Sukses

Metode Deteksi TBC Terbaru, Pasien Terima Hasil Diagnosis Kurang dari 2 Jam

Kini ada tes diagnostik terbaru tuberkulosis (TBC) yang cepat dan akurat. Hasil pemeriksaan bisa diperoleh pasien kurang dari dua jam.

Liputan6.com, Jakarta Terobosan terbaru diagnostik tuberkulosis (TBC) yang lebih cepat dan akurat sudah diterapkan di berbagai rumah sakit di negara-negara dunia. Tes Cepat Molekuler (TCM) atau istilahnya rapid molecular diagnostic mampu menggantikan tes diagnostik TBC melalui mikroskop. Tes tersebut memeriksa kuman pada dahak pasien, apakah pasien positif kena TBC atau tidak.

Efektivitas TCM untuk diagnostic TBC dibuktikan dengan penelitian terhadap 621 pasien yang dirawat di Zuckerberg San Francisco General Hospital and Trauma Center, Amerika Serikat. Seluruh pasien--yang positif TBC paru aktif--menjalani pemeriksaan dahak. Penelitian dilakukan mulai Januari 2014 - Januari 2016.

Peneliti menggunakan algoritma pengujian molekus dahak melalui GeneXpert MTB/RIF (Xpert; Cepheid). Dalam hal ini, pemeriksaan dahak menggunakan amplifikasi asam nukleat berbasis cartridge untuk diagnosis tuberkulosis cepat simultan dan uji sensitivitas antibiotik cepat. Diagnostik ini juga dilakukan secara real-time sehingga hasil tes dahak dapat diketahui dalam waktu kurang dari dua jam. Pasien tidak perlu terlalu lama menunggu hasil tes. Dokter dapat melakukan tindakan secara cepat bila pasien positif TBC.

Cara di atas merupakan tes diagnostik otomatis yang dapat mengidentifikasi DNA Mycobacterium tuberculosis—bakteri penyebab TBC. Hasil penelitian berjudul Association of Rapid Molecular Testing With Duration of Respiratory Isolation for Patients With Possible Tuberculosis in a US Hospital yang ditulis Lelia H Chaisson, David Duong, dkk menunjukkan, dari 301 pasien, dokter menyelesaikan proses TCM yang cepat untuk 233 pasien (77 persen). Lalu dari 320 pasien, dokter menerima hasil TCM cepat untuk 295 pasien (98 persen).

Usia rata-rata pasien pada penelitian adalah 54 tahun. Sebanyak 161 (26 persen) adalah wanita. Dari jurnal penelitian yang diterbitkan JAMA Internal Medicine pada Oktober 2018, pemeriksaan molekuler secara akurat mendiagnosis 7 pasien positif TBC dan 251 pasien dengan Mycobacterium tuberculosis (MTB) negatif.

 

 

Peringatan Hari Paru-paru Kronis Sedunia pada 19 November 2018, jurnalis Liputan6.com menayangkan liputan khusus terkait tuberkulosis (TBC). Tulisan ini merupakan tulisan pertama dari dua rangkaian, yang mengangkat tes diagnostik terbaru TBC yang lebih cepat dan akurat.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Periksa DNA bakteri

TBC yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis adalah penyakit menular bagi negara berkembang dan negara maju. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, pada tahun 2015, 1,8 juta orang meninggal akibat TBC, termasuk 0,4 juta pasien HIV-positif. Pada tahun yang sama, lebih dari 95 persen kematian TBC terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebanyak 170.000 anak meninggal karena TBC (tidak termasuk anak yang mengidap HIV). Area infeksi TBC biasanya paru-paru (TBC paru). Frekuensi TBC menyerang individu yang alami keadaan defisiensi imun (imunitas kurang), seperti pasien sindrom defisiensi imun. Penyebaran TBC pun mudah. Oleh karena itu, diagnostik TBC yang cepat dan dini serta pengobatan yang optimal tidak hanya akan menyembuhkan pasien individual, tetapi juga akan mengurangi jumlah kasus TBC di masa mendatang.

TCM berupa pemeriksaan mikroskopis dahak dengan melihat basil kuman tahan asam (BTA). Basil kuman adalah bakteri yang memiliki sel berbentuk batang atau seperti silinder. Pemeriksaan ini paling cepat membutuhkan waktu kurang dari dua jam.

