Sukses

Jejak Serigala di Belgia Picu Kepanikan, Sang Pemangsa Kembali Setelah 1 Abad

Pertanda serigala ditemukan dari jejak kaki depan, yang sedikit menjorok ke dalam lumpur, dan diperkirakan usianya baru beberapa hari. Jejak kaki itu menandai kembalinya pemangsa ini secara diam-diam, dan awal dari bentrokan manusia dengan alam.

Liputan6.com, Limburg - Jan Gouwy seorang peneliti dari Flemish Institute for Nature and Forest Research (INBO) menyusuri jalur pedesaan di provinsi timur Limburg, Belgia untuk melacak keberadaan serigala.

Dan tidak lama kemudian dia melihat jejak serigala yang tak akan disadari mayoritas manusia. Ditemukannya jejak kaki depan, yang sedikit menjorok ke dalam lumpur, dan diperkirakan usianya baru beberapa hari.

Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 100 tahun, sejumlah kecil serigala ini mulai menetap kembali di Belgia. 

Melansir dari bbc.com, Minggu (18/3/2023), serigala dulunya banyak diburu di Eropa. Cerita rakyat setempat mengatakan bahwa sebelum mereka kembali baru-baru ini, serigala terakhir di Belgia ditembak oleh Raja Leopold II pada tahun 1890-an.

Diperkirakan hanya sekitar 15 sampai 20 serigala yang berada di negara tersebut, dengan satu kawanan di Flanders ditambah satu lagi di Wallonia selatan, selain itu ada juga sepasang serigala yang baru menetap. 

Jumlahnya jauh lebih tinggi, misalnya di negara tetangga Prancis dan Jerman, di mana ratusan predator atau hewan pemangsa sekarang diperkirakan hidup, dan pemerintah Inggris telah mengesampingkan pengenalan kembali terhadap serigala.

Ini adalah bagian dari pertambahan yang lebih luas di Eropa dan memicu kekhawatiran di beberapa komunitas, sekaligus disambut baik oleh para konservasionis.

Namun, kebangkitan hewan ini pastinya disebabkan oleh satu faktor tertentu bukan tindakan dari alam. 

"Alasan mengapa mereka kembali terutama karena perlindungan hukum," kata Jan memberikan pernyataan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perlindungan Bagi Serigala di Konvensi Bern

Selain itu, perlindungan bagi serigala masuk di bawah Konvensi Bern dan 1992 Habitats Directive (Pedoman Habitat Uni Eropa tahun 1992). Hal ini melarang penangkapan atau pembunuhan serigala yang disengaja, dengan beberapa pengecualian.

"Sejak awal 1990-an, banyak yang telah terjadi di Eropa, dan serigala benar-benar mulai menyebar ke seluruh benua," jelas Jan dalam wawancara bersama BBC.

Sebuah penilaian di seluruh Eropa pada September 2022 mengatakan sesungguhnya, setelah penurunan drastis pada paruh pertama abad ke-20, data terbaik yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa jumlah total serigala di 27 negara anggota UE kemungkinan akan berada di urutan 19.000.

Dalam penelusuran itu Jan melihat sisa-sisa kotoran serigala setelah turun hujan, yang sebagian besar terdiri dari bulu mangsanya.

Analisis pola makan di daerah tersebut menemukan bahwa serigala memakan rusa roe dan babi hutan. Tetapi, sekitar 15% dari makanan mereka adalah ternak. Hal itu adalah sesuatu yang diketahui dengan baik oleh peternak domba lokal Johan Schouteden.

"Serigala selalu ada di pikiran kami," kata Schouteden kepada BBC dan Jan. "Kita bisa menggunakan lebih banyak kawat, menggunakan lebih banyak tongkat, bahkan pagar anti-serigala. Tetapi serigala itu sangat pintar, dia menguasai setiap pagar," tutur petani itu kembali.

3 dari 4 halaman

Pada Tahun 2018 Domba Telah Dimangsa Serigala

Lusinan domba petani ini telah dibunuh sejak serigala pertama kali muncul kembali di Belgia pada tahun 2018.

Situasi tersebut telah memicu protes dalam beberapa tahun terakhir, dengan 3.000 penduduk setempat bergabung dalam demonstrasi pada tahun 2021.

Petani yang bernama Johan itu memiliki foto ternaknya yang mati, tetapi banyak di antaranya terlalu gamblang untuk dipublikasikan. 

Ada kompensasi untuk hewan yang hilang dan uang untuk pagar listrik, tetapi Johan mengatakan ini tidak menutupi biaya yang sebenarnya.

"Saya ingin hidup dengan serigala," kata Johan. "Jika kita dibayar untuk semua tenaga ekstra dan semua pekerjaan ekstra yang harus kita lakukan," ucapnya kembali.

Yang lain mengadvokasi tindakan balasan yang lebih radikal, dengan beberapa anggota parlemen Uni Eropa baru-baru ini memberikan suara untuk penurunan status perlindungan serigala.

Itu adalah resolusi yang tidak mengikat, tetapi mereka yang setuju berpendapat bahwa populasi tidak dapat dibiarkan tumbuh tanpa kontrol yang lebih kuat.

Sedangkan di Swedia, 57 serigala ditembak antara Januari dan Februari dalam pemusnahan berlisensi pemerintah. Kubu oposisi kemudian mempertanyakan legalitas pemusnahannya.

Isu tersebut juga mendapat perhatian baru ketika Dolly, seekor kuda poni milik Presiden Komisi Eropa Ursula Von Der Leyen, dibunuh oleh seekor serigala di Jerman tahun lalu.

4 dari 4 halaman

Serigala Telah Dilisensikan Untuk Dieksekusi

Serigala yang nama resminya adalah GW950m, kini telah dilisensikan untuk dieksekusi karena dikaitkan dengan serangan berulang. Penilaian komisi atas situasi yang lebih luas, diperkirakan tidak terbuka bagi aturan 1992 Habitats Directive -- yang melarang penangkapan atau pembunuhan serigala yang disengaja, dengan beberapa pengecualian -- melainkan fleksibilitas yang ada harus dieksplorasi.

Kembali ke jalan setapak di Belgia bersama Jan Gouwy, dia mengatakan bahwa setelah lebih dari satu abad tanpa serigala tidak mengherankan jika kembalinya mereka telah memicu kepanikan.

"Orang-orang perlu menyesuaikan diri dengan perilaku mereka. Mereka perlu membangun pagar yang kokoh. Jika mereka melakukannya, sangat mungkin untuk hidup berdampingan dengan serigala," ucap Jan.

Hal positif lain dari kebangkitan serigala di Eropa adalah untuk membantu menekan tingkat penyakit hewan, karena serigala memangsa hewan yang sakit. 

"Anda perlu bertanya apakah segala sesuatu harus berdampak positif pada cara kita memandangnya sebagai manusia," kata Jan.

"Mungkin beberapa hewan hanya memiliki hak untuk hidup, bukan hanya karena kita menganggapnya berguna," jelas Jan.

Selain itu, selama berjalan-jalan di Limburg, tidak bisa melihat serigala meskipun dapat melihat tanda-tandanya dengan bantuan mata ahli.

Jejak kaki itu menandai kembalinya sang predator atau hewan pemangsa ini secara diam-diam, dan awal dari bentrokan manusia dengan alam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.