Sukses

Bendungan Kakhovka Jebol Rendam 40 Pemukiman di Kherson, Rusia dan Ukraina Saling Tuding

Ukraina dan Rusia disebut melibatkan kereta dan bus untuk mengevakuasi warga. Keduanya saling tuding sebagai pelaku penyerangan Bendungan Kakhovka.

Liputan6.com, Kyiv - Sebuah bendungan besar di Ukraina selatan runtuh Selasa (6/6/2023), membanjiri sejumlah desa, dan mengancam pasokan air minum. Ukraina dan Rusia dilaporkan segera mengevakuasi penduduk serta saling menyalahkan atas kehancuran tersebut.

Ukraina menuduh pasukan Rusia meledakkan Bendungan Kakhovka dan pembangkit listrik tenaga air, yang terletak di Sungai Dnieper di daerah yang dikuasai Rusia selama lebih dari setahun. Pejabat Rusia menyalahkan pengeboman Ukraina di daerah yang diperebutkan, di mana sungai memisahkan kedua sisi.

"Sekitar 25.000 orang di wilayah yang dikuasai Rusia dan 17.000 orang di wilayah yang dikuasai Ukraina harus dievakuasi," kata Wakil Jaksa Agung Ukraina Viktoriia Lytvynova seperti dilansir AP, Rabu (7/6).

Hingga berita ini diturunkan tidak terdapat laporan cedera atau kematian. Baik Ukraina dan Rusia disebut melibatkan kereta dan bus untuk mengevakuasi warga.

Jebolnya bendungan, yang sudah lama dikhawatirkan kedua belah pihak, menambah dimensi baru yang menakjubkan dalam perang Ukraina, yang sekarang memasuki bulan ke-16. Pasukan Ukraina secara luas dilaporkan bergerak maju melalui serangan balasan yang telah lama diantisipasi di sepanjang lebih dari 1.000 kilometer garis depan di timur dan selatan.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menuduh bahwa Ukraina menghancurkan bendungan itu untuk mencegah serangan Rusia di wilayah Kherson pasca serangan balasan Ukraina yang menurutnya gagal. Shoigu mengklaim bahwa Ukraina telah kehilangan 3.175 tentara dan 52 tank sejak Minggu (4/6), dari sisi Rusia, 71 tentara tewas dan 210 terluka.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menuturkan bahwa Bendungan Kakhovka jebol karena tindakan sabotase yang disengaja oleh pihak Ukraina, yang bertujuan memotong pasokan air ke Krimea.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menggambarkan peristiwa tersebut sebagai bencana lingkungan buatan manusia terbesar di Eropa dalam beberapa dekade. Zelensky menuduh pasukan Rusia meledakkan bagian dalam struktur bendungan pada Senin dan mengatakan sekitar 80 pemukiman berada dalam bahaya.

Zelensky juga mengaku mengetahui bahwa tahun lalu Rusia telah menambang bendungan itu.

"Jadi, mungkin akan tiba saatnya ledakan terjadi," kata dia.

Pejabat Ukraina lainnya menuding Rusia meledakkan Bendungan Kakhovka untuk menghalangi serangan balasannya.

Merespons jebolnya Bendungan Kakhovka, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak dapat mengatakan dengan pasti apa yang terjadi. Dia juga menolak menilai dampak serangan balasan Ukraina.

Ahli mengungkap kemungkinan lain selain serangan: jebolnya Bendungan Kakhovka bisa jadi karena memang terjadi kerusakan. David Helms, seorang pensiunan ilmuwan AS, mengatakan bahwa tidak jelas apakah kerusakan itu disengaja atau kelalaian oleh pasukan Rusia.

Kedua belah pihak memperingatkan bencana lingkungan pasca jebolnya Bendungan Kakhovka, yang sebagian disebabkan oleh kebocoran minyak dari mesin bendungan dan lahan pertanian yang kehilangan irigasi.

Kementerian Dalam Negeri Ukraina mendesak penduduk 10 desa di tepi barat Dnieper dan sebagian Kota Kherson untuk mengumpulkan dokumen penting dan hewan peliharaan, mematikan peralatan elektronik, dan mengungsi.

Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa setidaknya 40 pemukiman di wilayah Kherson sudah terendam banjir.

Wali Kota Nova Kakhovka yang dilantik Rusia, yang memiliki populasi sebelum perang sekitar 45.000, mengatakan kota itu sedang dievakuasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IAEA: Tidak Ada Dampak Langsung terhadap PLTN Zaporizhzhia

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, yang terbesar di Eropa, sebagian besar bergantung pada air dari waduk bendungan. Badan Energi Atom Internasional PBB (IAEA) melaporkan tidak ada risiko langsung terhadap keselamatan PLTN yang enam reaktornya telah ditutup selama berbulan-bulan tetapi masih membutuhkan air untuk pendinginan.

Disebutkan bahwa tingkat penurunan permukaan waduk bendungan meningkat dari 5 sentimeter menjadi 9 sentimeter per jam dan dapat habis dalam beberapa hari. Namun, menurut IAEA, PLTN Zaporizhzhia memiliki sumber air alternatif yang dapat bertahan selama berbulan-bulan.

Pihak berwenang Ukraina sebelumnya telah memperingatkan bahwa jebolnya bendungan dapat "memuntahkan" volume air yang diperkirakan hampir setara dengan Great Salt Lake di Negara Bagian Utah, AS.

Mykhailo Podolyak, penasihat senior Zelensky, mengungkapkan bahwa ribuan hewan dan ekosistem akan musnah.

Ukraina mengendalikan lima dari enam bendungan di sepanjang Dnieper, yang membentang dari perbatasan utaranya dengan Belarus hingga ke Laut Hitam. Keberadaan sejumlah bendungan tersebut sangat penting untuk air minum serta pasokan listrik Ukraina dan Krimea yang diduduki Rusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.