Sukses

Terlihat Mirip, Bell's Palsy Sering Disangka Stroke

Bell's palsy merupakan kondisi kerusakan yang menyebabkan kelumpuhan wajah di satu sisi, kerusakan disebabkan oleh trauma pada saraf wajah.

Liputan6.com, Jakarta Mungkin Bell's Palsy masih asing di kuping, sebab jenis penyakit ini memiliki tanda klinis yang menyerupai dengan stroke sehingga orang sering salah menduga.

Bell's palsy merupakan kondisi kerusakan yang menyebabkan kelumpuhan wajah di satu sisi. Kerusakan disebabkan oleh trauma pada saraf wajah - namun penyakit ini sangat jarang menyebabkan kelumpuhan wajah di kedua sisi.

Melansir laman Alive, ditulis Minggu (10/4/2016) penyebab yang nampak dari penyakit ini ialah saraf wajah menjadi bengkak, dikompresi, atau meradang. Kemungkinan penyebab bell's palsy ini ialah infeksi virus, seperti virus herpes simpleks, virus flu biasa yang disertai dengan rasa sakit kepala, infeksi telinga, tekanan darah tinggi, diabetes, juga cedera pada wajah atau tengkorak.

Bell's palsy ini dapat terjadi pada wanita dan pria. Kebanyakan kasus terjadi pada orang berusia 20 hingga 40 tahun, tapo orang tua memiliki risiko lebih besar terserang penyakit ini akibat efek kesehatan mereka.

Gejala dari penyakit ini pun bervariasi, mulai dari kelumpuhan ringan hingga kelumpuhan total di salah satu sisi wajah. Wajah akan terasa seperti berkedut, kesulitan membuka mulut atau kelopak mata, mata dan mulut pun terasa kering, hilangnya indera perasa, gangguan bicara, pusing, hingga dengung di telinga.

Penanganan dari penyakit ini dapat dilakukan dengan fisioterapi. Seperti yang diterbitkan dalam Canadian Medical Association Journal, pengobatan fisioterapi dilakukan untuk mengobati kelumpuhan pada wajah dan mata. Juga beberapa langkah khusus bisa dilakukan untuk memperbaiki sistem saraf mata, didukung dengan penggunaan alat penutup mata yang dikenakan saat tidur untuk melindungi kornea mata.

Kebanyakan penderita sembuh secara bertahap, dengan peningkatan waktu dalam dua minggu setelah mereka mengalami gejala. Fungsi wajah pun biasanya akan kembali normal dalam waktu tiga sampai enam bulan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini