jalan kaki atau berlari. Rupanya keringat dapat menjadi petanda banyak hal seperti masalah kesehatan tubuh.

Dalam studi yang diterbitkan di Nature ini para peneliti mencoba mengukur dan menerjemahkan informasi apakah keringat menandakan kondisi kesehatan tertentu. Namun, di dalam keringat juga terdapat bahan kimia lainnya sehingga penelitian untuk membuktikannya cukup sulit dipastikan.

“Ada begitu banyak bahan kimia dalam keringat sehingga sulit dipercaya, dan setiap bahan kimia dikaitkan dengan informasi berbeda tentang kesehatan Anda,” kata penulis senior makalah penelitian Ali Javey seperti dilansir dari Health pada Rabu, 4 Desember 2019.

Berdasarkan sebuah proyek yang dipimpin oleh laboratorium Javey Berkeley, tim peneliti di Universitas California dan Universitas Standford mengembangkan dan menguji sensor yang dapat secara terus-menerus memeriksa suhu kulit. Mereka juga memeriksa empat penanda kesehatan seperti natrium, kalium, glukosa, dan laktat melalui keringat.

Kadar natrium dan kalium yang keduanya adalah elektrolit, dapat menjadi sinyal jika Anda sedang mengalami dehidrasi. Sementara bila yang ditemukan adalah laktat maka dapat diketahui apakah otot Anda lelah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penelitian Panjang Perihal Keringat

Dalam studi tersebut, para ilmuan menempatkan sensor elektronik lengket pada kulit 14 pria dan wanita. Mereka membeli pita penahan keringat (Sweatbands) dan mengisinya dengan papan sirkuit flekisbel kecil, yang memancarkan data dari sensor ke aplikasi di smartphone.

Para responden kemudian diminta untuk melakukan berbagai jenis latihan, seperti bersepeda atau berlari dalam waktu yang berbeda-beda. Beberapa dari responden minum air, sementara yang lainnya tidak, dan beberapa lainnya berolahraga di luar ruangan sementara yang lainnya tetap berada di dalam ruangan.

“Kami menyadari jika kami ingin menemukan informasi yang bermakna dari keringat, kami perlu mengukur banyak hal pada saat yang bersamaan,” kata Sam Emaminejad, penulis utama dan cendikiawan pascadoktoral bersama, Universitas California, Berkeley dan Standford School of Medicine.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang minum air tidak menunjukkan tingkat dehidrasi elektrolit. Sementara kelompok yang tidak minum dan merasa haus menunjukkan bahwa mereka mengalami dehidrasi elektrolit. Hal tersebut didapatkan oleh para ilmuan dengan melihat natrium mereka melalui keringat.

Penulis: Winda Nelfira

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini