Sukses

Israel Bentuk Kabinet Perang, Istilah Holocaust Disebut

Politisi oposisi dan pemerintah Israel bergabung di kabinet perang.

Liputan6.com, Tel Aviv - Pemerintah Israel telah membentuk kabinet perang di tengah konflik melawan Hamas. Lima politisi dari partai oposisi juga bergabung dengan pemerintah untuk memperkuat kabinet ini.

Parlemen Israel (Knesset) telah menyetujui bergabungnya lima politisi oposisi itu ke kabinet ini.

Berdasarkan laporan The Times of Israel, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkata bahwa serangan Hamas ke Israel yang merupakan "hari yang paling mengerikan bagi rakyat Yahudi sejak Holocaust."

Jumlah korban tewas akibat serangan Hamas disebut sudah tembus 1.300 orang.

"Kita berdiri di hadapan konflik ini dalam persaudaraan internal dan kekhawatiran bersama," ujar PM Israel Benjamin Netanyahu.

Salah satu yang masuk ke kabinet perang ini adalah Benny Gantz yang merupakan mantan kepala staf Israel Defense Forces (IDF). Gantz dulunya juga merupakan menteri pertahanan. Sosok lain yang bergabung adalah Gadi Eisenkot yang juga mantan kepala staf IDF.

Kabinet perang ini akan bertemu tiap 48 jam sekali.

Pemimpin oposisi Yair Lapid juga mendukung perang di luar koalisi ini, dan ia menyebut koalisi ini tidak akan berhasil, serta hanya akan membuat situasi makin kacau. Meski demikian partai Likud (pihak Netanyahu) dan partai Persatuan Nasional (pihak Gantz) tetap buka pintu jika Lapid ingin bergabung.

Benjamin Netanyahu turut berjanji bahwa Israel akan "mengeliminasi" Hamas, serta membandingkan Hamas dengan ISIS. Menurut Netanyahu, Israel sedang berjuang untuk tanah airnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bantuan AS ke Israel

Sebelumnya dilaporkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menghubungi Presiden AS Joe Biden pada Selasa (10/10) malam untuk mengucapkan terima kasih atas "dukungan yang berkelanjutan."

Dalam sebuah video yang dirilis Kantor Pers Pemerintah Israel, Netanyahu menjelaskan serangan Hamas pada Sabtu (7/10) sebagai "kebiadaban yang belum pernah terjadi sejak peristiwa Holocaust (pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi di Eropa oleh Nazi)."

BACA JUGA:VIDEO: Massa Pro-Palestina di Seoul Korea Selatan Kecam Serangan Israel ke Gaza "Ratusan orang Yahudi dibunuh, keluarga-keluarga dibantai di tempat tidur mereka, di rumah mereka, para perempuan diperkosa dan dibunuh secara brutal, lebih dari seratus orang diculik, termasuk anak-anak. Tingkat kejahatan ini semakin parah, puluhan anak-anak diikat, dibakar, dan dibunuh. Mereka memenggal kepala tentara kami," ujarnya.

Sebelumnya, Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris berbicara dengan Netanyahu melalui telepon pada hari Selasa, untuk membahas situasi di lapangan, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (10/11).

Biden menjelaskan tindakan yang diambilnya dan sekutu lain untuk mendukung Israel setelah serangan itu dan menyatakan kengeriannya atas laporan “memuakkan” tentang penyiksaan yang dilakukan militan Hamas terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

Presiden Biden pada Selasa memastikan bahwa warga AS termasuk di antara sandera yang ditangkap oleh Hamas dalam serangan akhir pekan terhadap Israel. Biden mengutuk kelompok militan itu atas “kejahatannya” serangan mengejutkan terhadap Israel yang diluncurkan dari Jalur Gaza. Akibat serangan itu ratusan warga sipil tewas, termasuk sedikitnya 14 warga negara AS.

3 dari 4 halaman

Menkeu Janet Yellen Yakin Konflik Israel-Hamas Tak Punya Pengaruh Besar ke Ekonomi Dunia

Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen mengungkapkan bahwa konflik Israel-Hamas tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian global.

