Sukses

12 Maret 2018: Pesawat US-Bangla Airlines Jatuh, 49 Orang Tewas

Pesawat US-Bangla Airlines dengan nomor penerbangan BS 211 jatuh pada tanggal 12 Maret 2018.

Liputan6.com, Kathmandu - Pesawat maskapai US-Bangla Airlines jatuh dan terbakar ketika mendarat di Bandara Tribhuvan Kathmandu, Nepal. Penyebabnya, lantaran pesawat masuk ke jalur yang salah. Dilaporkan, setidaknya 49 orang tewas.

Penerbangan dengan kode pesawat BS 211 yang merupakan maskapai penerbangan swasta dari Bangladesh ini terbang dari Dhaka, kata jubir kepolisian, Manoj Neupane, seperti dikutip dari CNN, Selasa (12/3/2024). 

Kepala hubungan masyarakat US-Bangla, Kamrul Islam, mengkonfirmasikan terdapat 71 penumpang di dalam pesawat, termasuk para kru. 

Neupane menginformasikan bahwa terdapat 40 jenazah yang ditemukan di lokasi kejadian dan sembilan orang meninggal dunia di rumah sakit. Sementara, 22 orang yang selamat sedang menerima perawatan medis setelah kejadian yang terjadi pada pukul 14.15 waktu setempat.

Para penumpang pesawat sebagian besar berasal dari Nepal dan Bangladesh, dengan satu orang dari Tiongkok dan satu dari Maladewa, kata manajer umum Bandara Tribhuvan, Raj Kumar Chhetri. Keempat awak pesawat juga berasal dari Bangladesh. 

Menurut Chhetri, pesawat mendekati landasan pacu dari arah yang salah, "Pesawat memiliki izin untuk mendarat dari sisi selatan landasan pacu, tetapi mereka malah mendarat dari sisi utara. Pihak berwenang pun tidak tahu mengapa mereka tidak mendarat di sisi selatan," ujarnya. 

Dua alat perekam pesawat, perekam suara kokpit, dan perekam data penerbangan juga berhasil ditemukan.

KP Sharma Oli, Perdana Menteri Nepal yang baru saja terpilih pada saat itu, dikabarkan sempat mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat untuk meninjau situasi. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pesawat Terbang Terlalu Rendah

Amanda Summers, seorang pensiunan warga AS yang tinggal di Kathmandu, mengatakan bahwa ia melihat jatuhnya besawat BS 211 ini dari atap rumahnya yang menghadap bandara.

"Saya sedang berada di atap rumah saya yang menghadap ke bandara Kathmandu dari atas lembah. Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya disana, lalu saya melihat pesawat itu terbang di ketinggian yang sangat rendah," kata Summers.

"Pesawat tersebut terbang ke arah utara dengan ketinggian yang sangat rendah. Awalnya saya berpikir bahwa mungkin karena awan ekstra yang memaksa pesawat terbang rendah. Lallu saya lihat pesawat berubah arah hampir sepenuhnya dan terbang lurus ke arah saya. Kemudian pesawat itu kehilangan ketinggian dan akhirnya jatuh.

"Saya melihat satu percikap api atau semacam kilatan. Kemudian beberapa detik kemudian saya melihat seolah-olah pesawat itu terpental dan tidak ada lagi cahaya, hanya kepulan asap hitam pekat yang mengepul di udara," tambah Summers. 

Seorang wisatawan yang sedang berada di bandara untuk menunggu penerbangan domestik juga melihat sesuatu, "Kami sudah melakukan boarding dan menunggu untuk lepas landas. Kemudian sebuah pesawat ATR berkapasitas 70 kursi mendekat untuk mendarat dan semua orang di pesawat kami mulai melihat ke arahnya. Lalu 30 detik kemudian ada asap."

3 dari 4 halaman

Miskomunikasi dalam Kokpit

Para ahli mengatakan, sebuah rekaman audio dari menit-menit terakhir percakapan antara pilot pesawat dan pengawas lalu lintas udara menunjukkan adanya tanda-tanda miskomunikasi.

Dilansir dari BBC, penyebab pasti dari kecelakaan ini masih belum diketahui. Namun, rekaman tersebut menunjukkan kemungkinan adanya kesalahpahaman terkait ujung landasan pacu yang digunakan untuk mendarat, karena pesawat mungkin mendekati landasan pacu dari arah yang salah.

Seorang pilot dari maskapai penerbangan India lain, Kapten Pawandeep Singh, mengatakan bahwa rekaman tersebut menunjukkan adanya kebingungan di dalam kokpit, "Saya tidak yakin apa yang secara spesifik terjadi dalam kecelakaan ini, tapi sepertinya ada miskomunikasi ketika pilot mencoba mendaratkan pesawat. Kita akan tahu kebenaran yang sebenarnya hanya ketika para penyelidik mengajukan laporan mereka," 

Greg Waldron, seorang pakar penerbangan, juga mengatakan bahwa "komunikasi tidak jelas" dapat menjadi penyebab kecelakaan.

"Hal ini berlaku untuk komunikasi dari darat ke udara, dan juga komunikasi kru di kokpit. Meskipun penyebab pasti dari kecelakaan belum diketahui, rekaman Air Traffic Control (ATC) menunjukkan bahwa para kru mungkin mengalami disorientasi dan keluar dari zona nyaman mereka. Ini adalah situasi yang burut saar akan melakukan pendaratan," jelasnya.

 

 

4 dari 4 halaman

Lokasi Bandara yang Berisiko

Kapten Singh juga mengatakan bahwa lokasi bandara di Kathmandu mungkin merupakan faktor lain yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut.

"Kathmandu bukanlah bandara yang paling mudah untuk didarati karena Anda harus menavigasi melalui pegunungan. Pilot harus melalui pelatihan khusus untuk terbang ke Nepal. Saya pernah terbang ke sana dan saya dapat memberitahu Anda bahwa itu merupakan bandara yang sibuk."

Seorang komandan senior di maskapai Air India, Basil Moses, lebih lanjut menjelaskan mengapa pendaratan di Kathmandu dianggap sebagai salah satu pendaratan yang cukup sulit, karena lokasinya yang berada di pegunungan dan celah antara gunung-gunung tersebut merupakan satu-satunya akses untuk masuk dan keluar bandara.

"Dua sisi bandara dikelilingi oleh pegunungan. Ada celah di antara gunung-gunung tersebut untuk masuk dan keluar. Ini cukup sulit bagi semua pilot. Hal ini akan menjadi lebih buruk pada malam hari dan musim hujan. Meski begitu, cuaca baik-baik saja saat pesawat Bangla-AS hendak mendarat," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.