Sukses

Jumlah Balita Bergizi Buruk Masih Tinggi di Indonesia

Data National Basic Health Research mencatat, balita yang bergizi buruk di Indonesia masih tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Dampak gizi buruk pada 1.000 hari pertama anak, dari janin sampai umur 2 tahun tidak dapat diperbaiki. Mirisnya, National Basic Health Research mencatat, balita yang bergizi buruk di Indonesia masih tinggi.

Seperti disampaikan dokter spesialis anak pada Divisi Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta, Damayanti R. Sjarif, prevalensi malnutrisi pada balita di Indonesia, 5,3 persen balita menderita gizi kurang dan 6,8 persen balita menderita gizi buruk pada 2013.

"Anak yang mengalami malnutrisi memiliki IQ lebih rendah dibandingkan dengan anak dengan nutrisi yang cukup. Anak dengan malnutrisi (gizi kurang atau gizi buruk) juga lebih potensial menderita stunting," katanya melalui keterangan pers, ditulis Senin (6/7/2015).

Untuk itu, kata dia, orangtua perlu memperhatikan asupan Makanan Pendukung ASI (MP-ASI) untuk bayi usia di atas 6 bulan yang membutuhkan lebih dari 600 kalori setiap harinya.

"Energi yang dihasilkan oleh ASI hanya berkisar 400 kalori. Kandungan utama dari makanan pendukung ASI yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi di atas usia 6 bulan yaitu protein, zat besi, zinc dan kalsium," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Gizi buruk atau yang dikenal sebagai kwashiorkor dalam dunia medis, merupakan salah satu bentuk malnutrisi.

    Gizi Buruk