Sukses

Ratusan Warga Zambia Meninggal Dunia Akibat Wabah Kolera

Ratusan orang meninggal dan ribuan lainnya tertular kolera yang sedang merebak di Zambia.

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan orang meninggal dan ribuan lainnya tertular kolera yang sedang merebak di Zambia.

Keluarga orang-orang yang dirawat karena penyakit itu berkumpul di luar sebuah stadion di ibu kota Lukasa, menunggu informasi tentang nasib orang-orang yang mereka cintai, masih dirawat atau sudah tidak tertolong lagi.

Nable Nyironga mengatakan kepada televisi Inggris Sky, “Bagi kami, kami menunggu kapan nenek kami akan diizinkan pulang. Tetapi ternyata mereka mengatakan bahwa ia sudah meninggal dunia.”

Menteri Kesehatan Zambia, Sylvia Masebo, hari Minggu (14/1) mengunjungi pusat perawatan itu dan menyampaikan rasa simpatinya kepada mereka yang terdampak.

Ia menyerukan kepada keluarga pasien yang meninggal dunia untuk tidak menghadiri pemakaman karena khawatir dengan meluasnya perebakan penyakit kolera, dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (16/1/2024).

Sky melaporkan sedikitnya 351 orang meninggal dan hampir 9.000 lainnya telah tertular kolera.

Penyakit ini menular lewat konsumsi makanan dan atau air yang telah terkontaminasi.

Perubahan iklim ditengarai ikut menyebabkan tingginya curah hujan, yang mencemari sumber-sumber air minum di kawasan permukiman yang padat dan miskin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wabah Kolera Renggut 230 Nyawa di Kongo Afrika, 30 Ribu Orang Terinfeksi

Pada Agustus 2023, UNICEF Kongo mengungkapkan dalam tujuh bulan pertama tahun ini paling sedikit ada 31.342 kasus terkonfirmasi dan suspek kolera di negara yang di antaranya 230 merenggut nyawa manusia.

Kebanyakan kasus kolera menimpa anak-anak, kata UNICEF.

North Kivu menjadi provinsi paling parah terkena wabah ini. Di sini, ditemukan lebih dari 21.400 kasus terkonfirmasi atau suspek kolera, termasuk pada 8.000 lebih balita.

"Skala wabah kolera dan keparahannya sangat dikhawatirkan," kata Koordinator Darurat Senior UNICEF Kongo Shameza Abdulla sebagaimana diwartakan Anadolu, dikutip dari Antara, Minggu (20/8/2023).

"Jika tak segera ditangani dalam beberapa bulan ke depan, maka ada risiko besar penyakit tersebut menyebar ke wilayah-wilayah yang selama bertahun-tahun tak pernah terdampak penyakit ini."

Dia juga mengatakan ada ancaman kolera terus menyebar di lokasi pengungsian di mana sistem sudah kewalahan dan penduduk, terutama anak-anak, sangat rentan dari penyakit sehingga berpotensi tak terselamatkan.

Pada 2017 kolera menyebar ke seantero Kongo, termasuk ibu kota Kinshaha, untuk menyebabkan hampir 55.000 kasus yang 1.100 di antaranya berakhir dengan kematian.

 

3 dari 3 halaman

Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan Disiapkan

UNICEF sedang meminta 62,5 juta dolar AS (Rp957 miliar) untuk meningkatkan tindakan pencegahan dan penanggulangan kolera dan krisis WASH (air, sanitasi dan kebersihan) dalam lima bulan ke depan.

Melalui rencana tersebut UNICEF berupaya menjangkau 1,8 juta orang, termasuk 1 juta anak-anak dengan air bersih, alat kebersihan, jamban, pasokan medis dan pengobatan kolera yang ramah anak.

Saat ini dana tersebut baru terkumpul 9 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.