Sukses

Proyek KFX/IFX Masuk Tahap Pengembangan Prototipe, Diprediksi Selesai Tahun 2026

Proyek Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX atau KF-21 Boramae memberikan sejumlah manfaat strategis bagi Indonesia baik dalam aspek ekonomi, peningkatan SDM, hingga eksistensi secara global.

 

Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun ini, proyek KFX/IFX masuk ke dalam tahap pengembangan prototipe atau Engineering Manufacturing Development (EMD) yang akan berlangsung hingga tahun 2026. 

Kerangka pendanaan dalam proyek pengembangan tersebut dijelaskan oleh Marsdya TNI (purna) yang saat ini menjabat sebagai Ketua Forum Industri Pertahanan Indonesia, Eris Harryanto dalam acara "KF-21/IF-X The Future of Indonesia-Korea Partnership in Technology" di Jakarta, Selasa (31/10/2023).

"Pendanaan di-share (bagi) menjadi 3 bagian, 60% adalah Pemerintah Korea, 20% adalah PT. KAI (Korea Aerospace Industries), dan 20% adalah Indonesia," ujar Eris dikutip dari siaran langsung akun Youtube MARAPI Consulting & Advisory, Selasa (31/10/2023).

"Indonesia memiliki kewajiban kurang lebih Rp24.8 Triliun. Namun saya dengar akhir-akhir ini sejak tahun 2016 itu mengalami kesulitan dan saya dengar juga minggu lalu ini sudah diputuskan dan kita akan melanjutkan sehingga pembayaran mulai tahun depan," tambah Eris. 

Eris beserta narasumber lain juga memaparkan sejumlah manfaat dan dampak yang akan didapatkan Indonesia dari program kerjasama pembuatan pesawat tempur dengan Korea Selatan ini dari berbagai aspek. 

Padahal, proyek Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX atau KF-21 Boramae memberikan sejumlah manfaat strategis bagi Indonesia baik dalam aspek ekonomi, peningkatan SDM, hingga eksistensi secara global.

Pesawat tempur yang dikolaborasikan antara Indonesia dan Korea Selatan ini telah melakukan komitmen awal sejak 2009 dan direncanakan untuk melakukan produksi mulai 2026 mendatang.

Armada tersebut dikembangkan berdasarkan persyaratan dan konsep tempur TNI-AU dan ROKAF (Angkatan Udara Republik Korea).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Manfaat Strategis Bagi Indonesia

Berdasarkan penjelasan Eris pada acara tersebut, ada sejumlah manfaat strategis yang didapat dari kerjasama ini secara umum untuk Indonesia:

1. End to End Capabilities

Hal ini berkaitan dengan kemampuan Indonesia untuk secara mandiri menghasilkan teknologi High-End, menghemat anggaran dalam pemeliharaan dan peningkatan produk.

"Kita (Indonesia) bisa ikut menguasai teknologi dalam pembuatan pesawat tempur. Dalam membuat pesawat tempur setahu saya sudah dijelaskan ada 129 teknologi dan dari 129 teknologi itu ada beberapa teknologi yang kita belum diberikan tentunya ini akan menjadi tantangan buat kita sehingga kita bisa belajar dari awal,” tutur Eris pada kesempatan yang sama.

2. Economic Values

Pada aspek ekonomi, Eris menjelaskan bahwa kerja sama pesawat tempur ini akan menambah ketersediaan lapangan kerja serta menumbuhkan wawasan teknologi pesawat tempur bagi bangsa. 

3. Deterrent Effect

Proyek ini juga dinilai Eris dapat memberikan "efek gertak" kepada negara lain maupun dunia internasional.

"Negara yang menguasai pembuatan pesawat tempur akan disegani. Ini saya kira bisa kita pahami hanya negara-negara tertentu di dunia ini yang mampu membuat pesawat tempur," jelas Eris.

4. Global Supply Chain

Tak hanya itu, proyek ini dapat menaikkan posisi Indonesia dalam persaingan industri di dunia terlebih dalam konteks ketersediaan bahan baku murah di bidang pertahanan. 

"Kita bisa menjadi bagian global supply chain yang artinya bisa menghidupkan pertahanan dalam negeri," kata Eris.

3 dari 4 halaman

Potensi Keuntungan dari Target Pasar Global

Sejumlah 500 unit Pesawat KF-X dikabarkan akan diserap oleh sejumlah negara dengan 48 unit untuk Indonesia, 120 oleh Korsel dan 332 berpotensi ekspor ke negara lain.

Dalam aspek ekonomi, lebih detail Kepala Riset & Ekonomi PwC Indonesia, Denny Irawan, PhD menjelaskan dampak yang akan didapatkan Indonesia dari proyek ini. Salah satu yang ia bahas adalah potensi besar dalam pasar pesawat militer secara global.

"Ini adalah market (pasar) yang besar memang. Jadi kalau dari tahun 2021 hasil penelusuran kami bahwa military aircraft ini market-nya sebesar 55 miliar dolar (Rp556) itu dalam satu tahun. Jadi ini adalah potensi besar dan tentu kalau kita lihat bicara dari sudut pandang ekonomi kita ada benefit (keuntungan) kalau kita sanggup masuk dalam supply chain (rantai pasokan) besar ini, dalam market ini, ikut menjadi salah satu exportir,” ucapnya.

Dalam kajian potensi pasar yang dijelaskan oleh Alan sebelumnya pada acara yang sama bahwa salah satu survei yang memproyeksikan pembelian unit pesawat tempur KFX/IFX di beberapa negara dilakukan oleh HIS Janes.

Survey ini membagi sejumlah negara menjadi dua kategori yakni High Priority dan Medium Priority.

"Minimum yang akan dibeli 160 unit atau angka maksimumnya 596," ungkap Alan menjelaskan data high priority.

"Sedangkan medium priority market 160 minimum dan 368 (maksimum). Pesawat ini baru sedang di develop (dikembangkan) sudah ada orang yang memperkirakan mau beli jadi menurut saya sangat sangat bagus sekali,” tandas Alan.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Dukungan Pemerintah dalam Keberlanjutan Proyek Pesawat Tempur

Sementara itu Ahli Industri Pertahanan MARAPI Consulting & Advisory, Alman Helvas Ali menekankan pentingnya aspek politik dalam industri dirgantara seraya menambahkan pengaruh dukungan pemerintah dalam berbagai proyek dirgantara. 

"Tidak ada pengembangan pesawat baik komersial maupun pesawat militer tanpa campur tangan pemerintah," ungkap Alman pada kesempatan yang sama.

Dalam konteks pengembangan produk baru di industri dirgantara, Alman memaparkan tiga aspek penting.

"Ketika kita ingin mengembangkan suatu produk dirgantara. Ada 3 pertimbangan yang harus kita pertimbangkan. Pertama adalah kemampuan engineering (teknik). Kedua adalah komersial, saat ini laku atau tidak di pasar. Ketiga, kita butuh dukungan politik sebab pasar bisa dibuka kalau ada dukungan politik, apapun itu," jelas Alman.

Program KFX/IFX sebagai program pengembangan teknologi besar pertama di Indonesia dinilai Alman akan memberikan berbagai keuntungan bagi Indonesia tetapi langkah yang diambil pemerintah tentu akan mempengaruhi keuntungan tersebut.

"Adanya defisit political will (kemauan politik) untuk pembayaran cost-share (pembagian biaya) mempengaruhi kemajuan dari program ini termasuk akses maupun keuntungan yang kita bisa dapatkan. Selanjutnya kita menantikan bagaimana kebijakan pemerintah baru nantinya terkait program KFX/IFX," kata Alman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.