Sukses

Gelombang Panas Tewaskan 166 Ribu Orang Antara 1998-2017, Ini Cara Melindungi Diri dari Dampaknya

India saat ini sedang diserang gelombang panas. Jangan remehkan bahaya fenomena alam ini.

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang panas sedang menjadi kekhawatiran bagi warga Indonesia, pasalnya India dan Thailand sudah terlebih dahulu merasakan dampaknya.

Di Thailand, gelombang panas yang terjadi membuat pemerintah memberikan imbauan agar masyarakttetap di rumah.

Menurut laporan AccuWeather, Jumat (28/4/2023), suhu-suhu di berbagai daerah Bangladesh, India, dan Thailand telah secara reguler menembus 38 derajat celcius pada bulan ini. Suhu di Thailand juga mencapai rekor baru.

Beruntung, udara diprediksi akan mendingin pada pekan depan karena adanya perubahan pola cuaca.

Klimatolog dan sejarawan cuaca, Maximiliano Herrera, sampai menyebut gelombang panas yang terjadi di Asia sebagai "gelombang panas monster Asia yang tak pernah terjadi sebelumnya".

Bahaya Gelombang Panas

Gelombang panas tidak boleh diremehkan dan hanya dianggap sekadar panas saja. Terjadinya gelombang panas bisa berdampak ke ekonomi sebuah negara, bahkan nyawa seseorang.

Dampak gelombang panas menurut WHO:

  • Stroke
  • Kelelahan akibat panas
  • Heat stroke. Gejalanya seperti kuling kering, pusing, ruam kulit di leher, keram, pusing, merasa kesal, merasa lemas dan lemah
  • Dehidrasi
  • Penyumbatan darah

Laporan di situs WHO menyebut ada 166 ribu orang yang meninggal akibat suhu ekstrem pada 1998-2017. Angka itu lebih tinggi ketimbang kematian dari banjir di periode sama, yakni 142 ribu.

Pada 2003, ada 72 ribu orang yang meninggal di Eropa gara-gara gelombang panas. Dan pada 2010, sekitar 56 ribu orang Rusia meninggal akibat hal yang sama.

Warga yang tinggal di kawasan kurang mampu sangatlah terdampak ke gelombang panas, sebab daerah-daerahnya kurang hijau. Daerah-daerah hijau biasanya lebih terkorelasi dengan perumahan orang-orang kaya.

Berikut cara melindungi diri dari gelombang panas versi WHO:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Melindungi Diri dari Gelombang Panas

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari gelombang panas:

  • Berada di ruang terdingin di rumah, terutama saat malam
  • Jika tak bisa mendinginkan rumah, cobalah berada di ruang dingin selama 2-3 jam (seperti gedung dengan AC)
  • Hindari pergi ke luar di waktu terpanas di hari tersebut
  • Hindari aktivitas fisik yang berat jika bisa. Jika harus melakukannya, lakukanlah di saat yang terdingin di hari itu, biasanya pukul 04.00 hingga 07.00
  • Tetap berada di tempat teduh
  • Jangan meninggalkan anak-anak atau hewan di tempat parkir
  • Mandi air dingin
  • Gunakan cold packs
  • Pakai baju yang ringan dan tidak ketat yang terbuat dari bahan alami
  • Pakai topi yang lebar dan kacamata hitam
  • Gunakan bahan seprai yang ringan
  • Sering minum, tetapi jangan kebanyakan minum kafein dan gula
  • Makan menu ukuran kecil, makanlah dengan sering
  • Hindari makanan dengan protein tinggi
3 dari 4 halaman

Sinar Ultraviolet Akibat Gelombang Panas, Jam Berapa yang Paling Tinggi?

Cuaca panas yang terjadi belakangan membuat banyak orang khawatir soal sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Imbauan untuk menggunakan sunscreen pun telah disampaikan oleh berbagai pihak.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI menjadi salah satu yang ikut memberikan imbauan tersebut. Lantas, apa sih sebenarnya keterkaitan antara gelombang panas dan sinar ultraviolet ini? 

BMKG mengungkapkan bahwa besar kecilnya radiasi dari sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi didasari dengan indikator nilai indeks UV. Nilai indeks kemudian dibagi menjadi beberapa kategori. Berikut di antaranya.

  • 0-2: Low
  • 3-5: Moderate
  • 6-7: High
  • 8-10: Very High
  • >11: Extreme

Menurut BMKG, jam dimana sinar ultraviolet di Indonesia mencapai puncaknya terjadi pada siang hingga menuju sore hari. Tepatnya pada pukul 12.00 sampai dengan 15.00 waktu setempat.

"Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori Low di pagi hari, mencapai puncaknya di kategori High, Very High, sampai dengan Extreme ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00 s.d 15:00 waktu setempat," kata BMKG.

"(Indeks ultraviolet) bergerak turun kembali ke kategori Low di sore hari. Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan," sambungnya.

BMKG menambahkan, tinggi rendahnya indeks ultraviolet juga tidak memberikan pengaruh secara langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah. Sebab, ada faktor lain yang turut memengaruhi suhu udara yang panas.

4 dari 4 halaman

BMKG: Suhu Panas di Indonesia Bukan Gelombang Panas

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar tak panik dan tetap waspada menghadapi suhu panas yang melanda Indonesia hari ini, Selasa (25/4/2023).

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati menjelaskan, suhu panas di Indonesia, bukan dampak dari perkembangan gelombang panas Asia Selatan yang masih berlangsung hingga hari ini di hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan. 

"Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam, baik secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas," kata Dwikorita dalam keterangan resmi, Selasa (25/4/2023).

Menurut Dwikorita, secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang biasa terjadi setiap tahun. Dia menyebut, potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Dia menerangkan variasi suhu maksimum 34°C - 36°C untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun- tahun sebelumnya.

"Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November," ungkap Dwikorita.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.