Sukses

Cerita Julianto Eka Putra Dirikan Sekolah Gratis untuk Anak-anak Kurang Mampu

Julianto Eka Putra mendirikan sekolah gratis di Kota Batu bernama SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) untuk anak-anak kurang mampu.

Liputan6.com, Jakarta Julianto Eka Putra menceritakan pengalaman dirinya mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak kurang mampu. Nama sekolah itu adalah SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI), yang berlokasi di Kota Batu, Malang, Jawa Timur.

Dalam sebuah seminar Parenting & Millennial Teaching Workshop  beberapa waktu lalu, Julianto mengakui, tujuan mendirikan sekolah gratis agar anak-anak kurang mampu bisa mengecap pendidikan. Pendidikan yang layak agar meningkatkan kualitas diri.

“Menurut pengalaman saya, mendirikan sekolah gratis itu satu hal (yang bisa dilakukan orang lain), tapi lebih dari itu, yakni memberikan pendidikan yang layak bagi murid merupakan hal yang lebih sulit," Julianto dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com, Rabu, 27 Februari 2019.

Meskipun mereka semua datang dari keluarga yang kurang beruntung, tapi adanya perbedaan latar belakang keluarga. Adanya perbedaan itu ternyata membutuhkan pendekatan berbeda untuk masing-masing siswa.

SMA SPI mulai dibangun pada tahun 2006 dan menerima siswa angkatan pertama pada tahun 2007. Beberapa siswa berasal dari keluarga miskin. Pada awal datang, kepercayaan diri mereka sangat rendah, sedangkan siswa yang lain datang punya kemampuan intelektual yang buruk akibat asupan nutrisi yang kurang. 

Ada pula siswa yang datang dari daerah sangat terpencil dengan adat istiadat yang sangat berbeda pula. Mereka harus beradaptasi. 

"Setiap murid punya trauma yang masing-masing harus disembuhkan. Ya, supaya mereka memiliki keinginan untuk sukses dan hasrat untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri," lanjut Julianto.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Melatih kewirausahaan

Sosok Julianto merupakan pendiri SMA SPI dan Top Leader PT Harmoni Dinamik Indonesia (HDI) yang cakap. Dalam sebuah tayangan di Kick Andy, ia ingin mengubah hidup masa depan anak-anak lewat sekolah gratis. Untuk dana pembangunan sekolah, teman-teman Julianto sesama leader HDI bantu menyisihkan 5 persen pendapatan ke dalam suatu rekening. 

"Dana yang terkumpul pada tahun 2003 itu baru Rp 700 juta. Untuk kekurangan biaya, saya 'jual diri' sebagai trainer di perusahaan-perusahaan," tutur Julianto dalam tayangan Kick Andy.

PT Harmoni Dinamik Indonesia (HDI) sebagai sebuah perusahaan pemasaran berbasis jaringan sosial mengajak masyarakat berdiskusi tentang Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang diberikan tak hanya kurikulum pembelajaran SMA pada umumnya.

Di SMA SPI para siswa juga dilatih dalam kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan diberikan dalam beberapa unit usaha. Unit usaha dikelola oleh para alumni dengan mempekerjakan beberapa karyawan. 

Saat ini, SMA SPI memiliki 16 divisi, di antaranya agen wisata, peternakan, perkebunan, penyiaran, manajemen pertunjukan, pernak-pernik, kuliner, hotel, event organizer, dan lain-lain. Bangunan sekolah pun sudah ada terdiri atas tujuh lantai dan dilengkapi lift.

Para alumnus sudah bisa berwirausaha dan menghasilkan uang sendiri.m Mereka sudah punya tanah dan rumah. Life skill yang dipelajari supaya bisa mandiri. Sejak kelas X, mereka diajari keragaman dan memahami orang lain serta etos kerja keras.  

3 dari 3 halaman

Diadaptasi ke layar lebar

Selama mengelola SMA SPI, Julianto tidak lagi berbisnis menjadi di leader HDI sejak 2010. Dari penuturannya dalam tayangan Kick Andy, mulai tahun 2010, ia secara penuh (full time) menemani anak-anak fokus belajar di SMA SPI dan memikirkan masa depan anak-anak. 

"Saya berpikir, apa yang saya lakukan tidak sia-sia. Mereka (anak-anak yang lulus) sekarang bisa mengelola uang sendiri dan beli tanah. Selama 7 tahu, saya full time mengurus anak-anak," lanjut Julianto. 

Para alumnus pun menyisihkan pendapatan sebesar 10 persen tiap bulan. Mereka rupanya ingin meniru apa yang Julianto lakukan dan ingin membantu orang-orang tidak mampu. 

"Anak-anak itu membantu orang-orang yang tidak mampu. Saat Idul Fitri membagikan 300 bingkisan yang nilainya Rp 350.000 per bingkisan. Saya salut. Saya berbagi dengan orang kuran mampu di saat saya sudah cukup, tapi anak-anak itu berbagi saat mereka sendiri sebenarnya masih membutuhkan," ucap Julianto haru.

Perjuangan nyata Julianto Eka Putra dan kisah para murid SMA SPI saat ini telah diadaptasi ke layar lebar. Sebuah film berjudul “Say, I Love You…” yang disutradarai Faozan Rizal (sebelumnya menyutradarai “Habibie Ainun”, 2012) dan dibintangi Verdi Solaiman Dinda Hauw, Aldi Maldini, Rachel Amanda, dan Olga Lidya telah selesai diproduksi oleh MBK Pictures.

Film ini segera tayang di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2019. HDI adalah produser eksekutif dari film.

“SPI adalah bukti nyata bahwa hanya sekolah saja tidak mampu menjembatani kesenjangan lebar yang dibawa para murid ke dalam sekolah. Harus ada kombinasi dari program sekolah, layanan sosial, organisasi komunitas, dan civil society bisa menghasilkan dampak yang besar,” pungkas Julianto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.