Sukses

130 Ribu PNS Inggris Mogok Kerja Bulan Depan, Tuntut Kenaikan Upah hingga Keamanan Kerja

Guru, dokter junior, pekerja kereta, dan pengemudi kereta bawah tanah London adalah beberapa yang berpartisipasi dalam aksi protes selama setahun terakhir karena upah tidak sejalan dengan kenaikan biaya hidup.

Liputan6.com, London - Lebih dari 130.000 pegawai negeri sipil (PNS) Inggris memilih mogok kerja bulan depan atas tuntutan upah, pensiun, dan keamanan kerja.

Serikat pekerja PCS mengatakan, para anggotanya memilih untuk mengambil tindakan pada 28 April demi meningkatkan tekanan pada pemerintah.

"Para menteri perlu menyelesaikan perselisihan dengan meletakkan uang di atas meja," ujar Sekretaris Jenderal PCS Mark Serwotka seperti dilansir BBC, Selasa (28/3/2023).

Pemerintah mengatakan tuntutan mereka akan menelan biaya 2,4 miliar pound sterling, yang mana itu tidak terjangkau.

Mendesak serikat PCS untuk membatalkan mogok kerja, seorang juru bicara pemerintah mengatakan, fokus pemerintah adalah meringankan tekanan pada rumah tangga di seluruh negeri karena melonjaknya biaya hidup.

"Itulah mengapa upah sektor publik mencapai keseimbangan yang hati-hati antara mengakui pentingnya pekerja sektor publik, sambil memberikan nilai bagi pembayar pajak dan menghindari harga yang lebih tinggi pada masa depan," tambah juru bicara pemerintah Inggris.

Anggota serikat PCS, yang telah ditawari kenaikan upah 2 hingga 3 persen, terakhir menggelar aksi pada Budget Day 15 Maret.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upah Tidak Sejalan dengan Kenaikan Biaya Hidup

Serikat pekerja PCS mewakili ratusan ribu orang yang bekerja di departemen pemerintah dan organisasi seperti Ofsted, Badan Maritim dan Penjaga Pantai, serta Pasukan Perbatasan.

PCS menuntut kenaikan gaji 10 persen, jaminan pensiun yang lebih baik, hingga keamanan kerja.

"Kami tahu aksi mogok kami telah menyebabkan gangguan serius. Pemogokan baru dan hari aksi nasional lainnya akan menambah tekanan pada pemerintah yang menolak untuk mendengarkan," tegas Serwotka.

Guru, dokter junior, pekerja kereta, dan pengemudi kereta bawah tanah London adalah beberapa yang berpartisipasi dalam aksi protes selama setahun terakhir karena upah tidak sejalan dengan kenaikan biaya hidup.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.