Sukses

Pemimpin Geng Haiti Ancam Perang Saudara Jika PM Ariel Henry Tak Mundur

Pemimpin geng di balik kericuhan yang melanda ibu kota Haiti mengeluarkan peringatan akan "perang saudara" jika Perdana Menteri Ariel Henry tidak mundur.

Liputan6.com, Port-au-Prince - Pemimpin geng di balik kericuhan yang melanda ibu kota Haiti mengeluarkan peringatan akan "perang saudara" jika Perdana Menteri Ariel Henry tidak mundur.

Jimmy "Barbecue" Chérizier sang pemimpin geng melontarkan ancaman tersebut ketika anggota kelompoknya mencoba merebut bandara ibu kota guna mencegah Henry kembali dari luar negeri.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Türk mengatakan, situasi ini “sangat tidak dapat dipertahankan”.

Akibat masalah ini, ribuan warga Haiti harus mengungsi, dikutip dari laman BBC, Kamis (7/3/2024).

Kelompok yang membantu Haitu mengatakan, sekitar 15.000 orang di antaranya banyak anak kecil, terpaksa mengungsi dari rumah mereka dalam beberapa pekan terakhir.

Türk mengatakan, sejak awal tahun ini, "1.193 orang telah terbunuh, dan 692 lainnya terluka akibat kekerasan geng".

Dia mendesak komunitas internasional untuk “bertindak cepat dan tegas guna mencegah Haiti semakin terjerumus ke dalam kekacauan”.

Amerika Serikat telah meminta Henry untuk “mempercepat” transisi di Haiti.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mendesak transisi untuk mempersiapkan “misi dukungan keamanan multinasional” dan guna membuka jalan bagi pemilu yang bebas dan adil.

Dia mengatakan, AS ingin Henry memberikan konsesi demi kepentingan rakyat Haiti namun menambahkan bahwa Washington tidak "mendorongnya untuk mengundurkan diri".

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dimana PM Ariel Henry?

Keberadaan Henry tidak diketahui selama berhari-hari hingga Selasa (5/3) malam, ketika ia menaiki penerbangan sewaan di New Jersey.

Laporan mengatakan, Henry berencana mendarat di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, namun karena bandara ditutup dan negara tetangga Republik Dominika menolak pesawat tersebut, pilot akhirnya mendarat di AS, wilayah Puerto Riko.

Media Haiti melaporkan bahwa Henry kini mencari rute alternatif untuk kembali ke negaranya sementara tekanan diplomatik tampaknya meningkat terhadapnya untuk menyetujui pemerintahan transisi.

3 dari 4 halaman

Geng Bobol Penjara Utama di Haiti, 4.000 Narapidana Kabur

Geng-geng bersenjata menyerbu penjara utama di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, dan membebaskan banyak narapidana.

Seorang jurnalis lokal menuturkan kepada BBC, sebagian besar dari sekitar 4.000 tahanan di sana kini telah melarikan diri. Di antara mereka yang ditahan di sana adalah anggota geng yang didakwa sehubungan dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021. Demikian seperti dilansir BBC.

Kekerasan di Haiti, negara termiskin di Benua Amerika, semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Geng yang bertujuan menggulingkan Perdana Menteri (PM) Ariel Henry disebut menguasal 80 persen Port-au-Prince.

Peningkatan kekerasan terbaru dimulai pada Kamis (29/2), ketika PM Henry melakukan perjalanan ke Nairobi untuk membahas pengiriman pasukan keamanan multinasional pimpinan Kenya ke Haiti.

Pemimpin geng Jimmy Cherizier, yang dijuluki "Barbekyu", mengumumkan serangan terkoordinasi untuk menyingkirkannya.

"Kita semua, kelompok bersenjata di kota-kota provinsi dan kelompok bersenjata di ibu kota, bersatu," kata Cherizier, mantan petugas polisi, yang diduga berada di balik beberapa pembantaian di Port-au-Prince.

4 dari 4 halaman

Sebagian Pilih Tidak Kabur

Gelombang penembakan menyebabkan empat petugas polisi tewas dan lima lainnya luka-luka.

Persatuan polisi Haiti telah meminta militer untuk membantu memperkuat penjara tersebut, sebelum akhirnya serangan terjadi pada Sabtu (2/3) malam.

Kantor berita Reuters melaporkan pada Minggu (3/3), pintu penjara masih terbuka dan tidak ada tanda-tanda keberadaan petugas. Tiga narapidana yang mencoba melarikan diri tergeletak tewas di halaman.

Seorang pekerja sukarelawan di penjara mengatakan kepada Reuters bahwa 99 tahanan – termasuk mantan tentara Kolombia yang dipenjara karena pembunuhan Presiden Moise – memilih untuk tetap berada di sel mereka karena takut terbunuh dalam baku tembak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.