Sukses

Meski Dipanaskan Berkali-Kali, Opor dan Rendang Khas Idul Fitri Aman Dikonsumsi

Guru besar gizi dari IPB mengatakan bahwa aman menyantap makanan khas Idul Fitri meskipun dipanasi berkali-kali.

Liputan6.com, Jakarta - Makanan khas Idul Fitri kebanyakan orang Indonesia menggunakan santan sebagai bahan dasar masakan, seperti opor ayam maupun rendang.

Sebagian orang memercayai bahwa terlalu banyak menyantap makanan seperti itu bisa mengganggu kesehatan. Apalagi pola penyajiannya yang seringkali melewati proses pemanasan berkali-kali.

Anggapan tersebut dinilai wajar oleh Prof Dr Ir Ali Khomsan MS. Namun, guru besar gizi masyarakat dan sumber daya keluarga dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menekan bahwa sebenarnya makanan yang disantap pas Idul Fitri yang biasanya bertahan selama dua sampai tiga hari, masih aman untuk disantap.

"Ketika kita masak opor yang bisa bertahan sampai tiga hari, makanan itu secara keamanan masih bisa dimakan. Dia tidak mengalami kontaminasi yang menyebabkan bahaya dari kuman," kata Prof Ali saat berbincang dengan Health Liputan6.com belum lama ini.

Hanya saja dari aspek nutrisi, ketika makanan khas Idul Fitri itu dihangatkan berkali-kali selama hari Lebaran, tentu ada proses penurunan nilai gizi. Terutama sejumlah vitamin yang mudah dirusak karena pemanasan. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vitamin dari Makanan Khas Idul Fitri

Menurut Ali, deretan vitamin yang relatif aman itu adalah vitamin A, D, E, dan K. Selain itu, relatif tidak aman terhadap pemanasan.

"Tetapi proteinnya masih cukup, dan lemaknya juga masih oke," ujarnya. 

Bila ditelisik lebih jauh, memang nilai-nilai positif dari makanan semacam opor ayam, rendang, atau santapan berbahan santan yang biasanya cuma ada di Idul Fitri akan berkurang. Akan tetapi tidak signifikan.

"Jadi, menurut saya itu tidak apa-apa, masih bisa dikonsumsi," katanya. 

 

3 dari 3 halaman

Kentalnya Budaya di Hari Lebaran Idul Fitri

Lagipula, lanjut Ali, karena pengaruh budaya yang masih kental menyebabkan makanan-makanan tertentu harus ada pada saat Lebaran. Yang di hari lain mungkin tidak perlu diadakan. 

"Enggak apa-apa. Makan saja. Toh di hari ke-empat pola makan kita sudah normal kembali. Makan makanan tinggi lemak itu paling lama juga tiga hari. Tidak usah takut," Ali menenkan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini