Sukses

Chef di New York Sajikan Hidangan dari Serangga Ala Fine Dining, Ada Tarantula hingga Jangkrik

Chef Joseph Yoon mendorong agar serangga bisa dikonsumsi secara lebih luas lagi, dengan tujuan menjadi sumber makanan yang berkelanjutan.

Liputan6.com, New York - Berbagai jenis makanan berbahan dasar serangga mungkin bukan lagi suatu hal baru di dunia kuliner. Kota Bangkok di Thailand, misalnya, terkenal banyak menjual ragam hidangan serangga yang dijual sebagai jajanan pinggir jalan. 

Namun, jika serangga dihidangkan secara eksklusif di sebuah restoran dan disajikan ala makanan fine dining mungkin menjadi hal baru. 

Ini adalah ide dari Joseph Yoon, seorang chef di New York, Amerika Serikat (AS), mulai memasak serangga untuk sebuah proyek seni empat tahun lalu. Namun kini, ia ingin mengubah persepsi banyak orang yang menganggap hewan merayap itu menyeramkan menjadi hidangan yang lezat dan penuh nutrisi. 

"Saya sangat menyukai serangga," kata Yoon, yang juga merupakan direktur eksekutif Brooklyn Bugs, sebuah organisasi yang mempromosikan serangga yang dapat dimakan.

"Fakta bahwa mereka sangat beragam, fakta bahwa ada begitu banyak spesies serangga, fakta bahwa kita sangat bergantung pada serangga untuk ekosistem dan keanekaragaman hayati kita sendiri sangatlah menarik."

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Brooklyn Bugs (@brooklynbugs)

Dilansir CNN, Selasa (15/8/2023), Yoon mengatakan bahwa ada lebih dari 2.100 jenis serangga di dunia yang dapat dimakan. Bahkan, berbagai jenis serangga itu memiliki rasa yang berbeda seperti rasa kacang, jeruk, keju maupun kelapa. 

"Apa yang saya coba lakukan adalah menyajikan orang-orang dengan banyaknya rasa, tekstur, dan ide yang luar biasa tentang cara memasak serangga yang dapat dimakan," imbuhnya. 

Lewat akun Instagram-nya @brooklynbugs, Yoon juga membagikan jenis sajian serangga yang ia konsumsi sehari-hari. Bahkan, ia menggunakannya di berbagai elemen makanan yang ia makan. 

"Seorang teman bertanya seberapa sering saya makan serangga, dan saya harus berpikir sejenak, karena saya menggunakan serangga sebagai protein utama, sebagai bumbu, sebagai topping atau tambahan, dalam produk fermentasi saya, dalam saus saya, dan seterusnya," tulisnya dalam salah satu foto yang ia unggah, ketika ia membuat roti dengan potongan alpukat dan cacing di atasnya. 

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Brooklyn Bugs (@brooklynbugs)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masukkan Serangga ke Menu Favorit

Menurut Yoon, cara terbaik untuk mengonsumsi serangga adalah dengan memasukkannya ke dalam menu favorit. Yoon mengatakan bahwa ini menjadi cara paling mudah untuk mengonsumsi serangga, terutama bagi mereka yang tidak biasa atau bahkan merasa jijik. 

"Ketika orang bertanya kepada saya bagaimana mereka harus mengintegrasikan jangkrik atau serangga ke dalam makanan mereka, salah satu cara favorit yang saya sukai adalah dengan memasukkannya ke dalam makanan favorit saya," kata Yoon.

"Tidak perlu berpikir untuk membuat masakan baru dengan bahan baru tapi kalau suka membuat nasi goreng seperti saya, saya suka membuat nasi goreng dengan jangkrik. Saya suka menambahkan jangkrik ke mac and cheese saya. Anda bisa menambahkan bubuk jangkrik ke dalam saus keju."

3 dari 4 halaman

Potensi Sumber Protein Berkelanjutan

Menurut laporan tahun 2013 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), serangga secara teratur dikonsumsi oleh sekitar dua miliar orang di dunia. 

Di tengah kesulitan soal ketersediaan bahan pangan di dunia, serangga dinilai menjadi salah satu jenis pangan alternatif yang berkelanjutan. Apalagi, produksi makanan terbukti berdampak buruk pada lingkungan. Studi terbaru menunjukkan bahwa industri peternakan menghasilkan antara 14 hingga 17 persen emisi gas rumah kaca buatan manusia.

Sementara itu, jangkrik membutuhkan pakan enam kali lebih sedikit daripada sapi, empat kali lebih sedikit dari domba, dan setengah dari pakan yang dibutuhkan babi dan ayam untuk menghasilkan jumlah protein yang sama, menurut FAO.

Melihat fakta tersebut, Yoon pun mengajak untuk mengurangi dampak lingkungan di dunia kuliner. 

"Saya ingin menormalkan serangga agar dapat dimakan di seluruh dunia, terutama di tempat saya tinggal di Amerika," katanya. 

4 dari 4 halaman

Bawa Perubahan Besar

Menurut International Platform of Insects for Food and Feed, pada 2019 ada sembilan juta orang di Eropa mengonsumsi serangga dan produk turunannya. Angka itu diperkirakan akan menjadi 390 juta konsumen pada tahun 2030.

"Ketika Anda berpikir tentang serangga – sangat mungkin salah satu organisme terkecil yang dapat kita pikirkan… dapatkah satu serangga membuat perbedaan? Bisakah satu manusia membuat perbedaan?" kata Yoon.

"Salah satu faktor pendorong yang sangat besar dari pekerjaan saya adalah, ya, masing-masing dari kita memiliki tanggung jawab. Memasukkan serangga yang dapat dimakan ke dalam makanan Anda seminggu sekali dapat membuat perbedaan besar."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.