Sukses

15 November 2014: Petaka Kebocoran Bahan Kimia di Pabrik DuPont, 4 Orang Tewas

Kecelakaan mematikan terjadi pada pukul 4 pagi di fasilitas La Porte, sebuah kota pinggiran sekitar 20 mil tenggara Houston, ketika bahan kimia metil merkaptan terlepas.

 

Liputan6.com, Houston - Empat pekerja tewas secara tragis ketika bahan kimia bocor ke dalam gedung di pabrik DuPont di LaPorte, Texas, pada 15 November 2014. Setelah dua pekerja terserang asap beracun, pekerja lainnya dilaporkan menanggapi panggilan darurat dan kewalahan.

Fasilitas La Porte berada di sebuah kota pinggiran sekitar 20 mil tenggara Houston.

Pihak berwenang mengkonfirmasi setidaknya empat pekerja tewas dan seorang lainnya terluka akibat kebocoran bahan kimia di pabrik La Porte DuPont pada Sabtu pagi itu.

Mengutip ABC7 News, sebuah katup diketahui rusak sekitar pukul 4 pagi di unit perlindungan tanaman dan mulai mengeluarkan gas, menurut pihak berwenang.

Butuh waktu dua jam untuk menghentikan kebocoran. Empat pekerja DuPont kemudian ditemukan tewas di unit itu. Tidak ada nama atau usia yang dirilis saat itu. Hanya disebutkan ada seorang laki-laki yang meninggal telah bekerja di pabrik tersebut selama 40 tahun.

Seorang pekerja selamat. Dia dirawat di rumah sakit.

Manajer DuPont La Porte Randall Clements memberikan pernyataan singkat saat konferensi pers hari tragedi.

"Pikiran dan doa kami benar-benar bersama keluarga karyawan kami, dan kami ingin memastikan bahwa kami memberikan semua dukungan yang mereka butuhkan dengan sebaik-baiknya yang bisa kami lakukan. Tidak ada kata-kata yang dapat sepenuhnya mengungkapkan kehilangan yang kami rasakan atau kekhawatiran dan simpati yang kami berikan kepada keluarga karyawan dan rekan kerja mereka," ujar Randall Clements.

Bahan kimia yang bocor di pabrik di Strang Road dekat Sens disebut metil merkaptan, menurut Jeff Suggs, koordinator manajemen darurat La Porte.

Zat itu digunakan sebagai bahan tambahan pada gas alam untuk memberikan bau seperti telur busuk dan juga digunakan dalam produk perlindungan tanaman untuk proteinnya. Bahannya berbahaya, tapi menurut Suggs, tidak berbau.

Badan Pendaftaran Zat Beracun dan Penyakit mencatat bahwa bahan kimia tersebut mudah tersulut dan orang yang terpapar bahan kimia tersebut memiliki risiko kecil terhadap kontaminasi sekunder terhadap orang-orang di luar zona panas.

Suggs mengatakan pelepasan bahan kimia tersebut tidak beracun bagi mereka yang tinggal di sekitarnya. Pelepasan gas selama dua jam dapat tercium hingga ke Kota Sugar Land.

"Ini adalah bau yang mengganggu di daerah tersebut. Bau tersebut menyebar cukup jauh," kata Suggs.

Pejabat DuPont mengatakan kebocoran tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat di luar fasilitas kami. Investigasi akan dimulai setelah lokasi tersebut dinyatakan aman, kata Woods.

Pabrik La Porte mempekerjakan 320 karyawan DuPont. Empat perusahaan lain juga menjadi penyewa di kompleks tersebut.​

Adapun Dewan Keselamatan Kimia federal (Chemical Safety Board) kemudian menyatakan mengirim tim investigasi sebanyak tujuh orang ke Texas untuk menyelidiki kebocoran bahan kimia. Pejabat meyakini bahwa katup yang bocor sebagian adalah alasan yang bertanggung jawab atas kecelakaan kimia yang merenggut empat pekerja di pabrik DuPont dekat Houston.

Melansir dari NBC News, beberapa dari mereka yang meninggal itu diyakini sedang memperbaiki kebocoran saat mereka tak sadarkan diri, kata manajer pabrik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bahan Kimia dalam Make Up Picu Kematian pada Sejumlah Orang di AS

Bicara soal bahan kimia, tak hanya sekali hadirnya hal tersebut membuat petaka. Penelitian pun sudah mengantisipasinya, salah satunya dalam riset berikut.

Bahan kimia yang digunakan dalam make up berwadah plastik dapat menyebabkan sekitar 100.000 kematian pada orang dewasa Amerika setiap tahunnya, menurut studi dari Universitas New York pada Selasa.

Paparan Ftalat, bahan kimia yang dapat ditemukan di ratusan produk seperti mainan, pakaian, dan shampo, yang telah dikenal sebagai penganggu hormon itu dapat memengaruhi sistem endokrin seseorang.

