Sukses

Tragis, 514 Anak Sekolah Bunuh Diri di Jepang Sepanjang 2022

Bunuh diri para anak sekolah dari jenjang SD-SMA meningkat di Jepang selama 2022.

Liputan6.com, Tokyo - Kasus bunuh diri di kalangan murid sekolah Jepang dilaporkan meningkat tinggi pada 2022. Tercatat ada 514 murid SD, SMP, dan SMA yang bunuh diri sepanjang tahun lalu di Jepang.

Kondisi pandemi COVID-19 diduga sebagai salah satu penyebabnya. Tahun lalu, Jepang baru meloloskan aturan yang melarang penghinaan online setelah kasus cyberbullying meningkat saat pandemi, hingga memicu bunuh diri.

Berdasarkan laporan Kyodo, Rabu (15/3/2023), rincian korban bunuh dirinya adalah 17 murid SD, 143 murid SMP, dan 354 murid SMA. Pihak pemerintah mengaku sedang menganalisis situasi, termasuk dampak COVID-19.

Angka bunuh diri murid pada 2022 naik dari angka tertinggi sebelumnya, yakni 499 kasus bunuh diri anak sekolah pada 2020.

Cyberbullying di Jepang

Pada 2022, The Japan Times melaporkan bahwa cyberbullying di Jepang meningkat saat pandemi COVID-19. Online bullying yang dilakukan ramai-ramai oleh akun anonim menjadi pekerjaan rumah bagi pihak berwenang.

Survei Mitsubishi Research Institute pada Maret 2022 menyebut kasus penyerangan online di Jepang terjadi di Twitter (52,6 persen), Yahoo Japan (32 persen), dan YouTube (28,2 persen).

Pelaku cyberbullying kerap melakukan aksinya ramai-ramai. Selebritis Hana Kimura (22) juga bunuh diri akibat cyberbullying di 2020. 

Pemerintah Jepang lantas membuat UU anti-penghinaan online. Pelaku bisa dipenjara hingga satu tahun, namun belum tentu semua orang mau melapor karena prosesnya bisa rumit.

Jenis Cyberbullying

Berdasarkan penjelasan situs verywell health, efek cyberbullying bisa menyebabkan dampak psikologis kepada korbannya. Berikut beberapa jenis cyberbullying yang bisa terjadi:

  1. Grup chat: Menggunakan grup chat sebagai sarana menyerang seseorang secara ramai-ramai.
  2. Merendahkan: Membuat komentar penghinaan tentang ras, gender, orientasi seksual, status ekonomi, dan karakteristik.
  3. Rumor: Menyebar hal tak baik atau palsu di media sosial untuk secara publik menyerang seseorang.
  4. Catfishing: Memakai foto/persona palsu untuk menipu orang lain agar bisa menjalin hubungan atau demi keuntungan pribadi.
  5. Doxing: Menyebar informasi pribadi seseorang di media sosial sehingga target merasa dirinya tidak aman.
  6. Hacking: Mengambil alih akun media sosial orang lain agar isinya bisa diedit.
  7. Foto intim: Mengambil atau menyebar konten pribadi atau intim seseorang tanpa izin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Psikologis Cyberbullying

Meski tidak dilakukan secara fisik, cyberbullying bisa memberikan dampak psikologis bagi para korban. Dampak psikologis itu juga dapat berefek ke dampak fisik.

Situs verywell health mengungkap sejumlah dampak psikologis akibat cyberbullying:

  • Depresi
  • Kecemasan (anxiety)
  • Sakit di bagian perut dan pencernaan
  • Gangguan tidur
  • Kesulitan belajar
  • Perilaku kasar
  • Stres level tinggi
  • Tak bisa merasa aman
  • Merasa kesepian dan isolasi
  • Merasa tak berdaya dan tak punya harapan

Dan berikut beberapa saran yang bisa dilakukan jika menjadi target cyberbullying, terutama bagi remaja:

  • Lepas medsos: Jangan mengindahkan perilaku para bullies. Kurangi dulu pemakaian komputer atau ponsel, dan lakukan sesuatu untuk mendistraksi diri dari bullying.
  • Jangan membalas: Tak perlu meladeni para pelaku cyberbullying. Hal itu bisa memperparah keadaan.
  • Simpan bukti: Jika menjadi korban cyberbullying, simpan dulu barang buktinya untuk berjaga-jaga apabila pelaku melakukan hal yang lebih parah, sehingga kamu perlu melapor ke pihak berwenang.
  • Laporkan: Media sosial memiliki fitur melaporkan untuk melawan tindakan negatif. Hal itu juga bisa dilakukan.
  • Blokir: Jangan ragu untuk memblokir pelaku cyberbullying agar tidak bisa menghubungi anda lagi.
  • Terapi: Terkadang, bantuan profesional juga diperlukan untuk meredakan dampak dari cyberbullying.
3 dari 4 halaman

Melawan Cyberbullying di Tempat Kerja

Menurut laporan Kyodo, total bunuh diri di Jepang mencapai 21.881 pada 2022. Sebanyak 14.786 adalah laki-laki. 

Korban bunuh diri mayortas adalah orang-orang dewasa berusia 50 tahun. 

Secara keseluruhan, penyebab bunuh diri di Jepang bermacam-macam, yakni:

  • Masalah kesehatan (12.744 kasus)
  • Masalah keluarga (4.775)
  • Masalah ekonomi dan kehidupan (4.697) 
  • Masalah pekerjaan (2.968)

Bila mengalami cyberbullying di tempat kerja, berikut sejumlah tips dari situs verywell health:

  • Bicara langsung dengan pelaku dan jelaskan dampak dari tindakannya.
  • Simpan segala bukti pelecehan yang terjadi di tempat kerja.
  • Laporkan ke HRD
  • Laporkan ke penegak hukum jika pelaku cyberbully itu melakukan ancaman.
  • Tutup semua komunikasi personal dengan pelaku cyberbully.
  • Tetap miliki sikap profesional sebagai respons atas ucapan dan tindakannya.
  • Cari dukungan lewat sahabat, keluarga, atau profesional.
4 dari 4 halaman

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.