Sukses

Kandidat Capres AS Ingin Ukraina Serahkan Daerah ke Rusia Agar Perang Selesai

Kandidat capres AS Vivek Rawaswamy memberi ide tak biasa terkait perang Rusia-Ukraina.

Liputan6.com, Washington, DC - Calon kandidat presiden Partai Republik, Vivek Rawaswamy menegaskan ketidaktertarikannya dalam membantu Ukraina terus-menerus. Ia bahkan setuju jika kawasan Ukraina diberikan ke Rusia.

Vivek Ramaswamy adalah salah satu kandidat presiden AS termuda untuk pilpres 2024, usianya masih 38 tahun. Pria keturunan India itu merupakan pebisnis di sektor farmasi.

Ketika argumennya dipertanyakan lagi oleh media AS, Vivek berkata penyerahan wilayah ke Ukraina juga mempunyai syarat yakni agar Rusia menyetop aliansi militer dengan Republik Rakyat China.

"Aliansi militer Rusia-China adalah ancaman tunggal terbesar yang AS hadapi hari ini," ujar Vivek Rawaswamy dalam wawancara bersama MSNBC, dikutip Rabu (30/8/2023).

Gagasan Vivek itu mirip-mirip dengan narasi Rusia yang menginginkan daerah timur Ukraina. Sementara, Ukraina menegaskan tidak rela jika tanahnya diambil Rusia.

Sebelumnya, New York Times melaporkan bahwa Vivek juga meminta agar Rusia bergabung kembali dengan perjanjian STAR untuk pengendalian senjata nuklir.Vivek berpandangan bahwa masalah Ukraina-Rusia bukan prioritas pertama bagi AS.

Pandangan Vivek tidak disetujui oleh rekan sesama kandidat capres lain dari Partai Republik, salah satunya oleh Nikki Haley yang merupakan mantan duta besar AS untuk PBB.

Haley berpandangan bahwa kemenangan Ukraina adalah hal penting bagi semua pihak, terutama untuk mencegah Rusia menyerang negara tetangganya yang lain, serta mencegah RRC untuk menyeran Taiwan.

"China bilang selanjutnya Taiwan, kita lebih baik percaya itu. Rusia bilang Polandia dan negara-negara Baltik bakal menjadi yang selanjutnya. Jika itu terjadi kita sedang melihat perang dunia," ujar Nikki Haley.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Presiden Rusia Vladimir Putin Tidak Dijadwalkan Hadiri KTT G20 di India

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Rusia Vladimir Putin belum dapat dipastikan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di New Delhi, India pada 9-10 September 2023. 

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Jumat (25/8/2023) bahwa agenda itu tidak ada dalam agenda Putin karena ia berkonsentrasi pada operasi militer khusus, yang disebut Kremlin sebagai perang Rusia melawan Ukraina.

Dilansir Al Jazeera, Sabtu (26/8), kemungkinan ada alasan lain yang membuat Putin tidak bisa bepergian. Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin yang menuduhnya melakukan kejahatan perang di Ukraina, yang secara tegas dibantah Kremlin. 

Ini artinya, dia berisiko ditangkap saat bepergian ke luar negeri. Namun Peskov tidak menyebutkan surat perintah tersebut dalam komentarnya.

Putin juga tidak hadir dalam KTT G20 di Bali, Indonesia, pada 15-16 November 2022 dan pertemuan puncak BRICS di Afrika Selatan pekan ini. 

3 dari 3 halaman

Harapan India

Dalam pertemuan bulan depan, negosiator KTT G20 Amitabh Kant mengatakan bahwa India berharap dapat membujuk para anggotanya untuk menemukan solusi damai terhadap masalah geopolitik dunia. 

Kant mengatakan G20 menginginkan pertumbuhan namun perang telah menciptakan "implikasi besar dalam hal perekonomian" dengan membawa tantangan terkait pangan, bahan bakar dan pupuk.

"Perang bukanlah ciptaan kita," kata Kant. "Tantangan kami adalah mengedepankan isu-isu pembangunan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.