"Meskipun kami memantau potensi dampak ekonomi dari krisis ini (di Israel dan Gaza) saya tidak benar-benar menganggapnya sebagai pendorong utama prospek ekonomi global," ujar Janet Yellen, dikutip dari CNN Business, Kamis (12/10/2023). 

"Sejauh ini saya rasa kita belum melihat sesuatu yang menunjukkan hal itu akan menjadi sangat signifikan," katanya, di acara tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Maroko.

Pasar saham di seluruh dunia sebagian besar juga tidak merespon konflik tersebut, dengan Wall Street membukukan keuntungan pada hari Selasa yang sebagian didorong oleh jatuhnya harga minyak.

Sementara itu, harga minyak global telah melonjak awal pekan ini di tengah kekhawatiran konflik Israel-Hamas dapat menyebabkan ketidakstabilan yang lebih luas di negara penghasil minyak di Timur Tengah.

Kekhawatiran ini termasuk potensi penerapan sanksi yang lebih ketat terhadap Iran.

Diwartakan sebelumnya, Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan masih terlalu dini untuk menilai bagaimana konflik Israel-Hamas dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kawasan Timur Tengah dan seluruh dunia.

Namun IMF memperingatkan dalam laporan terbaru World Economic Outlook, yang dirilis sebelum konflik pecah, bahwa pertumbuhan ekonomi masih lemah dan tidak merata.

Badan ini memperkirakan perekonomian dunia akan tumbuh sebesar 3 persen di sisa tahun ini, di bawah rata-rata 3,8 persen yang dicapai antara tahun 2000 dan 2019.

IMF juga merevisi perkiraan pertumbuhan AS, dibandingkan dengan prediksi yang dibuat pada bulan Juli, dan menurunkan perkiraannya untuk Eropa dan Tiongkok.

Selain itu, IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2024 sebesar 0,1 poin persentase menjadi 2,9 persen.

4 dari 4 halaman

Menlu AS Antony Blinken Tiba di Israel

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken juga baru tiba di Israel.

Dalam kunjungan singkatnya, Antony Blinken akan bertemu dengan pejabat Israel dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Penting untuk diingat bahwa Abbas bermarkas di Tepi Barat dan merupakan saingan politik Hamas di Jalur Gaza.

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan, Blinken juga akan mengunjungi negara-negara lain di kawasan itu setelah singgah di Israel dan Yordania. Selain itu, ia juga akan bekerja dengan sekutu regional AS untuk mencoba menjamin pembebasan lebih dari 100 orang yang menurut Israel ditawan oleh Hamas, di mana beberapa di antaranya mungkin merupakan warga negara Amerika Serikat.

Dalam serangan dan konflik yang terjadi antara Hamas dengan Israel, ada setidaknya 22 warga AS yang tewas, dikutip dari laman BBC, Kamis (12/10/2023).

"Jumlah tersebut masih bisa bertambah, dan mungkin akan terus bertambah," kata Blinken, seraya menambahkan bahwa para pejabat AS sedang bekerja sama dengan Israel untuk menentukan nasib warga AS lainnya yang masih belum ditemukan.

Ketika ditanya apakah Washington telah menganjurkan agar Israel menahan diri dalam menanggapi serangan tersebut, dengan perkiraan akan melakukan operasi darat di Gaza, Blinken mengatakan bahwa Israel menghormati hukum internasional dan melakukan upaya untuk menghindari jatuhnya korban sipil.

"Kami tahu bahwa Israel akan mengambil semua tindakan pencegahan yang bisa mereka lakukan, sama seperti kami, dan sekali lagi itulah yang membedakan kami dari Hamas dan kelompok teroris yang terlibat dalam aktivitas paling keji," kata Blinken.

Prioritas utama Blinken adalah menyampaikan pesan pencegahan, yang sebagian besar ditujukan kepada Iran dan kelompok yang didukung Iran seperti Hizbullah Lebanon, untuk menghentikan pecahnya perang lebih luas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.