Sukses

Menlu Inggris: Laporan Serangan Israel terhadap RS Nasser di Gaza Sangat Meresahkan

Tiga staf medis mengatakan kepada BBC bahwa mereka dihina, dipukuli, disiram air dingin, dan dipaksa berlutut selama berjam-jam. Mereka mengaku pula ditahan selama berhari-hari.

Liputan6.com, London - Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris David Cameron mengatakan laporan BBC bahwa staf medis Palestina di Jalur Gaza dipukuli dan dipermalukan oleh pasukan Israel sangat meresahkan. Cameron pun mendesak klarifikasi dari Israel.

Tiga staf medis mengatakan kepada BBC bahwa mereka dihina, dipukuli, disiram air dingin, dan dipaksa berlutut selama berjam-jam. Mereka mengaku pula ditahan selama berhari-hari. Demikian seperti dilansir BBC, Rabu (13/3/2024).

Israel mengklaim "setiap pelecehan terhadap tahanan dilarang keras".

Menlu Cameron mengatakan kepada House of Lords, "Ini adalah gambar-gambar dan laporan-laporan yang sangat meresahkan yang keluar dari rumah sakit dan kita perlu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan kita memerlukan jawaban dari Israel tentang hal itu."

Cameron ditanyai tentang laporan BBC oleh rekan politikusnya di Partai Buruh Lord Collins selama pembahasan perang di Jalur Gaza di majelis tinggi.

Sebelumnya pada hari yang sama, wakil Cameron di House of Commons Andrew Mitchell menyerukan penyelidikan dan penjelasan lengkap ketika menjawab pertanyaan dari anggota parlemen.

Ketika ditanya tentang laporan BBC, Mitchell mengungkapkan, "Perlu ada penyelidikan penuh dan menyeluruh serta akuntabilitas atas apa yang dilaporkan hari ini oleh BBC ... Kementerian Luar Negeri (Inggris) mendesak adanya transparansi dan akuntabilitas penuh dalam hal ini."

Mitchell menanggapi pertanyaan dari Menteri Pembangunan Internasional Lisa Nandy yang mengatakan bahwa laporan BBC menimbulkan "tuduhan serius".

Setelah ditanya tentang laporan tersebut oleh anggota parlemen Partai Buruh lainnya, Beth Winter, Mitchell mengatakan, "Penjelasan lengkap ... diperlukan".

Winter juga menanyakan, "Apakah pemerintah Inggris percaya bahwa pemerintah Israel bertanggung jawab atas perilaku pasukannya dan bahwa hal ini jelas merupakan penyiksaan dan melanggar hukum internasional, termasuk deklarasi universal hak asasi manusia dan Konvensi Jenewa? Konvensi pasal 18?"

Mitchell menjawab "Israel harus mematuhi" Pasal 18 Konvensi Jenewa yang menyatakan, "Rumah sakit sipil yang dijalankan untuk memberikan perawatan kepada yang terluka dan sakit, orang lemah dan bersalin, dalam keadaan apa pun tidak boleh dijadikan sasaran serangan, namun harus selalu dihormati dan dilindungi oleh pihak-pihak yang berkonflik."

Mitchell mengatakan ada sejumlah kuasa hukum yang ditempatkan di komando Israel dan militer Israel (IDF) yang harus memastikan "penerimaan dan penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional tetap dijaga".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tuduhan Berulang Israel

Kepala Eksekutif Amnesty International Inggris Sacha Deshmukh menilai tanggapan Mitchell "tidak cukup baik".

"Para menteri bersikap sangat naif atau tidak jujur jika mereka yakin pemerintah Israel dapat melakukan penyelidikan sendiri," ungkap Deshmukh.

"Kita memerlukan perubahan besar dari Inggris atas krisis yang mengerikan ini dan hal ini harus mencakup seruan untuk segera melakukan gencatan senjata, memberikan tekanan bersama pada Israel agar mengizinkan pengiriman bantuan dalam jumlah besar, dan juga menuntut agar Israel mengakhiri 17 tahun krisis blokade panjang terhadap Gaza, yang merupakan tindakan hukuman kolektif."

Adapun laporan BBC berkaitan dengan serangan IDF terhadap Rumah Sakit Nasser di Kota Khan Younis, Gaza selatan pada 15 Februari. Itu merupakan salah satu dari sedikit rumah sakit di Jalur Gaza yang masih berfungsi.

IDF menyebutkan bahwa intelijen mengindikasikan bahwa rumah sakit tersebut menampung anggota Hamas. Mereka juga mengatakan bahwa sandera yang ditawan Hamas pada 7 Oktober 2023 ditahan di sana. Hamas telah membantah pihaknya beroperasi di dalam fasilitas medis.

Rekaman yang direkam secara diam-diam di rumah sakit pada 16 Februari, hari ketika petugas medis ditahan, dibagikan kepada BBC.

Video itu menunjukkan sederet pria yang mengenakan pakaian dalam di depan gedung darurat rumah sakit, berlutut dengan tangan di belakang kepala. Jubah medis tergeletak di depan beberapa dari mereka.

Ahmed Abu Sabha, seorang dokter di rumah sakit, menjelaskan kepada BBC bahwa dia ditahan selama seminggu, di mana, di mana anjing dikerahkan ke arahnya dan tangannya dipatahkan oleh seorang tentara Israel.

Penuturannya sangat mirip dengan dua petugas medis lainnya yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.

3 dari 3 halaman

Israel Tidak Mengiyakan Juga Membantah

BBC memberikan rincian tuduhan para petugas medis kepada IDF. Mereka tidak menanggapi secara langsung tuduhan-tuduhan tersebut atau menyangkal klaim spesifik mengenai penganiayaan. Namun, mereka membantah staf medis terluka selama operasi mereka.

Mereka mengatakan setiap pelecehan terhadap tahanan bertentangan dengan perintah IDF dan oleh karena itu dilarang keras.

Ketika wartawan menanyakan kepada Kementerian Luar Negeri AS apakah kasus Abu Sabha telah dikonfirmasi ke pemerintah Israel, juru bicara kementerian Matthew Miller tidak dapat memastikannya.

"Saya berharap kami akan melakukannya," ujarnya.

"Kasus-kasus seperti inilah yang sering kami ajukan kepada mereka untuk mencari informasi lebih lanjut dan untuk memperjelas bahwa setiap tahanan harus diperlakukan sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional."

BBC menyelidiki kisah Rumah Sakit Nasser selama beberapa pekan, berbicara dengan dokter, perawat, apoteker, dan pengungsi yang berkemah di halaman.

"Kami telah memeriksa ulang rincian di akun-akun ini. Kami diberi nama 49 personel medis Nasser yang disebut telah ditahan. Dari jumlah itu, 26 orang disebutkan namanya oleh berbagai sumber, termasuk petugas medis di lapangan, otoritas kesehatan yang dikelola Hamas, kelompok internasional, dan keluarga orang-orang yang hilang," ungkap BBC.

Perang Hamas Vs Israel terbaru dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, yang diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang. Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, serangan membabi buta Israel ke wilayahnya sejak itu menewaskan lebih dari 31.180 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.