Sukses

Lawan Perubahan Iklim, Pemimpin COP28 Minta Dunia Jangan Cuman Janji

Presiden-Terpilih COP28, Dr. Sultan Al Jaber menegaskan pentingnya aksi nyata dalam melawan perubahan iklim.

Liputan6.com, New York - Presiden-Terpilih COP28, Dr. Sultan Al Jaber, mengajak dunia agar tidak hanya janji-janji saja dalam melawan perubahan iklim. Pada pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB 2023, Al Jaber menegaskan bahwa perubahan iklim adalah "musuh bersama". 

Perubahan iklim adalah musuh kita bersama, sehingga kita harus bersatu untuk menghadapinya," ujar Al Jaber dalam rilis resminya, Jumat (22/9/2023). 

Dr. Sultan Al Jaber berbicara dihadapan para pemimpin dunia pada Konferensi Ambisi Iklim PBB yang merupakan bagian dari Majelis Umum PBB, mengajak seluruh lapisan individu di dunia untuk mulai beralih dari janji-janji menuju aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim.

Pesan itu dikirim Al Jaber menginat adanya data terbaru dari Global Stocktake yang mengkonfirmasi bahwa “Dunia perlahan-lahan hancur, dan kita tidak punya banyak waktu.”

Presiden-Terpilih COP28 tersebut mengajak seluruh dunia untuk lebih “berani” dan “tegas” serta “kembali pada jalur yang tepat” untuk bisa memenuhi ambisi iklim. Ia juga meminta agar negara-negara dapat berpikir tanpa disekat batas negara, politik, hingga agar mau berpikir kehidupan di masa selanjutnya, tidak hanya di masa ini.

Emisi rumah kaca yang besar turut menjadi sorotan utama Al Jaber. 

"22 gigaton. Ini adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang perlu kita kurangi dalam tujuh tahun ke depan agar angka 1.5 tetap berada dalam batas aman," serunya. 

Membahas prioritas COP28 untuk mendukung seluruh aksi iklim dengan penuh inklusivitas, Dr. Al Jaber meminta semua pihak untuk “mengesampingkan perbedaan kita dan mulai bekerjasama demi mencapai kemajuan.”

COP28 merupakan konferensi iklim PBB yang ke-28 yang akan digelar di uni Emirat Arab pun diharapkan menjadi tempat munculnya solusi dan aksi dari negosiator, sektor swasta, dan para pemimpin dunia.

COP28 UEA akan berlangsung di Expo City pada tanggal 30 November - 12 Desember 2023. Konferensi ini diperkirakan akan mengumpulkan lebih dari 70.000 peserta, termasuk kepala negara, pejabat pemerintah, pemimpin industri internasional, perwakilan sektor swasta, akademisi, pakar, pemuda, dan aktor non-pemerintah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masalah Pendanaan

Ada juga masalah pendanaan yang disorot oleh pemimpin COP28 ini. Dr. Al Jaber berbicara tentang perlunya memulihkan kepercayaan antar Pihak dan negara-negara yang berkontribusi untuk memenuhi janji $100 miliar tahun ini.

Dia menekankan perlunya melangkah “lebih jauh lagi” dan menyatakan bahwa “jika kita ingin mendapatkan triliunan dolar, kita perlu mengeluarkan seluruh potensi modal swasta.”

Dr. Al Jaber menyerukan reformasi pada “lembaga keuangan internasional yang sudah ketinggalan zaman”, dan “inovasi cerdas di seluruh sistem keuangan serta pasar karbon yang berfungsi lebih baik.”

Ia mencatat bahwa tujuannya adalah “menciptakan ekosistem di mana pendanaan lebih tersedia, lebih mudah diakses dan lebih terjangkau, sehingga uang mengalir ke mana pun mereka membutuhkannya – kepada orang-orang yang paling membutuhkan.”

Dr. Al Jaber juga berbicara tentang kebutuhan mendesak untuk menempatkan “manusia, kehidupan, dan mata pencaharian” sebagai pusat diskusi iklim.

"orang-orang di mana pun menginginkan hal yang sama: air bersih, udara bersih, peluang ekonomi, serta keamanan dalam badai.”

Terkait investasi, ia meminta agar negara-negara mau menanamkan investasi positif terhadap alam dalam strategi iklim nasional mereka, serta memiliki pendekatan yang lebih cerdas terhadap cara kita menanam dan mengonsumsi makanan.”

Ia juga mencatat bahwa COP28 akan menjadi COP pertama yang memasukkan kesehatan global ke dalam agenda COP.

Dia mengakui bahwa “kunci dari semua tindakan ini adalah pendanaan.” Oleh karena itu, beliau menyerukan kepada negara-negara untuk “menggandakan pendanaan adaptasi pada tahun 2025, mengisi kembali Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund), dan mengoperasionalkan dana untuk Kerugian dan Kerusakan sesuai dengan janji awal.”

3 dari 4 halaman

Perubahan Iklim Mengancam, Jokowi Ingin Masyarakat Sejahtera Manfaatkan Kawasan Hutan

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin masyarakat bisa sejahtera dengan memanfaatkan kawasan hutan di wilayah yang dikelola Perum Perhutani. Langkah ini diharapkan bisa dijalankan meski ada ancaman perubahan iklim.

Jokowi menyebut perubahan iklim menghantui semua negara. Maka, dia mengajak semua pihak bersama merehabilitasi hutan dengan cara menanam pohon sebanyak-banyaknya.

"Realisasi Program Perhutanan Sosial dan hutan adat saat ini sudah mencapai 6,3 juta hektar, semoga dapat membantu masyarakat lebih sejahtera dan kawasan hutan lebih produktif," ungkap dia dalam keterangan tertulis, Selasa (19/9).

Upaya yang dimaksud Jokowi sejalan dengan diserahkannya Perjanjian Kerja Sama (PKS) Kemitraan Kehutanan Perhutani (KKP) serta PKS Kemitraan Kehutanan Perhutani Produktif (KKPP) di wilayah hutan negara yang dikelola Perum Perhutani.

Rinciannya, ada 10 PKS KKP untuk empat Kabupaten yaitu Sukabumi, Cianjur, Purwakarta dan Bogor. Sedangkan PKS KKPP sebanyak 6 SK untuk tiga Kabupaten yaitu Bandung, Bandung Barat dan Kabupaten Bogor.

4 dari 4 halaman

Perhutani

Sementara itu, Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menjelaskan produktivitas garapan masyarakat desa hutan dapat terbantu dengan adanya sistem agroforestry dengan skema KKP dan KKPP yang sebelumnya disebut PHBM.

“Program Kemitraan Kehutanan Perhutani ini diutamakan untuk masyarakat desa hutan baik yang masih dalam bentuk lembaga hingga berbentuk koperasi dengan tujuan masyarakat mendapatkan manfaat dari hutan serta produktivitas kawasan hutan dapat dimaksimalkan,” jelas Wahyu.

Simbolisasi penyerahan yang dilakukan RI1 menjadi penanda awal program Perhutani ini dimulai. Kedepannya, kata Wahyu, akan dilaksanakan PKS Kemitraan Perhutani kepada kelompok tani hutan lainnya pada seluruh Divisi Regional di Perum Perhutani.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyoroti kurangnya pohon dan banyaknya kendaraan di DKI Jakarta, sehingga menyebabkan polusi udara. Jokowi menyebut banyak warga Jakarta yang batuk-batuk akibat polusi udara.

"Di DKI Jakarta pohonnya kurang, kendaraannya banyak. Yang terjadi polusi. Yang terjadi sekarang ini yang di Jakarta banyak orang batuk-batuk," kata Jokowi dalam acara Festival Lingkungan-Iklim-Kehutanan-Energi EBT (LIKE) di Indonesia Arena Jakarta, Senin (18/9).

Dia berasumsi masyarakat yang batuk-batuk berasal dari DKI Jakarta. Oleh sebab itu, Jokowi mengingatkan masyarakat memakai masker apabila bersepeda agar tidak batuk-batuk.

"Jadi yang batuk-batuk ini pasti dari Jakarta. Termasuk yang bersepeda juga hati-hati. Kalau pas bersepeda pake masker," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.