“Kita punya laboratorium untuk pemeriksaan diagnostik TBC di rumah sakit. Pasien yang positif TBC bisa didata secara cepat. Pada awalnya, diagnostik TBC kan sulit diperoleh. Nah, sekarang ada alat Tes Cepat Molekuler,” kata Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek usai acara forum diskusi “Langkah Strategis Indonesia Menuju Eliminasi TBC 2030” di Seribu Rasa Senopati, Jakarta pada 14 November 2018.

Pakar TBC, Erlina Burhan menjelaskan, TCM termasuk pemeriksaan yang paling utama dilakukan pasien. Ketika pasien dicurigai menderita TBC, ia tidak hanya melakukan pemeriksaan rontgen atau cek darah saja.

“Tapi harus pemeriksaan dahak juga. Ini cara pemeriksaan yang terbaru. Dulu, dahak diperiksa di bawah mikroskop. Hanya saja sensitivitasnya tidak cukup tinggi—keakuratannya kurang. Sekarang ada TCM. Yang diperiksa lewat TCM adalah DNA kuman,” tambah Erlina, dokter spesialis paru-paru klinis yang sehari-hari berpraktik di RSUP Persahabatan Jakarta.

Efektivitas TCM lebih sensitive disbanding pemeriksaan di bawah mikroskop. Jika memeriksa dahak lewat mikroskop, maka basil bakteri—bakteri yang memiliki sel berbentuk batang atau seperti silinder—harus hidup harus terlihat jelas. Lamanya waktu dahak yang diperiksa juga memengaruhi sensitivitas hasil pemeriksaan. Dahak pasien yang alami kemungkinan TBC, dahak harus cepat dikirim ke bagian laboratorium rumah sakit kurang dari dua jam. Lebih dari dua jam, kuman akan mati.

“Pemeriksaan di bawah mikroskop itu maksimal dahak ditunggu sampai dua jam. Ini karena takut nanti bakterinya cepat mati. Nanti enggak ketemu hasilnya,” Erlina melanjutkan.

Saat menggunakan pemeriksaan TCM, kuman yang mati masih bisa diperiksa. Ini dikarenakan TCM menganalisis DNA kuman. Meskipun kumannya mati tetap terdeteksi, apakah kuman tersebut positif kuman TBC atau tidak. TCM ada di rumah sakit, sedangkan mikroskop hampir semua ada di puskesmas. Ketika ada pasien yang dicurigai TBC berobat di puskesmas, dahak pasien bisa dikirimkan segera ke laboratorium rumah sakit.

3 dari 3 halaman

Keakuratan mencapai 98 persen

Pengujian TCM dengan Xpert MTB/RIF assay secara real-time mampu mendeteksi DNA kuman TBC yang kompleks dan resistensi terhadap rifampicin. Rifampicin atau rifampin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa infeksi akibat bakteri. Cara kerja obat ini menghentikan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Sejumlah infeksi yang dapat ditangani oleh rifampicin, di antaranya adalah tuberkulosis (TBC) dan kusta.

TCM dapat diselesaikan dalam waktu dua jam, bahkan kurang dari dua jam. Laporan dari jurnal Point-of-care diagnosis of tuberculosis: Past, present and future, yang dipublikasikan US National Library of Medicine National Institutes of Health pada 2013, sterilisasi dahak untuk persiapan diteliti dengan sampel sampai 15 menit. Dari beberapa uji coba skala besar telah menilai keakuratan Xpert MTB/RIF, yang mana kepekaannya untuk deteksi kuman TBC positif dan negatif mencapai 98 persen. Meskipun ada studi dari pasien HIV yang TBC, kepekaan pengujian TCM 50 persen .

Peneliti Keertan Dhed dari Lung Infection and Immunity Unit, Division of Pulmonology and UCT Lung Institute, Department of Medicine menyatakan, rata-rata akurasi pengujian untuk deteksi TBC adalah  98 persen. Untuk mendeteksi resistansi rifampisin di daerah dengan penyakit TBC yang prevalensinya tinggi, sensitivitas pengujian sebesar 94 - 97 persen.

Namun, studi ini telah menunjukkan  peningkatan akurasi Xpert MTB/RIF lebih unggul dibanding tes dahak menggunakan mikroskop. Peningkatan proporsi waktu pasien TBC yang memulai pengobatan cepat sebesar 90 persen berdasarkan hasil Xpert MTB/RIF.

Sebaliknya, hanya sekitar 67 persen pasien TBC yang didiagnosis tes dahak mikroskopi baru dapat memulai pengobatan cepat. Diagnosis TBC melalui TCM dengan Xpert MTB/RIF sangat penting bagi pasien yang ternyata menderita resisten TBC. Perawatan dapat segera dilakukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.