Sukses

Swedia Resmi Bergabung dengan NATO, Akhiri Netralitas Puluhan Tahun Pasca Perang Dunia II

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menggambarkan bergabungnya Swedia secara resmi dengan NATO pada Kamis (7/3/2024) sebagai hari bersejarah.

Liputan6.com, Washington, DC - Swedia pada Kamis (7/3/2024) secara resmi bergabung dengan NATO sebagai anggota ke-32. Dengan demikian berakhir sudah puluhan tahun netralitas Swedia pasca-Perang Dunia II menyusul kekhawatiran keamanan di Eropa setelah Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022.

Untuk itu, Presiden Joe Biden mengucapkan selamat kepada Swedia dan mengatakan fenomena ini adalah tanda bahwa intervensi Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina telah mempersatukan bukan memecah belah NATO.

"Ketika Putin melancarkan agresi brutal terhadap rakyat Ukraina, dia mengira dia dapat melemahkan Eropa dan memecah belah NATO," ungkap Biden seperti dilansir AP, Jumat (8/3).

"Sebaliknya, pada Mei 2022, Swedia dan Finlandia – dua mitra dekat kami, dengan dua kekuatan militer yang berkemampuan tinggi – membuat keputusan bersejarah untuk mengajukan keanggotaan penuh NATO. Dengan bergabungnya Swedia saat ini, NATO menjadi lebih bersatu, bertekad, dan dinamis dibandingkan sebelumnya – kini terdapat 32 negara yang kuat."

Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menjadi tamu kehormatan pada Kamis malam di pidato kenegaraan Biden di hadapan Kongres, di mana Biden menyambutnya dalam aliansi militer terkuat yang pernah ada di dunia.

Sebelumnya pada Kamis, Kristersson dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memimpin upacara di mana instrumen aksesi Swedia ke aliansi tersebut secara resmi diserahkan.

"Ini adalah momen bersejarah bagi Swedia. Ini bersejarah bagi aliansi ini. Ini bersejarah bagi hubungan transatlantik," kata Blinken. "Aliansi NATO kami sekarang lebih kuat, lebih besar dari sebelumnya."

Sementara itu, Kristersson mengungkapkan, "Hari ini benar-benar hari yang bersejarah. Kami merasa rendah hati, namun juga bangga. Kami akan memenuhi harapan yang tinggi dari semua sekutu NATO. Bersatu kita teguh. Persatuan dan solidaritas akan menjadi cahaya penuntun bagi Swedia."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sekjen NATO: Kami Jadi Lebih Kuat

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg juga menggambarkan Kamis sebagai hari bersejarah.

"Swedia kini akan mengambil tempat yang selayaknya di meja NATO, dengan hak suara yang setara dalam membentuk kebijakan dan keputusan NATO," ujar Stoltenberg.

Bendera Swedia akan dikibarkan di luar markas organisasi militer di Brussels pada Senin (11/3). Stoltenberg menggarisbawahi bahwa negara Nordik itu sekarang menikmati perlindungan yang diberikan berdasarkan Pasal 5 Statuta NATO.

Pasal 5 Statuta NATO mewajibkan semua anggota untuk membantu sekutu yang wilayah atau keamanannya terancam. Ini hanya diaktifkan satu kali – oleh AS setelah serangan 11 September 2001 – dan merupakan jaminan keamanan kolektif yang dicari Swedia sejak Rusia menginvasi Ukraina.

"Aksesi Swedia membuat NATO lebih kuat, Swedia lebih aman, dan keseluruhan aliansi lebih aman," tegas Stoltenberg.

Stoltenberg menambahkan langkah Swedia menunjukkan bahwa pintu NATO tetap terbuka dan setiap negara mempunyai hak untuk memilih jalannya sendiri.

3 dari 3 halaman

Janji terhadap Ukraina

Biden, dalam pidatonya di depan Kongres, meningkatkan seruan kepada Partai Republik yang enggan menyetujui bantuan militer yang terhenti ke Ukraina saat perang memasuki tahun ketiga.

"Jika ada orang di ruangan ini yang berpikir Putin akan berhenti di Ukraina, saya jamin dia tidak akan berhenti," kata Biden. "Tapi Ukraina bisa menghentikan Putin. Ukraina dapat menghentikan Putin jika kita mendukung Ukraina dan menyediakan senjata yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri."

Biden dan rekan-rekannya di NATO telah berjanji bahwa Ukraina juga akan bergabung dengan NATO suatu hari nanti.

Keanggotaan Swedia sempat tertunda karena keberatan dari anggota NATO, Turki dan Hungaria. Turki menyatakan keprihatinannya terhadap Swedia karena menilai mereka menyembunyikan dan tidak mengambil tindakan yang cukup terhadap kelompok Kurdi yang dianggap Ankara sebagai teroris.

Adapun Presiden Hungaria yang populis, Viktor Orban, telah menunjukkan sentimen pro-Rusia dan tidak memiliki tekad yang sama dengan aliansi tersebut untuk mendukung Ukraina. Setelah tertunda selama berbulan-bulan, Turki akhirnya meratifikasi pengakuan Swedia pada awal tahun ini, sementara Hungaria meratifikasinya pekan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.