Sukses

Pembunuh Berantai 7 Bayi di Inggris, Perawat Lucy Letby Dipenjara Seumur Hidup

Perawat Inggris Lucy Letby menolak hadir di sidang vonis hukumannya. Ia disebut sebagai pembunuh berantai anak paling produktif di Inggris dalam sejarah Inggris modern.

Liputan6.com, Chester - Perawat neonatal Lucy Letby belakangan jadi sorotan. Wanita yang disebut sebagai pembunuh berantai anak paling produktif di Inggris dalam sejarah Inggris modern, akan menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi.

Mengutip BBC, Selasa (23/8/2023), wanita berusia 33 tahun itu divonis bersalah pada Jumat 18 Agustus karena membunuh tujuh bayi dan berusaha membunuh enam bayi lainnya di Countess of Chester Hospital.

Letby dengan sengaja menyuntik bayi dengan udara, mencekoki susu, dan meracuni dua bayi dengan insulin.

Lucy Letby menolak untuk hadir di sidang vonis hukumannya.

Hakim melanjutkan tanpa Lucy Letby dan membacakan vonis seolah terdakwa berada di ruang sidang.

Letby dijatuhi hukuman seumur hidup beberapa kali - satu untuk setiap pelanggaran. Ia menjadi wanita keempat dalam sejarah Inggris yang menerima hukuman seperti itu.

Hukuman penjara seumur hidup adalah hukuman paling berat yang ada dan diperuntukkan bagi mereka yang melakukan kejahatan paling keji.

Hakim Goss mengatakan "kekejaman dan perhitungan" atas tindakan Letby antara Juni 2015 dan Juni 2016 "benar-benar mengerikan".

"Anda bertindak dengan cara yang benar-benar bertentangan dengan naluri manusia normal dalam mengasuh dan merawat bayi, dan melanggar kepercayaan yang diberikan semua warga negara pada mereka yang bekerja dalam profesi medis dan perawatan," kata Hakim Goss.

Hakim Goss menambahkan lembar serah terima yang berkaitan dengan semua, kecuali empat bayi pertama ditemukan ketika polisi menggeledah rumah Letby, yang menurutnya dia simpan sebagai "catatan tidak wajar".

Saat menjatuhkan hukuman atas pembunuhan yang dilakukan perawat Letby, Hakim Goss berkata: "Ada kedengkian yang mendekati sadisme dalam tindakan Anda. Selama persidangan ini, Anda dengan dingin menolak bertanggung jawab atas kesalahan Anda.""

"Anda tidak menyesal. Tidak ada faktor yang meringankan."

Hakim Goss mengatakan Letby, yang berasal dari Hereford, akan diberikan salinan pidatonya dan pernyataan pribadi para orang tua korban.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pembelaan Atas Perawat Letby

Ben Myers KC, membela Letby, mengatakan perawat neonatal telah "mempertahankan ketidakbersalahannya selama proses ini" sehingga tidak ada yang "dapat ditambahkan dalam mitigasi yang mampu mengurangi hukuman".

Saat sidang dimulai, ada keheningan saat mereka yang berada di ruang sidang tujuh di Manchester Crown Court menunggu hakim memasuki ruangan.

Delapan juri yang mengadili Letby selama 10 bulan hadir. Beberapa terlihat sangat sedih ketika mendengar kesedihan, kehilangan dan kesusahan yang dialami setiap keluarga korban.

Para orang tua menangis pelan di galeri publik ketika pernyataan dampak korban terdengar. Kata-kata mereka memperjelas bahwa dampaknya terhadap kehidupan mereka tidak akan pernah berakhir.

Orang tua Letby, yang hadir selama persidangannya, tidak menghadiri sidang vonis hukumannya.

3 dari 4 halaman

Respons PM Rishi Sunak hingga Penyelidikan

Sebelumnya Perdana Menteri Rishi Sunak juga mengatakan bahwa merupakan tindakan yang “pengecut” jika pelaku kejahatan tidak menghadapi korban atau keluarga mereka di pengadilan.

Pemerintah Inggris telah memerintahkan penyelidikan independen mengenai latar belakang pembunuhan yang dilakukan perawat Letby, namun, penyelidikan tersebut tidak memiliki kekuatan untuk memaksa saksi memberikan bukti.

Sebagai dampaknya, muncul kekhawatiran dari beberapa pihak mengenai seberapa efektif penyelidikan ini dalam memeriksa kasus ini.

Di antara mereka adalah anggota parlemen dari Partai Buruh Kota Chester Samantha Dixon yang mengatakan kepada BBC bahwa penyelidikan harus bergantung pada "niat baik para saksi untuk hadir".

Konsultan utama di unit neonatal tempat perawat Letby bekerja sebelumnya mengatakan pimpinan rumah sakit gagal menyelidiki tuduhan tersebut dan berusaha membungkam para dokter.

Awal Mula Kecuriaan Dokter Atas Perawat Letby

Dr Stephen Brearey pertama kali menyampaikan kekhawatiran tentang perawat Letby pada Oktober 2015 kepada manajer rumah sakit, termasuk Alison Kelly, yang bertanggung jawab atas keperawatan pada saat itu.

Namun Dr Stephen Brearey mengatakan tidak ada tindakan yang diambil dan Letby terus menyerang lima bayi lagi, menewaskan dua bayi. Alison Kelly sejak itu diberhentikan sebagai direktur keperawatan untuk Rochdale Care Organisation, yang merupakan bagian dari Northern Care Alliance NHS Foundation Trust.

NHS England mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan informasi yang muncul selama persidangan.​

4 dari 4 halaman

Penyelidikan

Menyusul putusan bersalah terhadap perawat Lucy Letby pada Jumat 18 Agustus, ahli medis utama penuntut dalam kasus ini, Dr Dewi Evans, mengatakan para eksekutif rumah sakit yang gagal bertindak harus diselidiki oleh polisi.

Dia bermaksud untuk menulis surat kepada Polisi Cheshire guna meminta pasukan menyelidiki bos karena tidak bertindak atas keprihatinan dokter.

Tony Chambers, mantan kepala eksekutif rumah sakit, sebelumnya mengatakan dia "benar-benar menyesal" atas apa yang dialami keluarga korban, dan dia akan "bekerja sama secara penuh dan terbuka" dalam setiap penyelidikan pasca-persidangan.

"Sebagai kepala eksekutif, fokus saya adalah keselamatan unit bayi dan kesejahteraan pasien dan staf," kata Tony Chambers.

"Saya terbuka dan inklusif saat menanggapi informasi dan panduan," tambah Tony Chambers.

Ian Harvey, mantan direktur medis di rumah sakit, juga mengatakan dia akan membantu penyelidikan "dengan cara apa pun yang saya bisa. Sebagai direktur medis, saya bertekad untuk menjaga keamanan unit bayi dan mendukung staf kami," katanya.

"Saya ingin peninjauan dan penyelidikan dilakukan, sehingga kami dapat memberi tahu orang tua apa yang terjadi pada anak-anak mereka," imbuh Ian Harvey.​

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini