Sukses

Pendapat Psikolog Seksual tentang Penutupan Lokalisasi Dolly

Penutupan Lokalisasi tidak semerta merta menyelesaikan masalah generasi muda yang suka menggunakan pekerja seks komersial (PSK)

Liputan6.com, Jakarta Hari ini, Rabu (18/6/2014) lokalisasi Dolly yang terkenal seantero nusantara yang ada di Surabaya, Jawa Timur ditutup. Banyak pihak yang setuju, tapi banyak juga yang tidak.

Berikut pendapat Psikolog Seksual, Zoya Amirin,M.Psi tentang kejadian ini:

Penutupan Lokalisasi tidak semerta merta menyelesaikan masalah generasi muda yang suka menggunakan pekerja seks komersial (PSK) atau memperbaiki moral penduduk setempat. Masalah pelacuran ada karena ada permintaan (demand), maka pasar menyediakan. Dalam prinsip ekonomi ini jelas.

Kalau ini masalah moral, selesaikanlah secara moral. Menutup lokalisasi itu seperti rumah mewah tanpa toilet sehingga (kasarnya) orang buang air sembarang sekeliling rumah.

Karena itu solusi masalah moral generasi penerus terkait dengan pengguna jasa prostitusi ini adalah dengan memperjuangkan seks edukasi pada semua kalangan (Sekolah maupun anak jalan & para pekerja kantoran sampai pemulung). Kalau tidak ingin generasi muda rusak karena menggunakan jasa PSK atau prostitusi lainnya.

Perjuangkan juga Undang Undang Perlindungan Anak yang adekuat dengan menghukum seberat-beratnya prostitusi anak di bawah 18 tahun dan pengguna yang meminta dilayani atau dicarikan PSK di bawah umur.
Daftar klien selama ini pasti ada di tempat prostitusi kalau ada niat mengusut tuntas sampai sex trafficking.

Perketat bahkan buat PP khusus untuk lokalisasi, sekalian buat mereka membayar pajak. Buat tim pemantau yang dilindungi undang-undang larangan PSK dan pengguna PSK di bawah 18th.

Buat juga Kartu Sehat Khusus ke puskesmas pusat terdekat dengan prioritas, sehingga para PSK harus melakukan kontrol kesehatan seksual secara rutin. Dan bantuan khusus bagi PSK yang positif HIV termasuk infeksi menular seksual tingkat akut yang tidak memungkinkan ia bekerja menjadi PSK lagi.

PSK yang berada di panti sosial (hasil penangkapan petugas) selain diberi keahlian untuk bisa bekerja tanpa menjadi PSK. Mereka juga harus diberi pendidikan ketrampilan mengelola bisnis UKM yang diminati, entah menjahit, berjualan kue atau salon misalnya.

Menyebar ke jalan
Soal penutupan ini secara khusus akan menyulitkan tindakan intervensi kesehatan seksual. Karena begitu ditutup malah banyak yang menyebar ke jalan-jalan, sehingga penyebaran infeksi menular seksual dan HIV-AIDS makin berisiko tinggi.

Tindakan ini juga bisa menambah pengangguran dan angka kemiskinan. Orang di sekitar lokalisasi yang tidak melakukan praktik prostitusi tapi berjualan makanan kecil, tukang parkir dan lainnya akan kehilangan piring nasi mereka.

Semoga sudah dipikirkan manusia-manusia ini, karena situasi ini bisa memicu tindak kriminal. Semoga sudah dipertimbangan juga ketika Ibu Risma berpikir menutup lokalisasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.