Sukses

Dubes Jepang Kenji Kanasugi Akan Diangkat Jadi Duta Besar di RRC

Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kenji Kanasugi, dikabarkan akan menjadi Dubes di RRC.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kenji Kanasugi, dikabarkan akan pindah tugas ke Republik Rakyat China. Tugas diplomatik Kanasugi di China diprediksi akan lebih berat di tengah hubungan kedua negara yang terjegal beragam isu.

Salah isu antara Jepang dan China adalah masalah pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut.

Berdasarkan laporan Kyodo News, Minggu (22/10/2023), Kanasugi sebelumnya adalah pejabat top Kementerian Luar Negeri Jepang di bidang urusan Asia. Penunjukan Kanasugi cukup spesial karena ia tidak pernah mengambil kursus bahasa China.

Ini adalah pertama kalinya dalam tujuh terakhir ketika dubes Jepang untuk China tak diharuskan mengambil training bahasa. Fokus Dubes Kanasugi di RRC adalah memajukan hubungan Jepang dan China. Kemlu Jepang berkata aliran ini sebagai "China School".

Terkait hubungan ekonomi, China telah mencekal seluruh makanan laut dari Jepang karena masalah pembuangan limbah nuklir, meski lembaga atom internasional berkata seafood dari Jepang aman-aman saja.

Selain itu, ada pula isu penangkapan pegawai farmasi Jepang yang ditangkap China atas dugaan mata-mata.

1.000 Hari Kanasugi

Pihak Kedutaan Besar Jepang di Jakarta berkata bahwa Dubes Kanasugi memang hampir tiga tahun bertugas di Indonesia. Pada Oktober ini, ia sudah 1.000 hari lebih bertugas. Masa tugas dubes biasanya kurang lebih sekitar tiga tahun.

Bicara pengalaman, Kyodo News menyebut Kanasugi pernah menjabat sebagai wakil menlu di bidang ekonomi dan kepada Biro Urusan Asia dan Oseania.

Di Instagramnya, Dubes Kanasugi Kenji dikenal suka membagikan foto-foto kuliner masakan Indonesia dan Jepang.

 

Update: Klarifikasi bahwa masa tugas Dubes Kanasugi sudah hampir tiga tahun di Indonesia, sebelumnya tertulis sudah melewati waktu tiga tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rusia Ikuti Jejak China Larang Impor Makanan Laut dari Jepang, Khawatir Tercemar Limbah Nuklir Fukushima

Sebelumnya dilaporkan, Rusia mengikuti jejak China yang melarang impor makanan laut dari Jepang, menyusul kekhawatiran atas keamanan produk setelah Jepang membuang limbah nuklir Fukushima yang sudah diolah ke laut. China sebelumnya melarang impor makanan laut Jepang pada Agustus 2023, yang sangat merugikan produsen dan eksportir makanan laut Jepang.

Rusia mulai menerapkan pembatasan impor makanan laut Jepang pada Senin, 16 Oktober 2023, hampir dua bulan setelah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang dilanda tsunami mulai melepaskan air limbah radioaktif yang telah diolah dan diencerkan ke laut. 

Pembuangan air limbah ini diperkirakan akan terus berlanjut selama beberapa dekade. Hal tersebut mendapat tentangan keras dari kelompok nelayan dan negara-negara tetangga, termasuk Korea Selatan, dengan ratusan orang telah menggelar protes.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan para pejabat seniornya telah memberi tahu Kedutaan Besar Rusia di Tokyo, bahwa Jepang telah menjelaskan secara transparan dan ilmiah tentang keamanan pelepasan air olahan limbah nuklirnya dari pabrik Fukushima dan keamanan makanan laut Jepang. 

Kementerian tersebut juga mengatakan, pihak Jepang "dengan tulus dan sopan" menanggapi permintaan mendadak Rusia untuk berdialog pada minggu lalu mengenai masalah ini dengan menyerahkan dokumen. Kementerian menyatakan bahwa pembatasan yang dilakukan Moskow "tidak adil" dan mengatakan bahwa pembatasan tersebut bertentangan dengan langkah global yang berupaya mengurangi atau mencabut pembatasan impor makanan Jepang.

"Keputusan pihak Rusia sangat disesalkan, dan kami sangat menuntut penarikannya," kata Kemenlu Jepang. "Jepang terus mengupayakan tindakan berdasarkan sains."

3 dari 4 halaman

Proses Pembuangan Limbah Nuklir Tahap II

Pelepasan air limbah pertama dari pabrik tersebut dimulai pada 24 Agustus 2023 dan berakhir pada 11 September 2023. Selama pelepasan tersebut, Tokyo Electric Power (TEPCO) mengatakan pihaknya membuang 7.800 ton air olahan limbah dari 10 tangki. Pada pembuangan kedua yang dimulai 5 Oktober 2023, TEPCO berencana melepaskan 7.800 ton air olahan lagi ke Samudera Pasifik selama 17 hari.

Badan Energi Atom Internasional telah meninjau keamanan pembuangan air limbah tersebut dan menyimpulkan bahwa jika dilakukan sesuai rencana, dampaknya terhadap lingkungan, kehidupan laut, dan kesehatan manusia dapat diabaikan. Sebuah tim ahli IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) dari China, Korea Selatan, dan Kanada akan mengambil sampel air laut dan kehidupan laut di dan dekat pabrik tersebut pada minggu ini.

Pemerintah Jepang telah menyiapkan dana bantuan untuk membantu menemukan pasar baru dan mengurangi dampak larangan makanan laut di China. Langkah-langkah tersebut juga mencakup pembelian sementara, pembekuan dan penyimpanan makanan laut, serta promosi penjualan makanan laut di dalam negeri.

4 dari 4 halaman

Tidak Menimbulkan Risiko

TEPCO dan pemerintah mengatakan pembuangan air ke laut tidak dapat dihindari, karena tangki-tangki tersebut akan mencapai kapasitasnya pada awal tahun depan, dan diperlukan ruang di pabrik tersebut untuk melakukan dekomisioning, yang diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun.

Mereka mengatakan air tersebut diolah untuk mengurangi bahan radioaktif ke tingkat yang aman, dan kemudian diencerkan dengan air laut ratusan kali lipat agar lebih aman dibandingkan standar internasional. Jepang kembali melepaskan gelombang kedua dari 1,34 juta ton limbah nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut pada 5 Oktober 2023.

Dilansir dari kanal Global, Liputan6.com, Sabtu, 30 September 2023, hal tersebut diumumkan oleh operator PLTN Fukushima Tokyo Electric Power (Tepco). "Inspeksi setelah pelepasan pertama telah selesai ... Pelepasan (kedua) akan dimulai pada 5 Oktober," ujar Tokyo Electric Power pada Kamis (28/9/2023), seperti dilansir The Guardian.

Pelepasan 1,34 juta ton limbah nuklir Fukushima yang terkumpul sejak tsunami melumpuhkan fasilitas tersebut pada 2011, telah membuat China berang. Imbasnya, China melarang semua impor seafood Jepang pasca pelepasan pertama, meskipun Jepang bersikeras bahwa operasinya tidak menimbulkan risiko. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.