Sukses

Vaksin HPV Harus Jadi Program Nasional, HOGI Desak Pemerintah

Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) mendorong pemerintah untuk segera melaksanakan program nasional vaksin HPV guna mencegah kanker serviks.

Liputan6.com, Jakarta Vaksin HPV belum jadi program nasional. Bisa dihitung dengan jari wilayah yang sudah memulai program tersebut, yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta. Segera menyusul Manado dan Makassar.

Namun, itu pun belum merata. DI Yogyakarta, misalkan, hanya dua kabupaten yang sudah gencar melakukan pemberian vaksin HPV, yaitu Kulon Progo dan Gunung Kidul.

"Kalau vaksin HPV diberikan secara sporadis di wilayah-wilayah kecil seperti ini tidak akan efektif," kata Prof dr Andrijono SpOG(K).

Dikutip dari siaran pers yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 27 Februari 2018, Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) ini mendorong pemerintah untuk segera melaksanakan program nasional vaksin HPV guna mencegah kanker serviks. Mengingat 'status' yang sudah amat mendesak.

Data Globocan 2012 menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia meninggal karena kanker serviks setiap satu jam.

Menurut dr Andrijono, kematian seorang perempuan yang juga seorang ibu akibat kanker serviks bukan sekadar kehilangan satu nyawa, tapi ada dampak sosial yang ditinggalkan buat anak dan keluarga.

"Program nasional vaksin HPV sudah sangat mendesak," ujar Andrijono di hadapan anggota Komisi IX DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat Umum pada awal Februari.

Simak video menarik berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bisa Dicegah dengan Pemberian Vaksin HPV

Kanker serviks, jelas dr Andrijono, merupakan satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan vaksin HPV. Vaksinasi efektif mencegah infeksi HPV sebagai penyebab utama kanker serviks dan kanker mulut, tenggorokan, dan kanker penis. Lebih dari 70 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.

dr Andrijono menekankan bahwa skrining atau deteksi dini kanker serviks dengan tes pap smear dan IVA sampai saat ini tidak dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks. Apalagi cakupan deteksi dini kanker serviks baru mencapai 11 persen, yaitu empat persen dengan IVA dan sembilan persen dengan pap smear.

Dari pertemuan itu, HOGI berharap pembahasan anggaran Kementerian Kesehatan di tahun ini sudah memasukkan program nasional vaksin HPV, sehingga nanti program nasional vaksin HPV sudah bisa terlaksana pada 2019.

"Paling lambat tahun 2020 sudah harus terlaksana," kata dr Andrijono.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.