Sukses

Israel Tak Takut Resolusi PBB, Netanyahu: Tak Ada Yang Akan Menghentikan Kita

PM Israel Benjamin Netanyahu tak peduli tekanan dunia internasional.

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa ia akan memimpin negaranya agar terus berperang, meski sudah ada resolusi PBB yang menuntut gencatan senjata demi kemanusiaan. Netanyahu tidak gentar jika tak didukung dunia internasional.

Hal itu diungkap Benjamin Netanyahu saat berbicara dengan militer Israel. Pada sebuah video yang ia posting di Twitter.com, Netanyahu berkata ingin menghabisi Hamas.

"(Israel) akan melanjutkan hingga akhir, hingga kemenangan, hingga eliminasi dari Hamas," ujarn PM Netanyahu seperti dikutip BBC, Kamis (14/12).

Ia mengakui adanya tekanan internasional, tetapi PM Netanyahu berjanji bahwa ia tidak akan berhenti.

"Tidak ada yang akan menghentikan kita, kita akan pergi hingga akhir, menuju kemenangan, tidak kurang dari itu," tegasnya.

Sebelumnya, PBB berhasil meloloskan resolusi untuk segera gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Sebanyak 153 negara mendukung resolusi tersebut, kecuali 10 negara termasuk Amerika Serikat dan Israel. 

Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell Fontelles juga meminta agar resolusi itu segera diimplementasikan. 

"153 negara, termasuk 17 anggota negara UE, memvoting dukungan terhadap resolusi, 10 menolak, 23 abstain. Saya mendorong para piihak-pihak untuk mengimplementasikan resolusi tersebut," ujarnya.

Sudah lebih dari 18 ribu orang dilaporkan tewas sejak Israel menyerang Jalur Gaza. Ribuan korban tewas merupakan anak-anak, tetapi Israel belum menunjukkan tanda-tanda mengakhiri perang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menlu Retno Desak Dunia Beri Perhatian atas Pelanggaran Berat HAM di Gaza

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mendesak komunitas internasional untuk memberi perhatian khusus bagi pelanggaran berat Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Gaza akibat perang Israel Vs Hamas yang pecah sejak 7 Oktober lalu. Ia menyoroti hal tersebut dalam momentum peringatan 75 tahun deklarasi universal HAM di forum PBB.

"Tindakan Israel yang membunuh masyarakat sipil, merusak rumah sakit, tempat ibadah dan kamp pengungsi, serta memberangus hak-hak dasar Palestina bukanlah self-defense," kata Menlu Retno saat menjadi panelis dalam Roundtable mengenai Hak Asasi Manusia, perdamaian dan keamanan di Kantor PBB, Jenewa, Swiss, pada Selasa (12/12/2023).

Tindakan ini tidak dapat dibenarkan dan jelas melanggar hukum humaniter internasional," lanjut dia.

Maka dari itu, ia menyampaikan tiga hal yang perlu menjadi perhatian dan perlu dilakukan oleh komunitas internasional. Berikut ini di antaranya:

Pertama, agar dunia memperbaharui komitmen bersama terkait pemajuan HAM.

"Saya tegaskan bahwa siapa pun yang berkomitmen menjadi pembela HAM tidak boleh diam dan tidak boleh berhenti untuk terus memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan bagi Palestina," tegasnya.

Menteri luar negeri wanita Indonesia pertama itu kembali menyuarakan kekecewaan Indonesia atas kegagalan DK PBB dalam mengesahkan resolusi humanitarian ceasefire atau gencatan senjata. Menurutnya, kegagalan tersebut mencerminkan gagalnya sistem multilateral yang sudah ketinggalan zaman.

 

3 dari 4 halaman

Tidak Standar Ganda

Kedua, Menlu Retno mengajak negara-negara untuk menolak penerapan standar ganda dalam penegakan HAM.

Penerapan standar ganda, sebut Retno, merupakan masalah terbesar dalam penerapan HAM.

"Pihak-pihak yang sering mendikte kita mengenai HAM, justru menjadi pihak yang kini membiarkan Israel melanggar Hak Asasi Manusia," tuturnya.

Ketiga, menegaskan agar berbagai pelanggaran HAM segera dihentikan.

"Proses perdamaian yang sesungguhnya agar segera dimulai khususnya menuju solusi dua negara. Dan akar masalah isu Palestina harus diatasi secara menyeluruh," ungkap Menlu Retno.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Wakil Presiden Kolombia dan dihadiri oleh panelis lainnya termasuk Presiden Polandia, Presiden Senegal dan Menteri Luar Negeri Palestina.

4 dari 4 halaman

Biden Peringatkan Israel Kehilangan Dukungan Global

Joe Biden mengakui bahwa Israel mulai kehilangan dukungan global atas pengeboman di Jalur Gaza.

"Mereka mulai kehilangan dukungan global karena pengeboman tanpa pandang bulu yang terjadi," kata Biden, seperti dilansir BBC, Rabu (13/12/2023). 

Pernyataan yang disampaikan presiden Amerika Serikat (AS) itu dihadapan para donor saat acara penggalangan dana untuk kampanyenya dalam Pilpres AS 2024 pada Selasa (12/12), disebut menandai komentar paling keras Biden terhadap kepemimpinan Israel. Di lain sisi, kebijakan standar ganda AS sulit dibantah, termasuk dengan melangkahi Kongres untuk mengirim belasan ribu butir amunisi tank ke Israel.

Setelah menuturkan Israel kehilangan dukungan global, Biden kembali menggarisbawahi dukungannya terhadap perang melawan Hamas dan Israel, tegas dia, berhak melakukannya.

Biden dilaporkan menghadapi tekanan yang semakin besar, termasuk dari internal Partai Demokrat, untuk mengendalikan operasi militer Israel di Jalur Gaza. AS baru-baru ini mendesak sekutunya itu untuk mengutamakan nyawa manusia dan memberikan instruksi yang lebih jelas demi menghindari warga sipil Jalur Gaza menjadi korban.

Para pejabat senior AS juga menunjukkan ketidakpuasan yang meningkat atas tanggapan Israel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.