Sukses

Mengenal Mir, Stasiun Luar Angkasa Pertama di Dunia

Mir adalah stasiun luar angkasa modular pertama dan dirakit di orbit dari 1986 hingga 1996. Modul inti Mir diluncurkan pada tanggal 20 Februari 1986.

Liputan6.com, Jakarta - Mir merupakan stasiun luar angkasa modular pertama yang dioperasikan di orbit Bumi rendah (LEO) dari 1986 hingga 2001. Dibangun dan dioperasikan oleh Uni Soviet dan kemudian Rusia, Mir menjadi simbol kerjasama internasional di bidang eksplorasi ruang angkasa.

Dikutip dari laman NASA pada Selasa (26/03/2024), Mir adalah stasiun luar angkasa modular pertama dan dirakit di orbit dari 1986 hingga 1996. Modul inti Mir diluncurkan pada tanggal 20 Februari 1986.

Stasiun tersebut berfungsi sebagai laboratorium penelitian gaya berat mikro tempat kru melakukan eksperimen dalam biologi, biologi manusia, fisika, astronomi, meteorologi, dan sistem pesawat ruang angkasa. Tujuannya mengembangkan teknologi yang diperlukan untuk pendudukan permanen di luar angkasa.

Mir adalah bagian dari program eksplorasi luar angkasa Uni Soviet setelah keberhasilan Salyut. Salyut merupakan program stasiun luar angkasa pertamanya yang berlangsung dari 1971 hingga 1986.

Program ini disusun berdasarkan peluncuran beberapa stasiun berturut-turut yakni Salyut 1, stasiun luar angkasa pertama di dunia diluncurkan pada tahun 1971. Kemudian diikuti oleh Salyut 2 yang sayangnya mengalami ledakan setelah ditempatkan di orbit dan tidak pernah diduduki.

Program ini dirancang untuk mengejar tujuan militer dan tujuan ilmiah. Pada 1976 Mir disahkan oleh dekrit, di mana tujuan dari proyek tersebut adalah untuk merancang model stasiun luar angkasa Salyut yang lebih baik.

Pada 1979, diputuskan bahwa program Mir akan digabungkan dengan program stasiun luar angkasa militer Almaz. Salah satu kemajuan penting Mir, dibandingkan dengan stasiun Salyut, adalah banyaknya pelabuhan tambat di stasiun sehingga memungkinkan berlabuhnya beberapa pesawat ruang angkasa pada saat yang bersamaan.

Hal ini untuk memudahkan para kru mengakses bahan persediaan dan memungkinkan mereka untuk tinggal lebih lama di luar angkasa. Melansir laman Britannica pada Selasa (26/03/2024), Mir mendukung sebagai tempat tinggal manusia sejak 14 Maret 1986 hingga 15 Juni 2000.

Mir menjadi hunian tanpa gangguan selama hampir 10 tahun. Tempat ini menampung lebih dari 100 orang dari 12 negara, termasuk serangkaian astronot AS pada tahun 1995 hingga 1998 sebagai bagian dari upaya kerja sama pesawat ulang-alik Mir.

Antara Januari 1994 dan Maret 1995, kosmonot-dokter Mir Valery Polyakov mencatat rekor ketahanan 438 hari terus menerus di luar angkasa. Lebih lama dari perkiraan sembilan bulan untuk pelayaran awak ke planet Mars.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tujuan Stasiun Luar Angkasa Mir

Tujuan utama dari stasiun ini adalah untuk mengembangkan dan menguji teknologi yang akan dibutuhkan untuk penempatan ruang permanen. Mir menawarkan teknologi untuk tinggal lebih lama di luar angkasa.

Mir juga membantu memahami kesulitan yang dihadapi saat berada di sana, dan terutama efeknya pada tubuh dan pikiran manusia. Stasiun ini masih memegang rekor penerbangan luar angkasa manusia terlama.

Valeri Polyakov menghabiskan 437 hari dan 18 jam di stasiun antara 1994 dan 1995 untuk menunjukkan bahwa tubuh manusia dapat bertahan dalam gravitasi mikro. Sesuai dengan tujuannya, stasiun tersebut berfungsi sebagai laboratorium penelitian gayaberat mikro di mana para kru melakukan eksperimen dalam biologi, biologi manusia, fisika, astronomi, meteorologi, dan sistem pesawat ruang angkasa.

Mengingat bahwa tujuan percobaan yang diselenggarakan adalah untuk mengembangkan cara-cara mempertahankan kehidupan di luar angkasa, stasiun tersebut juga menanam gandum, tanaman pertama yang ditanam di luar angkasa. Eksperimen dirancang untuk menjawab pertanyaan penting tentang bagaimana manusia, hewan, dan tumbuhan berfungsi di luar angkasa.

Bagaimana tata surya berasal dan berkembang, bagaimana manusia dapat membangun teknologi yang lebih baik di luar angkasa; bagaimana manusia dapat membangun stasiun luar angkasa di masa depan.

 

3 dari 4 halaman

Program Shuttle Mir

Berkat stasiun Mir, Rusia dan Amerika belajar untuk bekerja sama, terlepas dari konteks geopolitik saat itu. Awal kerja sama Amerika-Rusia dimulai pada 1960-an, bahkan saat kedua negara terlibat dalam perlombaan tanpa ampun untuk menaklukkan bulan.

Pada 1964 Presiden AS John F.Kennedy dan kepala negara Soviet Nikita Khrushchev mulai membahas cara kerja sama di masa depan. Mereka sepakat untuk bertukar informasi tentang biologi dan kedokteran luar angkasa.

Tetapi langkah besar pertama terjadi pada 1970-an dengan proyek Apollo-Soyuz. Bahkan di tengah perang dingin, kerjasama kedua negara terus berlanjut dan pada 1992, Amerika Serikat dan Rusia memperbaharui perjanjian kerjasama luar angkasa tahun 1987 dan mengeluarkan “Pernyataan Bersama tentang Kerjasama di Luar Angkasa“.

NASA dan Roscosmos memahami perlunya bekerja sama jika mereka ingin mengejar pengembangan aktivitas mereka sendiri. Diputuskan dalam "Pernyataan Bersama tentang Kerja Sama di Luar Angkasa" bahwa kerja sama tersebut akan mencakup "misi Space Shuttle dan Mir Space Station yang melibatkan partisipasi astronot AS dan kosmonot Rusia".

Pada Februari 1994 hingga Juni 1998, pesawat luar angkasa Amerika melakukan 11 penerbangan ke Mir dan astronot Amerika menghabiskan 7 residensi di atas Mir.

 

4 dari 4 halaman

Akhir Hayat Mir

Stasiun luar angkasa Mir dihentikan pada Maret 2001 karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah karena pendanaan yang terputus.

Rusia telah memutuskan untuk berpartisipasi dalam program Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 1993 dan tidak mampu membiayai kedua proyek tersebut. Apalagi stasiun itu semakin tua dan komponennya sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan para astronot.

Prosedur deorbiting dilakukan dalam dua tahap utama. Pertama, pendorong stasiun harus digunakan untuk memperlambatnya dan meletakkannya di orbit yang cukup rendah, sehingga kembali tertarik dengan kuat oleh gravitasi terestrial. Kemudian stasiun secara bertahap hancur di atmosfer.

Dua puluh ton sisanya akan jatuh ke Samudra Pasifik.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.