Hormon endokrin membantu mengendalikan suasana hati, pertumbuhan dan perkembangan, cara kerja organ, metabolisme dan reproduksi. Sistem endorkin mengatur berapa banyak setiap hormon yang dilepaskan, seperti dikutip dari India Times, Kamis (14/10/2021).

Lalu, racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui barang-barang tersebut dan dapat menyebabkan penyakit seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung, kata penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Pollution.

Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Grossman Universitas New York dengan melibatkan 5000 orang dewasa berusia 55-64 tahun, menunjukkan bahwa mereka yang terpapar ftalat tinggi dalam urin mereka mungkin meninggal karena penyakit jantung.

Namun, paparan yang lebih tinggi tampaknya tidak meningkatkan risiko kematian akibat kanker.

“Temuan kami mengungkapkan bahwa peningkatan paparan ftalat terkait dengan kematian dini, terutama karena penyakit jantung,” kata penulis utama studi, Leonardo Transande.

“Sampai sekrang, kami telat memahami bahwa bahan kimia ke penyakit jantung, dan penyakit jantung pada gilirannya adalah penyebab utama kematian, tetapi kami belum mengikat bahan kimia itu.

3 dari 4 halaman

Air Keran di AS Terkontaminasi Bahan Radioaktif dan Pestisida

Dalam riset lainnya yang dilakukan pada tahun 2021, tak hanya di benda yang kita pakai, di air yang kita minum pun terdapat bahan kimia.

Utilitas dan regulator air di Amerika Serikat telah mengidentifikasi 56 kontaminan baru pada air minum dalam dua tahun terakhir. Daftar kontaminan mencakup zat berbahaya yang terkait dengan berbagai masalah kesehatan seperti kanker, gangguan reproduksi, penyakit hati, dan banyak lagi.

Dilansir The Guardian, Kamis (4/11/2021), pengungkapan ini merupakan bagian dari analisis catatan kontaminasi utilitas air nasional oleh Environmental Working Group, advokat air bersih yang kini telah memperbarui basis datanya untuk pertama kali sejak 2019.

Ditemukan bahwa perbaruan ini sebagian besar didorong oleh PFAS (senyawa alkil per dan polifluorinasi, bahan kimia) yang baru diidentifikasi, kelas beracun forever chemical yang banyak digunakan di lusinan industri dan dianggap mencemari air minum untuk lebih dari 100 juta orang. Pestisida, produk sampingan disinfektan air, dan bahan radioaktif adalah zat-zat lain yang diidentifikasi oleh regulator.

"Ini menunjukkan fakta bahwa kita hampir tidak memiliki peraturan yang cukup kuat untuk melindungi air minum dan proses regulasinya terlalu lambat," kata ilmuwan senior Environmental Working Group (EWG) Tasha Stoiber. "Kami sedang menguji hal-hal yang sudah dalam air minum setelah fakta dan kita tidak bisa mengimbangi bahan kimia ini."

Daftar kontaminan tersebut mencakup beberapa zat berbahaya yang telah diproduksi dan digunakan selama bertahun-tahun, tetapi baru sekarang dipantau oleh regulator karena hubungannya dengan masalah kesehatan menjadi jelas. Kontaminan lainnya juga ada, termasuk yang baru mulai digunakan industri dalam jumlah yang lebih besar.

4 dari 4 halaman

Ratusan Hewan Laut Mati di Rusia, Terkontaminasi Bahan Kimia?

Di tahun 2020, bergeser ke Rusia, peristiwa yang diduga terkontaminasi bahan kimia.

Ratusan gurita, bintang laut dan makhluk laut lain dalam kondisi mati baru-baru ini terdampar di pantai semenanjung Rusia yang terpencil di Kamchatka.

"Perairan yang biasanya terlihat bersih di sekitar Kamchatka telah berubah warna dan menimbulkan bau aneh," kata penduduk setempat seperti dikutip dari Livescience, Kamis (8/10/2020).

Menurut laporan berita terbaru, peristiwa polusi tak dikenal kemungkinan penyebabnya. Akibat tumpahan banyak bahan kimia beracun ke dalam air.

Setelah laporan dari peselancar dan penduduk setempat muncul, penyelam mengkonfirmasi kematian massal yang meluas, dan Greenpeace Rusia menyebutnya sebagai "bencana ekologi," menurut The Guardian.

Foto dan video yang beredar luas dari makhluk laut mati itu memicu protes dari publik dan spekulasi dari outlet berita lokal tentang apa yang bisa menyebabkannya, CBS News melaporkan.

Kematian ratusan hewan laut ini tak hanya menyulut protes dari publik, tapi juga menuntut lembaga terkait untuk mencari tahu penyebab kematian dari hewan-hewan malang tersebut.

Organisasi Greenpeace Rusia menyebut kejadian ini sebagai "bencana ekologi".

Greenpeace Rusia melalui akun Twitter mereka menyebutkan bahwa peneliti akan segera mengambil hewan mati tersebut untuk menganalisis zat berbahaya apa saja yang ada di tubuh hewan-hewan tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.