Sukses

Kepribadian di Balik Sikap Love Bombing, Benarkah Sosok Kesepian?

"Love bombing" telah menjadi istilah populer untuk memberikan seseorang perhatian berlebihan, hadiah, dan kata-kata kasih atau pujian untuk mendapatkan kasih sayang mereka sejak awal hubungan. Namun, apa makna dibaliknya?

Liputan6.com, Jakarta - "Love bombing" telah menjadi istilah populer untuk memberikan seseorang perhatian berlebihan, hadiah, dan kata-kata kasih atau pujian untuk mendapatkan kasih sayang mereka sejak awal hubungan.

Bagi penerima, awalnya mungkin terasa seperti jatuh cinta dengan seseorang yang juga jatuh cinta padamu. Namun, setelah beberapa hari atau minggu, orang yang menerima perhatian ini biasanya mulai merasa cemas dan tidak yakin tentang motif dari orang yang melakukan "love bombing."

Menurut Cleveland Clinic, love bombing adalah bentuk pelecehan psikologis dan emosional yang melibatkan seseorang yang melakukan segala cara untuk memanipulasi Anda agar menjalin hubungan dengan mereka. Ini berbeda untuk setiap orang, tetapi biasanya melibatkan bentuk-bentuk seperti: pujian yang berlebihan.

Sejumlah sumber menyebut banyak orang menyadari bahwa jenis perhatian semacam ini bisa menjadi tanda manipulasi dengan niat jahat.

Melansir dari Psychology Today, Jumat (27/10/2023), ini memang merupakan risiko, terutama jika pelaku love bombing adalah seorang narsis atau bahkan sosiopat.

Orang dengan kepribadian narsistik mungkin menggunakan hadiah dan deklarasi cinta ini sebagai cara untuk memanipulasi penerima. Sementara sosiopat memiliki sejarah dalam memanfaatkan strategi ini, seperti pemimpin sekte pada tahun 1960-an (Charles Manson) dan tahun 1970-an (Jim Jones).

Narsisistik didorong oleh kepuasan kebutuhan mereka sendiri dengan sedikit memperhatikan perasaan orang lain, sementara sosiopat hampir tidak memiliki empati terhadap orang lain.

Apakah Mereka Hanya Love Bombing atau Benar-Benar Jatuh Cinta?

Statistik mengenai seberapa sering love bombing terjadi sulit untuk diketahui. Namun, mungkin ada satu kelompok pelaku love bombing yang terdiri dari individu yang jatuh cinta dengan cepat dan tidak ragu-ragu untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Penelitian (Harrison & Shortall, 2010) telah menunjukkan bahwa pria cenderung jatuh cinta lebih cepat daripada wanita dan mengungkapkannya lebih awal. Namun, hal ini tidak berarti bahwa mereka lebih yakin dengan cinta yang abadi atau lebih siap untuk komitmen.

Dengan mempertimbangkan semua faktor yang mungkin berkontribusi pada "love bombing," tampaknya ada beragam keadaan dan motif yang patut dipertimbangkan sebelum menganggap bahwa seseorang yang membanjiri Anda dengan perhatian bermaksud memanipulasi Anda.

Berikut ini empat motif umum pelaku dengan love bombing dan kepribadian di baliknya:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Budaya Keluarga yang Menyukai Ekspresi Kasih Sayang

Individu-individu ini mungkin tumbuh dalam keluarga atau lingkungan budaya yang mendorong ekspresi perasaan sayang atau penghargaan terhadap satu sama lain.

Niat mereka mungkin tidak serius atau berbahaya, dan mereka mungkin tidak menyadari bahwa memberikan perhatian berlebihan kepada Anda menimbulkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan.

Mereka bahkan mungkin mengatakan "Aku mencintaimu" dan tidak memahami bobot kata-kata tersebut.

Anda bisa merespons dengan memberi tahu mereka bahwa perhatian yang berlebihan bukan sesuatu yang biasa Anda alami. Ini membuat Anda merasa tidak nyaman atau bukan cara Anda dalam menjalani hubungan biasanya.

Jika mereka tidak bermaksud memanipulasi Anda, seharusnya mereka bisa menghentikan perilaku tersebut dan memberi waktu lebih bagi hubungan untuk berkembang.

3 dari 5 halaman

2. Kesepian dan Keinginan Agar Hubungan Erat Berkembang Dengan Cepat

Mereka yang telah sendirian lebih lama dari yang mereka harapkan atau yang sangat mengharapkan hubungan cinta mungkin memiliki niat sungguh-sungguh untuk mencintai Anda dan berharap Anda akan mencintai mereka kembali.

Tingkat perhatian mereka yang intens mungkin menjadi cara mereka untuk menjaga Anda tetap dekat dan tidak kehilangan Anda kepada orang lain saat hubungan masih dalam perkembangan.

Motif ini mungkin tumpang tindih dengan gaya lampiran yang tidak aman dan mungkin kecenderungan untuk membentuk hubungan kodependen. Biasanya tidak ada upaya terencana untuk menipu atau mempengaruhi, tetapi lebih kepada kebutuhan yang kuat akan ikatan.

Anda bisa merespons dengan: pertama-tama, ungkapkan ketidaknyamanan Anda terhadap perhatian atau hadiah yang diberikan kepada Anda. Jadilah jujur tentang keinginan Anda untuk membentuk ikatan (atau tidak) dan jelaskan bahwa hubungan bergerak terlalu cepat menurut preferensi Anda. Diskusikan batasan yang Anda nyaman dengan. Jika love bombing terus berlanjut dan batasan tidak dihormati, mungkin lebih baik untuk berpisah.

4 dari 5 halaman

3. Keinginan untuk Menjaga Anda

Individu ini kemungkinan sedang mencoba lebih terencana untuk meyakinkan Anda untuk tetap bersama mereka sambil mereka memutuskan apa yang sebenarnya mereka inginkan dari hubungan. Motif ini mungkin tumpang tindih dengan gaya lampiran yang menghindar, yang berarti bahwa pelaku love bombing mencari hubungan yang aman dan stabil tetapi ragu untuk menjadi emosional.

Perhatian ini membuat Anda tetap tertarik, tetapi kemungkinan tidak mencerminkan kesiapan untuk komitmen yang konsisten dan saling mencintai.

4. Keinginan untuk Memanipulasi, Mempengaruhi, atau Memanfaatkan

Ini adalah motif yang paling serius dan mencakup love bombing yang dilakukan oleh narsis, sosiopat, atau individu dengan gangguan kepribadian borderline. Meskipun setiap kepribadian ini berbeda, bentuk "love bombing" serupa.

Biasanya terjadi dalam 3 fase, dengan pemberian perhatian dan hadiah sebagai fase pertama, yang juga disebut "mengidealkan." Fase ini diikuti oleh "menilai rendah," di mana penerima diabaikan atau diberikan hukuman karena tidak merespons perhatian sebagaimana yang diharapkan oleh pelaku love bombing.

Fase ketiga adalah "membuang" penerima, yang tidak lagi memenuhi kebutuhan pelaku love bombing.

 

5 dari 5 halaman

Love Bombing Mengancam Kerusakan Emosional

Kerusakan emosional, finansial, dan bahkan nyawa bisa terancam oleh pelaku love bombing ini. Upaya mereka untuk mempengaruhi melalui tanda-tanda "cinta" sebaiknya digambarkan sebagai tindakan yang terencana dan tidak sungguh-sungguh.

Jika Anda menduga bahwa manipulasi adalah motifnya, perhatikan dengan seksama apakah kata-kata (atau tindakan kasih sayang lainnya) konsisten dengan tindakan. Apakah interaksi mereka dengan Anda biasanya transaksional? ("Aku memberimu hadiah mahal itu dan sekarang kamu berutang padaku!").

Apakah mereka meminta terlalu banyak waktu Anda, meninggalkan sedikit waktu untuk teman-teman atau keluarga lain? Apakah ada tekanan untuk memindahkan seluruh hubungan terlalu cepat bagi kenyamanan Anda?

Jika Anda menolak permintaan mereka, apakah fase perhatian tersebut segera diikuti oleh fase menilai Anda rendah? (Mereka berhenti berkomunikasi dengan Anda, atau mereka membuat komentar marah yang ditujukan kepada Anda).

Semua ini adalah tanda bahaya kasih sayang yang tidak sungguh-sungguh.

Sisi Lain 

Berlawanan dengan asumsi populer, tidak semua love bombing adalah tindakan yang terencana atau bermaksud untuk merugikan.

Perilaku ini berkisar dari sesuatu yang relatif tidak berbahaya meskipun naif, hingga merusak emosi atau bahkan mengancam jiwa, seperti yang dilakukan oleh pemimpin sekte.

Harapannya, ketika mendapatkan umpan balik dari penerima, mereka dengan niat tulus akan lebih sadar akan bagaimana perilaku ini bisa disalahpahami atau mengganggu. Mereka mungkin bisa mengendalikannya dan memberi waktu lebih bagi hubungan untuk berkembang.

Mereka yang berada di pihak penerima memiliki tugas yang lebih sulit dalam mempertimbangkan motivasi dan memutuskan apa yang harus dilakukan sebagai respons. Menetapkan batasan mungkin langkah penting untuk menyelamatkan hubungan ini ketika motivasi dari pelaku love bombing adalah tulus.

Jika Anda bingung dalam mencari tahu motifnya dan masih merasa cemas, carilah dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Pelaku manipulasi yang terlatih sangat baik dalam menipu orang lain, dan Anda mungkin memerlukan dukungan untuk memutuskan hubungan dengan individu seperti itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini